Bali Gandeng Korea Selatan Kembangkan Industri Kendaraan Listrik
26 Juni 2025, 09:00 WIB
Pemerintah akan jadikan Afrika sebagai sasaran ekspor baterai EV karena potensi pasar yang besar di masa depan
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Pemerintah akan jadikan Afrika sebagai sasaran ekspor baterai EV (Electric Vehicle). Hal ini karena pasar Benua Hitam memiliki potensi yang sangat baik di masa depan.
Melalui langkah tersebut maka diharapkan Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik di dunia.
“Populasi di Afrika bakal berlipat ganda pada 2045 sehingga akan menjadi pasar yang besar,” ujar Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (29/07).
Besarnya potensi membuatnya berharap agar Indonesia bisa bekerjasama dengan perusahaan asal Afrika. Inilah yang membuatnya berkunjung ke benua tersebut untuk menjalin komunikasi.
“Mereka melihat Indonesia sebagai negara yang dapat membantu mereka terkait kendaraan listrik,” kata Luhut.
Ia pun menjelaskan bahwa pada dasarnya Indonesia sudah memiliki hubungan baik dengan negara-negara di Afrika. Bahkan Pertamina telah menggandeng perusahaan asal Kenya serta ada potensi yang bisa digarap PLN.
Semetara itu Agus Tjahajana Wirakusumah, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM mengatakan bahwa kerja sama dengan Afrika akan menguntungkan kedua negara. Pasalnya Afrika memiliki potensi kobalt lebih baik dibanding Indonesia.
“Walaupun kita punya kobalt, tapi tidak sebanyak di Afrika. Karena kandungannya menyatu di nikel,” ujar Agus.
Oleh karena itu menurut Agus selain menyasar benua Afrika sebagai pasar baterai EV, kerja sama dengan negara-negara Afrika agar bisa memanfaatkan potensi kobalt di sana juga penting.
Indonesia memang tengah berupaya agar bisa menjadi pemain utama di industri kendaraan listrik global. Hal ini terlihat dari berdirinya pabrik baterai EV pertama di Tanah Air beberapa waktu lalu.
Pabrik milik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power ini berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Setidaknya ada tiga fasilitas produksi mulai dari pabrik sel baterai tahap pertama senilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 19,67 triliun, battery pack sebesar US$ 42,12 juta (Rp 690,49 miliar) dan perakitan Hyundai Kona Electric sebanyak US$ 1,5 (Rp 24,59 triliun).
Total investasinya adalah US$ 4,46 miliar atau Rp 73,11 triliun.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
26 Juni 2025, 09:00 WIB
24 Juni 2025, 17:00 WIB
24 Juni 2025, 14:04 WIB
17 Juni 2025, 22:00 WIB
13 Juni 2025, 09:00 WIB
Terkini
27 Juni 2025, 11:00 WIB
Bila Anda ingin membeli GWM Ora 03 sekarang, mobil listrik tersebut akan dikirim ke konsumen pada Agustus 2025
27 Juni 2025, 09:00 WIB
New Mitsubishi Xpander hadir dengan menawarkan sejumlah fitur baru yang untuk menambah kenyamanan berkendara
27 Juni 2025, 07:00 WIB
Francesco Bagnaia merasa pahit setelah kalah dari Marc Marquez dalam balapan MotoGP Italia 2025 pekan lalu
27 Juni 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 27 Juni 2025 ditiadakan karena berbarengan dengan libur nasional tahun baru Islam
26 Juni 2025, 22:30 WIB
Dishub DKI Jakarta pangkas jumlah lokasi parkir di jalanan untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat beraktvitas
26 Juni 2025, 22:00 WIB
Ada banyak pilihan lokasi parkir saat penyelenggaraan Jakarta International Marathon 2025 buat dimanfaatkan peserta
26 Juni 2025, 21:00 WIB
Melambatnya penjualan mobil listrik diduga jadi alasan Hyundai setop sementara produksi Ioniq 5 dan Kona EV
26 Juni 2025, 20:03 WIB
Berikut spesifikasi lengkap mobil listrik GWM Ora 03 yang baru saja diluncurkan untuk pasar Indonesia