Pemerintah Optimis Bisa Jadikan RI Pilihan Utama Industri Baterai EV
06 Agustus 2025, 08:00 WIB
Gaikindo menilai imbauan agar pabrik-pabrik mobil listrk pakai baterai EV berbasis nikel tidak akan efektif
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Imbauan pemerintah untuk mendorong pabrikan mobil listrik menggunakan baterai EV berbasis nikel dinilai tidak bakal optimal. Pasalnya masing-masing perusahaan kendaraan memiliki pertimbangan dan strateginya masing-masing.
Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), imbauan pemerintah tersebut harus dilakukan pengkajian ulang. Pasalnya pemerintahmharus mempertimbangkan banyak faktor termasuk skala keekonomian.
“Imbauan itu bagus tapi jangan lupa faktor terpenting adalah skala keekonomian. Kalau tidak ekonomis, pabrikan tidak akan mau berinvestasi di sini," ujar Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo dilansir Antara (08/08).
Ia mengakui bahwa pemanfaatan bahan baku lokal seperti nikel memang dapat meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Tapi penerapannya tidak akan bisa dilakukan sembarangan ke sebuah mobil.
Pasalnya pemerintah juga harus mempertimbangkan banyak hal termasuk kesiapan industri dan perbedaan teknologi di tiap merek kendaraan.
Menurut Kukuh, walau bahan baku seperti nikel tersedia tapi proses produksi baterai tetap bergantung pada aspek teknis yang kompleks. Pabrikan pun memiliki rahasia dagangnya masing-masing
“Tidak bisa sekadar dicetak dan langsung dipakai. Kinerja baterai berkaitan langsung dengan teknologi masing-masing merek,” ungkapnya.
Tak hanya itu, volume produksi kendaraan listrik di Indonesia pun terbilang masih terbatas sehingga upaya membangun ekosistem baterai nikel skala besar perlu didasarkan pada potensi pasar yang realistis.
Tanpa skala produksi yang besar maka biaya produksi baterai akan tetap tinggi sehingga sulit bersaing secara global. Selain soal keekonomian, ia juga menyoroti pentingnya investasi dalam riset dan pengembangan (R&D).
Kukuh pun mencontohkan Cina sebagai negara yang berhasil mengembangkan industri EV karena dukungan kuat terhadap R&D.
Meski demikian dirinya mengakui bahwa gagasan penggunaan baterai nikel dalam negeri memiliki potensi besar. Pasalnya biaya logistik bakal menjadi lebih terjangkau.
Namun dirinya mengingatkan bahwa setiap kebijakan harus memperhitungkan semua hal. Karena perubahan bisa mengganggu stabilitas industri otomotif.
“Tujuan utamanya adalah menuju emisi nol karbon serta bisa diraih dengan berbagai cara. Jadi optimalkan apa yang sudah ada sambil tetap mendorong pengembangan lokal secara bertahap dan masuk akal,” pungkasnya.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
06 Agustus 2025, 08:00 WIB
06 Agustus 2025, 07:00 WIB
05 Agustus 2025, 19:00 WIB
25 Juli 2025, 20:05 WIB
07 Juli 2025, 10:00 WIB
Terkini
08 Agustus 2025, 06:00 WIB
Kepolisian tidak mau mengendurkan layanan jelang akhir pekan, mereka tetap menghadirkan SIM keliling Bandung
08 Agustus 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 8 Agustus 2025 kembali digelar untuk memastikan kelancaran lalu lintas jelang akhir pekan
08 Agustus 2025, 06:00 WIB
Jangan sampai terlewat, fasilitas SIM keliling Jakarta masih bisa dimanfaatkan hari ini di lima lokasi
07 Agustus 2025, 23:00 WIB
Toyota berencana bangun pabrik baru di Jepang yang akan mulai beroperasi pada 2030 untuk tingkatkan jumlah produksi
07 Agustus 2025, 22:30 WIB
Toyota bakal perbanyak komponen buatan Cina untuk kendaraannya karena harga lebih murah dibanding lainnya
07 Agustus 2025, 22:00 WIB
Nissan dikabarkan melanjutkan pengurangan tenaga kerja atau PHK untuk pabrik mereka yang berada di Eropa
07 Agustus 2025, 21:00 WIB
Bakal dirakit lokal dengan sejumlah penyegaran, harga Toyota bZ4X yang diumumkan tahun ini diyakini turun
07 Agustus 2025, 20:00 WIB
Italjet Dragster 250 yang dipesan sejak IIMS 2025 memikat masyarakat pencinta sepeda motor di Indonesia