Varian Hyundai Kona Dipangkas di 2026, Sisa Tipe Terendah
01 Oktober 2025, 17:00 WIB
Sejak 2009 China telah konsisten memberi subsidi kendaraan listrik untuk memperkuat industri secara global
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – China telah mengabiskan dana sedikitnya US$ 230 miliar atau setara Rp 3.789,2 triliun (kurs Rp 16.475) untuk membantu para produsen kendaraan listrik seperti BYD sejak 2009. Angka tersebut jauh lebih besar ketimbang APBN Indonesia 2024 yang hanya Rp2.802,3 triliun.
Data itu diungkap oleh Center for Strategic & International Studies (CSIS) dan dinilai menjadi kunci berkembangnya industri kendaraan listrik dari negeri Tirai Bambu. Bahkan kini Eropa khawatir pasar otomotif di kawasan tersebut bakal dikuasai China.
Untuk menghindarinya maka Uni Eropa pun mengumumkan tambahan tarif pajak sebesar 38 persen. Mereka beralasan bahwa perusahaan asal China telah mendapat subsidi yang tidak adil sehingga sanggup menjual kendaraan dengan harga lebih murah.
Dalam laporan terlihat bantuan pemerintah pada 2018 adalah sebesar US$ 17,4 miliar atau setara Rp 286 triliun. Angka itu kemudian turun menjadi US$ 14,8 miliar (Rp 243,8 triliun) di 2019 dan US$ 16,8 miliar (Rp 276,8 triliun) pada 2020.
Namun di 2021 bantuan melonjak jadi US$ 30,1 miliar (Rp 495,8 triliun) lalu naik lagi di 2022 menjadi US$ 45,8 miliar (Rp 754,5 triliun). Sementara tahun lalu turun tipis menjadi US$ 45,2 miliar (Rp 744,6 triliun).
Bantuan tersebut datang dalam beragam cara mulai dari bantuan di bidang infrastruktur, pembebasan pajak hingga potongan harga kendaraan. Besarnya angka subsidi dinilai tidak adil bagi perkembangan industri otomotif Eropa yang hanya memberi insentif kecil.
CSIS bahkan memperkirakan US$ 230 miliar merupakan angka yang terlalu rendah. Pasalnya pemerintah daerah juga memberi bantuan dan banyak diantara mereka telah berinvestasi pada perusahaan kendaraan listrik lokal.
Kebijakan juga masih mengecualikan subsidi pada bagian lain dari rantai pasokan kendaraan listrik seperti baterai. Situasi ini membuat perusahaan lain sulit untuk berkompetisi dengan perusahaan China.
Meski demikian negeri Tirai Bambu sebenarnya juga akan menghadapi masalahnya sendiri. Saat ini mereka sudah memiliki ratusan perusahaan kendaraan listrik dan hanya sedikit yang berhasil mendapat keuntungan.
Bila kondisi itu terus berlanjut maka beberapa dari mereka dipercaya akan bangkrut. Namun sejumlah perusahaan yang berhasil bertahan dipercaya bakal menjadi merek unggulan dalam industri global.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
01 Oktober 2025, 17:00 WIB
01 Oktober 2025, 16:00 WIB
01 Oktober 2025, 13:00 WIB
30 September 2025, 17:30 WIB
26 September 2025, 17:00 WIB
Terkini
01 Oktober 2025, 22:00 WIB
Misi besar Marc Marquez dalam mematahkan kutukan ketika berlaga di MotoGP Mandalika 2025 di akhir pekan nanti
01 Oktober 2025, 21:30 WIB
Ratusan teknisi adu mekanik di Chery Technician Skill Contest 2025 yang diselenggaran untuk tingkatkan kualitas
01 Oktober 2025, 21:00 WIB
Asisten Darurat hadir untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna kendaraan yang tengah road trip
01 Oktober 2025, 20:00 WIB
Pembasmian kendaraan ODOL butuh proses, pemerintah bersama pemangku jalin kerja sama memperketat pengawasan
01 Oktober 2025, 19:13 WIB
Pameran modifikasi IMX 2025 menghadirkan berbagai pilihan produk modifikasi dan juga supergiveaway mobil
01 Oktober 2025, 18:00 WIB
Alex Marquez bersama Fermin Aldeguer menyapa para penggemar di Jakarta jelang gelaran MotoGP Mandalika 2025
01 Oktober 2025, 17:00 WIB
Penjualan yang kurang baik diyakini jadi alasan varian Hyundai Kona bakal dipangkas mulai tahun depan
01 Oktober 2025, 16:00 WIB
BYD memiliki kapal kargo terbaru untuk membantu distribusi mobil-mobil listrik mereka ke seluruh dunia