Mobil Listrik Bekas Merek Ini Punya Depresiasi Paling Rendah
05 September 2025, 09:00 WIB
Kementerian ESDM melihat ada peluang Indonesia berkolaborasi dengan India, salah satunya di bidang EV
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Pemerintah melalui Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) kembali menggencarkan hilirisasi komoditas, sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia.
Dijelaskan bahwa melalui hilirisasi, Indonesia tidak sekadar mengekspor barang mentah tetapi produk yang telah memiliki nilai tambah sehingga berkontribusi besar ke perekonomian nasional.
Dalam kunjungan kerja Presiden RI Prabowo Subianto ke India, Menteri ESDM melihat bahwa India punya potensi besar mendukung hilirisasi di sektor batu bara dan investasi mineral kritis khususnya nikel buat pengembangan baterai EV (Electric Vehicle).
“Kerja sama di sektor hilirisasi nikel sangat strategis bagi kedua negara. Indonesia dapat menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik, sementara India berperan sebagai mitra utama dalam rantai pasok global,” kata Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM dikutip dari siaran resminya, Senin (3/1).
Perlu diketahui, India merupakan negara yang memiliki permintaan besar akan energi. Di sisi lain Indonesia memiliki suplai nikel berlimpah.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, per 2023 sumber daya nikel Indonesia berupa bijih tercatat 18,5 miliar ton sedangkan cadangannya sebanyak 5,3 miliar ton.
Ini membuat Indonesia jadi negara dengan cadangan komoditas nikel terbesar, setara 23 persen cadangan di dunia.
Dia menegaskan kolaborasi dengan India dapat membantu Indonesia mempercepat transformasi ekonomi dan memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam rantai pasok global.
“Kebijakan ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi tetapi membuka ruang bagi penguatan industri dalam negeri melalui transfer teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia,” kata Menteri ESDM.
Saat ini, PT HLI (Hyundai LG Indonesia) Green Power disebut menjadi salah satu bentuk hilirisasi nikel. Produksi baterai listrik komersial mereka dilakukan pada April 2024, buat kebutuhan domestik dan diekspor termasuk ke Korea Selatan.
PT HLI Green Power juga turut melibatkan sejumlah insinyur dari Indonesia yang telah dilatih khusus sehingga kompeten dan memiliki kemampuan dalam perakitan sel baterai mobil listrik.
Di fase pertama, pabrik baterai itu menyerap investasi 1,1 miliar USD atau sekitar Rp 18 triliun dengan kapasitas produksi 10 gigawatt per hour, terdiri dari 32,6 juta sel baterai untuk sekitar 150 ribu kendaraan listrik.
Sementara nantinya di fase kedua, targetnya pada 2025, kapasitas produksi di PT HLI Green Power bisa ditingkatkan jadi 20 gWh.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
05 September 2025, 09:00 WIB
04 September 2025, 12:00 WIB
04 September 2025, 10:00 WIB
03 September 2025, 18:36 WIB
03 September 2025, 08:00 WIB
Terkini
08 September 2025, 10:00 WIB
Pajak mobil di Indonesia dinilai tinggi, revisi besarannya bisa tekan banderol kendaraan termasuk harga LCGC
08 September 2025, 09:00 WIB
Dengan menghadirkan sekolah khusus sopir truk, dapat melahirkan para pengemudi yang lebih berkompeten lagi
08 September 2025, 08:00 WIB
Penjualan BYD di luar CIna dinilai memiliki potensi besar dan Indonesia dinilai bisa memberi dampak besar
08 September 2025, 07:00 WIB
Mitsubishi Pajero diikabarkan bakal meluncur kembali dengan beragam ubahan yang dilakukan pada akhir tahun depan
08 September 2025, 06:00 WIB
Fasilitas SIM keliling Jakarta kembali tersedia hari ini 8 September 2025, simak lokasi dan persyaratannya
08 September 2025, 06:00 WIB
Di awal pekan, kepolisian kembali menghadirkan SIM keliling Bandung di dua tempat agar memudahkan masyarakat
08 September 2025, 06:00 WIB
Pembatasan ganjil genap Jakarta kembali diterapkan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di kawasan Ibu Kota
07 September 2025, 20:11 WIB
Alex Marquez akhiri kemenangan beruntun Marc Marquez di MotoGP Catalunya 2025, berikut hasil lengkapnya