Persaingan Ketat, MG Siap Lebih Agresif Tahun Depan
19 Desember 2025, 08:00 WIB
UI temukan penyebab pasar otomotif stagnan selama 10 tahun tanpa ada pertumbuhan yang signifikan bagi industri
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI beberkan penyebab pasar otomotif stagnan dalam 10 tahun terakhir. Dalam studi ditemukan ada dua faktor utama yang menjadi sumber masalah.
Kedua masalah tersebut adalah kenaikan harga mobil serta pendapatan per kapita masyarakat tidak tumbuh. Akibatnya selama pemerintahan presiden Joko Widodo industri otomotif seakan tidak berkembang.
“Pendapatan per kapitanya hanya tumbuh 3 persen dalam 10 tahun terakhir sementara harga mobil naik di atas inflasi atau 5 hingga 6 persen. Inflasi Indonesia sekarang mencapai 4 persen," ungkap Riyanto, peneliti senior dari LPEM FEB UI dilansir Antara (9/7).
Ia pun menjelaskan bahwa penjualan kendaraan sangat berkaitan dengan banyak hal seperti suku bunga kredit, kurs, tarif bahan bakar hingga ketersediaan stok. Meski demikian, faktor yang paling berdampak adalah harga dan pendapatan per kapita.
Menurut hasil riset, pendapatan per kapita hanya naik rata-rata 3,65 persen per tahun dari 2013 hingga 2022. Pertumbuhan penjualan mobil selama kurun itu menurun rata-rata 1,64 persen per tahun.
Sebagai perbandingan, selama periode 2000 hingga 2013 pendapatan per kapita naik rata-rata 28,26 persen per tahun dan penjualan meningkat 21,23 persen per tahun.
Peningkatan permintaan mobil bekas terutama di Jawa juga berpengaruh terhadap pertumbuhan penjualan unit baru. Pada 2022, sekitar 65 persen pelanggan di Jawa memilih kendaraan lawas, karena selisih harga yang melebar.
Ketika harga unit baru semakin tinggi dan pendapatan per kapita kenaikannya tidak sebanding, mobil bekas menjadi pilihan bagi yang menginginkan kendaraan dengan harga terjangkau.
"Karena mungkin pendapatan tidak tumbuh tinggi namun harga barunya juga cukup besar naiknya. Sehingga akhirnya mereka memilih mobil bekas," tambah Riyanto.
Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini, termasuk dengan menurunkan pajak kendaraan yang mencapai 40 persen dari harga. Hal tersebut diungkap Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) beberapa waktu lalu.
“Banyak pertanyaan bila ada relaksasi maka negara terima apa? Pengalaman kita setelah Covid dengan relaksasi pajak volume naik dan pendapatan pemerintah tidak turun,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Gakindo juga mendorong pemerintah untuk memberikan kemudahan pada pelanggan mobil hybrid. Hal ini penting mengingat pasar di segmen tersebut cukup besar.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
19 Desember 2025, 08:00 WIB
01 Desember 2025, 09:00 WIB
27 Oktober 2025, 20:55 WIB
05 Agustus 2025, 11:00 WIB
06 Mei 2025, 16:00 WIB
Terkini
24 Desember 2025, 07:00 WIB
Ganjil genap Jakarta ditiadakan sehingga masyarakat diharapkan bisa bermobilitas dengan lebih nyaman
24 Desember 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 24 Desember 2025 akan digelar dengan pengawasan ketat dari kepolisian di berbagai lokasi
24 Desember 2025, 06:00 WIB
Satu hari sebelum libur Natal 2025, kepolisian tetap menghadirkan SIM keliling Bandung demi memudahkan warga
24 Desember 2025, 06:00 WIB
Mendekati libur Natal dan tahun baru, pemohon masih bisa memanfaatkan layanan SIM keliling Jakarta hari ini
23 Desember 2025, 19:00 WIB
Selama periode libur Nataru 2025-2026, harga sewa motor termurah di wilayah Yogyakarta adalah Rp 150 ribuan
23 Desember 2025, 18:00 WIB
Merek Jepang masih mendominasi deretan mobil bekas favorit konsumen Indonesia sepanjang periode 2025
23 Desember 2025, 17:00 WIB
Bos Ducati mengatakan, sekarang masih terlalu dini untuk membahas persoalan perpanjangan kontrak Marc Marquez
23 Desember 2025, 16:27 WIB
Puncak acara Feders Gathering yang digelar oleh Federal Oil berakhir meriah diramaikan komunitas motor matic