Penjualan Mobil Agustus 2024, BYD Tinggalkan Hyundai dan Wuling
13 September 2024, 11:00 WIB
Pemerintah gandeng negara-negara Afrika untuk kembangkan rantai pasokan material baterai mobil listrik
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Perkembangan baterai mobil listrik semakin pesat dibanding sebelumnya. Hal ini terlihat dari banyaknya Battery Electric Vehicle yang jarak tempuhnya terus bertambah jauh.
Oleh sebab itu pemerintah Indonesia pun mulai mengajak negara-negara Afrika untuk ikut bekerjasama mengusainya. Terlebih Benua Hitam dikenal kaya akan sumber daya alam.
“Dari sisi ekonomi banyak potensi yang belum tersentuh,” ungkap Rosan Roeslani, Menteri Investasi RI/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya nikel terbesar di dunia. Hasil tambang tersebut adalah salah satu komponen utama kendaraan listrik yang saat ini dibutuhkan dalam membuat baterai mobil listrik.
Namun nikel tidak bisa berdiri sendiri karena masih diperlukan beberapa sumber daya alam lain seperti lithium hingga fosfat untuk membuat baterai EV. Mineral tersebut banyak terdapat di Afrika khususnya Zimbabwe dan Maroko.
Oleh sebab itu bukan tidak mungkin nantinya Indonesia dan negara-negara Afrika membentuk rantai pasok baterai mobil listrik yang kuat.
“Kami melihat bahwa ada banyak peluang mengembangkan rantai pasokan global mineral-mineral penting, khususnya untuk transisi energi di masa depan,” ungkap Pahala Mansury, Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.
Perlu diketahui bahwa sekarang pemerintah masih gencar dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Beragam subsidi sudah diberikan agar pabrikan Electric Vehicle tertarik berinvestasi.
Tak hanya itu, pabrikan baterai kendaraan listrik juga sudah mulai membangun fasilitasnya di Tanah Air. Salah satunya adalah milik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat.
Setidaknya mereka memiliki tiga fasilitas produksi yang menghabiskan dana investasi cukup besar. Mulai dari pabrik sel baterai tahap pertama senilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 19,67 triliun, battery pack sebesar US$ 42,12 juta (Rp 690,49 miliar) dan perakitan Hyundai Kona Electric sebanyak US$ 1,5 (Rp 24,59 triliun).
Pabrik baterai tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik di Tanah Air khususnya Hyundai Kona Electric. Model itu adalah EV kedua dari Hyundai yang diproduksi langsung di Indonesia.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
13 September 2024, 11:00 WIB
07 September 2024, 10:00 WIB
06 September 2024, 21:00 WIB
06 September 2024, 20:00 WIB
06 September 2024, 18:00 WIB
Terkini
15 September 2024, 20:00 WIB
Daihatsu Sigra terus mempertahankan gelar sebagai mobil LCGC paling laris sepanjang tahun ini di Indonesia
15 September 2024, 19:00 WIB
Suzuki Owners Fun Race 2024 digelar guna mengajak para komunitas menyalurkan bakatnya di dalam Sirkuit Sentul
15 September 2024, 17:00 WIB
405.009 kendaraan tinggalkan Jabotabek untuk menyambut libur panjang yang sedang berlangsung hari ini
15 September 2024, 16:00 WIB
Pilihan Suzuki Ertiga bekas dengan harga kurang dari Rp 100 juta bisa menjadi pilihan untuk para First Buyer
15 September 2024, 15:00 WIB
Pilihan Toyota Avanza bekas lansiran 2012 terbilang cukup banyak dan dihargai kurang dari Rp 100 juta
15 September 2024, 11:00 WIB
Ada banyak pilihan Mitsubishi Xpander bekas lansiran 2023 yang ditawarkan dengan beragam kemudahan kredit
15 September 2024, 10:00 WIB
Manufaktur asal Tiongkok, Huawei, buka peluang kerja sama mengembangkan ekosistem mobil listrik di Indonesia
15 September 2024, 09:00 WIB
MG Windsor EV merupakan versi rebadge dari Wuling Cloud EV yang ada di RI saat ini, baru meluncur di India