Pertanda Mobil Listrik BYD M6 Melantai di GIIAS 2024 Kian Kuat
24 Juni 2024, 09:00 WIB
Sejak 2009 China telah konsisten memberi subsidi kendaraan listrik untuk memperkuat industri secara global
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – China telah mengabiskan dana sedikitnya US$ 230 miliar atau setara Rp 3.789,2 triliun (kurs Rp 16.475) untuk membantu para produsen kendaraan listrik seperti BYD sejak 2009. Angka tersebut jauh lebih besar ketimbang APBN Indonesia 2024 yang hanya Rp2.802,3 triliun.
Data itu diungkap oleh Center for Strategic & International Studies (CSIS) dan dinilai menjadi kunci berkembangnya industri kendaraan listrik dari negeri Tirai Bambu. Bahkan kini Eropa khawatir pasar otomotif di kawasan tersebut bakal dikuasai China.
Untuk menghindarinya maka Uni Eropa pun mengumumkan tambahan tarif pajak sebesar 38 persen. Mereka beralasan bahwa perusahaan asal China telah mendapat subsidi yang tidak adil sehingga sanggup menjual kendaraan dengan harga lebih murah.
Dalam laporan terlihat bantuan pemerintah pada 2018 adalah sebesar US$ 17,4 miliar atau setara Rp 286 triliun. Angka itu kemudian turun menjadi US$ 14,8 miliar (Rp 243,8 triliun) di 2019 dan US$ 16,8 miliar (Rp 276,8 triliun) pada 2020.
Namun di 2021 bantuan melonjak jadi US$ 30,1 miliar (Rp 495,8 triliun) lalu naik lagi di 2022 menjadi US$ 45,8 miliar (Rp 754,5 triliun). Sementara tahun lalu turun tipis menjadi US$ 45,2 miliar (Rp 744,6 triliun).
Bantuan tersebut datang dalam beragam cara mulai dari bantuan di bidang infrastruktur, pembebasan pajak hingga potongan harga kendaraan. Besarnya angka subsidi dinilai tidak adil bagi perkembangan industri otomotif Eropa yang hanya memberi insentif kecil.
CSIS bahkan memperkirakan US$ 230 miliar merupakan angka yang terlalu rendah. Pasalnya pemerintah daerah juga memberi bantuan dan banyak diantara mereka telah berinvestasi pada perusahaan kendaraan listrik lokal.
Kebijakan juga masih mengecualikan subsidi pada bagian lain dari rantai pasokan kendaraan listrik seperti baterai. Situasi ini membuat perusahaan lain sulit untuk berkompetisi dengan perusahaan China.
Meski demikian negeri Tirai Bambu sebenarnya juga akan menghadapi masalahnya sendiri. Saat ini mereka sudah memiliki ratusan perusahaan kendaraan listrik dan hanya sedikit yang berhasil mendapat keuntungan.
Bila kondisi itu terus berlanjut maka beberapa dari mereka dipercaya akan bangkrut. Namun sejumlah perusahaan yang berhasil bertahan dipercaya bakal menjadi merek unggulan dalam industri global.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
24 Juni 2024, 09:00 WIB
24 Juni 2024, 08:01 WIB
24 Juni 2024, 07:00 WIB
23 Juni 2024, 11:00 WIB
23 Juni 2024, 08:02 WIB
Terkini
24 Juni 2024, 09:00 WIB
Kabar kedatangan mobil listrik BYD M6 semakin kuat beberapa pekan sebelum dimulainya pameran GIIAS 2024
24 Juni 2024, 08:01 WIB
Saling menguntungkan, Indonesia dan Jepang dorong pertumbuhan mobil listrik dan industri otomotif Tanah Air
24 Juni 2024, 07:00 WIB
Penjualan kendaraan listrik Asia Tenggara dikuasai oleh merek asal China yang mulai gerogoti produk Jepang
24 Juni 2024, 06:30 WIB
Awal pekan ini ada dua lokasi SIM keliling Bandung, bisa dimanfaatkan untuk perpanjangan SIM A dan C
24 Juni 2024, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 24 Juni 2024 kembali dijalankan dengan pengawalan ketat oleh pihak Polda Metro Jaya
24 Juni 2024, 05:30 WIB
Berikut lima lokasi SIM Keliling Jakarta yang beroperasi hari ini guna melayani para pengendara di Ibu Kota
23 Juni 2024, 15:17 WIB
Berikut 5 pilihan Yamaha Mio Sporty bekas dengan harga cukup mahal, ada yang mencapai angka Rp 28 jutaan
23 Juni 2024, 13:02 WIB
Kredit mobil yang macet kerap terjadi di sejumlah wilayah, begini siasat leasing Astra hadapi hal itu