Modal Geely Bersaing dengan Merek China Lain di Indonesia
03 Februari 2025, 10:00 WIB
Kementerian ESDM melihat ada peluang Indonesia berkolaborasi dengan India, salah satunya di bidang EV
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Pemerintah melalui Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) kembali menggencarkan hilirisasi komoditas, sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia.
Dijelaskan bahwa melalui hilirisasi, Indonesia tidak sekadar mengekspor barang mentah tetapi produk yang telah memiliki nilai tambah sehingga berkontribusi besar ke perekonomian nasional.
Dalam kunjungan kerja Presiden RI Prabowo Subianto ke India, Menteri ESDM melihat bahwa India punya potensi besar mendukung hilirisasi di sektor batu bara dan investasi mineral kritis khususnya nikel buat pengembangan baterai EV (Electric Vehicle).
“Kerja sama di sektor hilirisasi nikel sangat strategis bagi kedua negara. Indonesia dapat menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik, sementara India berperan sebagai mitra utama dalam rantai pasok global,” kata Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM dikutip dari siaran resminya, Senin (3/1).
Perlu diketahui, India merupakan negara yang memiliki permintaan besar akan energi. Di sisi lain Indonesia memiliki suplai nikel berlimpah.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, per 2023 sumber daya nikel Indonesia berupa bijih tercatat 18,5 miliar ton sedangkan cadangannya sebanyak 5,3 miliar ton.
Ini membuat Indonesia jadi negara dengan cadangan komoditas nikel terbesar, setara 23 persen cadangan di dunia.
Dia menegaskan kolaborasi dengan India dapat membantu Indonesia mempercepat transformasi ekonomi dan memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam rantai pasok global.
“Kebijakan ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi tetapi membuka ruang bagi penguatan industri dalam negeri melalui transfer teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia,” kata Menteri ESDM.
Saat ini, PT HLI (Hyundai LG Indonesia) Green Power disebut menjadi salah satu bentuk hilirisasi nikel. Produksi baterai listrik komersial mereka dilakukan pada April 2024, buat kebutuhan domestik dan diekspor termasuk ke Korea Selatan.
PT HLI Green Power juga turut melibatkan sejumlah insinyur dari Indonesia yang telah dilatih khusus sehingga kompeten dan memiliki kemampuan dalam perakitan sel baterai mobil listrik.
Di fase pertama, pabrik baterai itu menyerap investasi 1,1 miliar USD atau sekitar Rp 18 triliun dengan kapasitas produksi 10 gigawatt per hour, terdiri dari 32,6 juta sel baterai untuk sekitar 150 ribu kendaraan listrik.
Sementara nantinya di fase kedua, targetnya pada 2025, kapasitas produksi di PT HLI Green Power bisa ditingkatkan jadi 20 gWh.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
03 Februari 2025, 10:00 WIB
02 Februari 2025, 18:00 WIB
02 Februari 2025, 11:00 WIB
01 Februari 2025, 09:00 WIB
31 Januari 2025, 13:00 WIB
Terkini
03 Februari 2025, 17:00 WIB
Pemerintah Riau menggelar pemutihan pajak kendaraan, masyarakat pun bisa segera memanfaatkan kelonggaran itu
03 Februari 2025, 16:03 WIB
Mobil listrik asal China ditawarkan dengan sejumlah keunggulan
03 Februari 2025, 15:00 WIB
PT JLM Auto Indonesia selaku APM Harley-Davidson di Indonesia optimis penjualan kendaraannya bisa naik
03 Februari 2025, 14:00 WIB
Pertamina Lubricants berminat bekerja sama dalam waktu lama dengan VR46, tim MotoGP binaan Valentino Rossi
03 Februari 2025, 13:41 WIB
Agus Suryonugroho ditunjuk menempati kursi Kakorlantas Polri buat menggantikan Aan Suhanan yang pensiun
03 Februari 2025, 12:00 WIB
Nissan dan Honda tunda pengumuman detail perjanjian merger menjadi pertengahan Februari karena beragam alasan
03 Februari 2025, 11:32 WIB
Mobil listrik murah Suzuki bakal isi segmen yang sama dengan Wuling Air ev, dikabarkan meluncur 2028
03 Februari 2025, 10:00 WIB
Sejumlah senjata sudah disiapkan oleh Geely buat bersaing dengan pabrikan China lain di pasar Indonesia