Toyota Waspadai Pilkada Sebagai Tantangan Penjualan
09 Oktober 2024, 12:00 WIB
UI temukan penyebab pasar otomotif stagnan selama 10 tahun tanpa ada pertumbuhan yang signifikan bagi industri
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI beberkan penyebab pasar otomotif stagnan dalam 10 tahun terakhir. Dalam studi ditemukan ada dua faktor utama yang menjadi sumber masalah.
Kedua masalah tersebut adalah kenaikan harga mobil serta pendapatan per kapita masyarakat tidak tumbuh. Akibatnya selama pemerintahan presiden Joko Widodo industri otomotif seakan tidak berkembang.
“Pendapatan per kapitanya hanya tumbuh 3 persen dalam 10 tahun terakhir sementara harga mobil naik di atas inflasi atau 5 hingga 6 persen. Inflasi Indonesia sekarang mencapai 4 persen," ungkap Riyanto, peneliti senior dari LPEM FEB UI dilansir Antara (9/7).
Ia pun menjelaskan bahwa penjualan kendaraan sangat berkaitan dengan banyak hal seperti suku bunga kredit, kurs, tarif bahan bakar hingga ketersediaan stok. Meski demikian, faktor yang paling berdampak adalah harga dan pendapatan per kapita.
Menurut hasil riset, pendapatan per kapita hanya naik rata-rata 3,65 persen per tahun dari 2013 hingga 2022. Pertumbuhan penjualan mobil selama kurun itu menurun rata-rata 1,64 persen per tahun.
Sebagai perbandingan, selama periode 2000 hingga 2013 pendapatan per kapita naik rata-rata 28,26 persen per tahun dan penjualan meningkat 21,23 persen per tahun.
Peningkatan permintaan mobil bekas terutama di Jawa juga berpengaruh terhadap pertumbuhan penjualan unit baru. Pada 2022, sekitar 65 persen pelanggan di Jawa memilih kendaraan lawas, karena selisih harga yang melebar.
Ketika harga unit baru semakin tinggi dan pendapatan per kapita kenaikannya tidak sebanding, mobil bekas menjadi pilihan bagi yang menginginkan kendaraan dengan harga terjangkau.
"Karena mungkin pendapatan tidak tumbuh tinggi namun harga barunya juga cukup besar naiknya. Sehingga akhirnya mereka memilih mobil bekas," tambah Riyanto.
Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini, termasuk dengan menurunkan pajak kendaraan yang mencapai 40 persen dari harga. Hal tersebut diungkap Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) beberapa waktu lalu.
“Banyak pertanyaan bila ada relaksasi maka negara terima apa? Pengalaman kita setelah Covid dengan relaksasi pajak volume naik dan pendapatan pemerintah tidak turun,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Gakindo juga mendorong pemerintah untuk memberikan kemudahan pada pelanggan mobil hybrid. Hal ini penting mengingat pasar di segmen tersebut cukup besar.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
09 Oktober 2024, 12:00 WIB
05 September 2024, 18:02 WIB
28 Juni 2024, 19:00 WIB
03 Juni 2024, 08:00 WIB
18 April 2024, 16:00 WIB
Terkini
22 Oktober 2024, 22:00 WIB
Mercedes-Benz dirikan pabrik daur ulang baterai mobil listrik yang diklaim mampu pulihkan bahan baku penting
22 Oktober 2024, 21:00 WIB
Berkat penampilan apiknya, Marc Marquez dipercaya bakal menyelesaikan MotoGP 2024 di urutan tiga besar
22 Oktober 2024, 20:00 WIB
Manufaktur Eropa, Stellantis siapkan produk baru buat menyaingi maraknya mobil listrik China di pasar global
22 Oktober 2024, 19:00 WIB
Hyundai baru saja menyerahkan 35 unit Stargazer ke PT LIB untuk mendukung operasional kegiatan Liga 1
22 Oktober 2024, 18:00 WIB
Dalam LHKPN milik Maruarar Sirait, salah satu menteri Prabowo ini tercatat memiliki tiga mobil di garasinya
22 Oktober 2024, 17:00 WIB
Beli mobil listrik bekas bisa lebih tenang karena garansi tetap berlaku sesuai dengan syarat dan ketentuan
22 Oktober 2024, 16:00 WIB
Alternatif elektrifikasi yang ramah lingkungan, Honda CB300F Flex-Fuel resmi meluncur di pasar India
22 Oktober 2024, 15:00 WIB
Dian Sastrowardoyo menjadi salah satu pelanggan pertama Toyota Hilux Rangga untuk jadikan kendaraan operasional