Deretan Penyebab Masyarakat Masih Ragu Membeli Mobil Listrik
01 Juli 2025, 23:30 WIB
Pemerintah gandeng negara-negara Afrika untuk kembangkan rantai pasokan material baterai mobil listrik
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Perkembangan baterai mobil listrik semakin pesat dibanding sebelumnya. Hal ini terlihat dari banyaknya Battery Electric Vehicle yang jarak tempuhnya terus bertambah jauh.
Oleh sebab itu pemerintah Indonesia pun mulai mengajak negara-negara Afrika untuk ikut bekerjasama mengusainya. Terlebih Benua Hitam dikenal kaya akan sumber daya alam.
“Dari sisi ekonomi banyak potensi yang belum tersentuh,” ungkap Rosan Roeslani, Menteri Investasi RI/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya nikel terbesar di dunia. Hasil tambang tersebut adalah salah satu komponen utama kendaraan listrik yang saat ini dibutuhkan dalam membuat baterai mobil listrik.
Namun nikel tidak bisa berdiri sendiri karena masih diperlukan beberapa sumber daya alam lain seperti lithium hingga fosfat untuk membuat baterai EV. Mineral tersebut banyak terdapat di Afrika khususnya Zimbabwe dan Maroko.
Oleh sebab itu bukan tidak mungkin nantinya Indonesia dan negara-negara Afrika membentuk rantai pasok baterai mobil listrik yang kuat.
“Kami melihat bahwa ada banyak peluang mengembangkan rantai pasokan global mineral-mineral penting, khususnya untuk transisi energi di masa depan,” ungkap Pahala Mansury, Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.
Perlu diketahui bahwa sekarang pemerintah masih gencar dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Beragam subsidi sudah diberikan agar pabrikan Electric Vehicle tertarik berinvestasi.
Tak hanya itu, pabrikan baterai kendaraan listrik juga sudah mulai membangun fasilitasnya di Tanah Air. Salah satunya adalah milik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat.
Setidaknya mereka memiliki tiga fasilitas produksi yang menghabiskan dana investasi cukup besar. Mulai dari pabrik sel baterai tahap pertama senilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 19,67 triliun, battery pack sebesar US$ 42,12 juta (Rp 690,49 miliar) dan perakitan Hyundai Kona Electric sebanyak US$ 1,5 (Rp 24,59 triliun).
Pabrik baterai tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik di Tanah Air khususnya Hyundai Kona Electric. Model itu adalah EV kedua dari Hyundai yang diproduksi langsung di Indonesia.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
01 Juli 2025, 23:30 WIB
01 Juli 2025, 15:18 WIB
01 Juli 2025, 08:00 WIB
30 Juni 2025, 16:23 WIB
30 Juni 2025, 11:00 WIB
Terkini
01 Juli 2025, 23:35 WIB
Polisi akhirnya ungkap kronologi seorang anak mendadak keluar dari bus yang sedang melaju di jalan tol
01 Juli 2025, 23:30 WIB
Belum bisa saingi kendaraan konvensional, Populix ungkap alasan masyarakat ragu beralih ke mobil listrik
01 Juli 2025, 23:13 WIB
Dorna Sport memberi peringatan kepada Jorge Martin untuk menghormati kontrak yang sudah ada dengan Aprilia
01 Juli 2025, 22:08 WIB
Gugatan BMW yang diajukan untuk BYD ke pengadilan pada Februari 2025 telah ditolak, berikut alasannya
01 Juli 2025, 21:25 WIB
Menurut Jaecoo perang harga mobil Cina wajar dilakukan, asal tetap memberikan value lebih kepada para konsumen
01 Juli 2025, 20:08 WIB
MotoGP Malaysia 2025 menargetkan bisa menarik 13 ribu penonton asal Indonesia atau dari tahun sebelumnya
01 Juli 2025, 19:00 WIB
Ground Zero meluncurkan tiga produk baru untuk merayakan hari jadi mereka yang ke-30, dijual secara terbatas
01 Juli 2025, 18:00 WIB
Kepulauan Riau gelar pemutihan pajak kendaraan bermotor untuk mudahkan warganya menjalankan kewajiban