Tren Mobil Bekas di 2026, MPV dan LCGC Tetap Jadi Favorit
29 Desember 2025, 12:14 WIB
Buat bantu perbaiki angka penjualan mobil di RI, tiga kebijakan ini bisa dipertimbangkan oleh pihak terkait
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Penjualan mobil di Indonesia belum mengalami perbaikan signifikan imbas ketidakpastian ekonomi dan melemahnya daya beli. Per Juli 2025, penjualan retail mobil baruadalah 62.770 unit atau naik tipis dari Juni di 61.687 unit.
Capaian tersebut juga masih lebih rendah dari penjualan retail di periode yang sama tahun lalu yaitu 75.588 unit.
Meskipun ada banyak faktor berperan di balik melemahnya daya beli masyarakat saat ini, ekonom menilai ada tiga hal bisa dilakukan agar bantu menggairahkan kembali pembelian mobil di dalam negeri.
Pertama adalah insentif fiskal terstruktur. Misal, keringanan pajak segmen kendaraan di rentang harga Rp 300 juta sampai Rp 350 jutaan dengan persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tertentu dan efisiensi emisi.
“Skema ‘trade-in bonus’ untuk mengganti kendaraan di atas 10-12 tahun, dibiayai ulang dari tax uplift registrasi baru. Ini mendorong permintaan tanpa beban fiskal permanen,” kata Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank kepada KatadataOTO, Senin (11/08).
Langkah kedua, Josua mengungkapkan pentingnya keterjangkauan non-fiskal. Misalnya uang muka atau down payment (DP) lebih rendah buat Low Cost Green Car (LCGC) dengan tenor sedikit lebih panjang.
Kemudian dibutuhkan perluasan penjaminan kredit kendaraan produktif, seperti Light Commercial Vehicle (LCV) untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) logistik.
“Ketiga, kebijakan sisi penawaran. Percepat ekosistem local supply komponen untuk menahan harga, terutama pada Low Multi Purpose Vehicle (LMPV) atau LCGC,” kata Josua.
Biaya kepemilikan daerah khusus kendaraan rendah emisi, termasuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) atau Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) perlu disederhanakan.
Hal tersebut menyasar langsung ke inti permasalahan, yakni harga dan cicilan mobil yang membuat model murah sekalipun belum bisa mencapai target konsumen imbas harga membengkak karena pajak dan biaya lainnya.
Josua menegaskan penerapan strategi tersebut dapat membantu perbaikan permintaan mobil di kuartal keempat 2025 dan pijakan yang lebih solid tahun depan.
“Meskipun segmen bawah kemungkinan pulih paling lambat,” ungkap Josua.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
29 Desember 2025, 12:14 WIB
29 Desember 2025, 11:00 WIB
25 Desember 2025, 09:00 WIB
21 Desember 2025, 13:00 WIB
19 Desember 2025, 17:00 WIB
Terkini
29 Desember 2025, 15:00 WIB
GIAMM sebut perakitan lokal dihitung 30 persen TKDN, komponen lokal mobil listrik tak jadi prioritas produsen
29 Desember 2025, 14:13 WIB
Ditetapkan secara nasional di Cina, manufaktur wajib pastikan baterai mobil listrik tak bisa terbakar atau meledak
29 Desember 2025, 13:00 WIB
Dua sopir bus Damri tertangkap kamera melalukan aksi tidak terpuji, bahkan sampai membahayakan pengemudi lain
29 Desember 2025, 12:14 WIB
Model-model MPV dan LCGC masih tetap dicari konsumen mobil bekas, rentang harganya Rp 100 juta-Rp 300 jutaan
29 Desember 2025, 11:00 WIB
Menurut Mitsubishi Fuso ada beberapa kendala yang menghambat kinerja penjualan kendaraan niaga pada 2025
29 Desember 2025, 10:00 WIB
Harga kompetitif dan desain eksterior boxy bakal jadi faktor penting buat konsumen mobil listrik di 2026
29 Desember 2025, 09:00 WIB
Terdapat banyak pilihan produk pada segmen motor bebek, seperti contoh TVS LX100 dengan banderol kompetitif
29 Desember 2025, 08:00 WIB
Penyekatan kendaraan pada Car Free Night Puncak akan dilakukan sejak sore dan diawasi oleh puluhan petugas