BYD Masih Merajai Pasar Mobil Listrik di Indonesia
11 Desember 2025, 20:06 WIB
Jerman tolak tarif impor mobil listrik China yang akan ditambahkan oleh Uni Eropa karena ada kepentingan
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Rencana tarif impor mobil listrik yang bakal diberlakukan Uni Eropa dinilai dapat mengganggu industri otomotif. Pasalnya masih banyak produsen termasuk dari Eropa dan AS lakukan ekspor kendaraan dari China.
VDA (Verband der Automobilindustrie) atau Asosiasi Otomotif Jerman belum lama ini mengimbau Komisi Eropa untuk batalkan penerapan tarif impor mobil listrik China yang segera berlaku.
Sebagai informasi ada beberapa merek melakukan perakitan di China dan mengekspor kendaraannya seperti BMW dan Mercedes-Benz.
Sehingga jika tarif impor mobil listrik itu diberlakukan, pabrikan otomotif Jerman juga berpeluang dirugikan. Belum lagi ada kemungkinan pemerintah Tiongkok menerapkan aturan serupa guna mengimbangi kebijakan tersebut.
Dilansir dari VDA, Kamis (4/7) Komisi Eropa sebaiknya melakukan negosiasi dengan pihak China lebih dulu. Sebelumnya telah ada diskusi antara kedua belah pihak, dengan kesimpulan seluruh pabrikan harus menciptakan kondisi persaingan sehat.
“Tarif impor dari Uni Eropa itu tidak hanya merugikan manufaktur China tapi perusahaan Eropa serta semua JV (Joint Venture),” tulis keterangan resmi VDA, dikutip hari ini.
China juga jadi salah satu pasar penting buat Jerman. Ekspor mobil ke Tiongkok sepanjang 2023 adalah senilai 15,1 miliar euro atau Rp 266,1 triliun. Sedangkan impor sebesar 4 miliar euro (Rp 70,5 triliun).
Selain unit CBU (Completely Built Up), Jerman juga mengimpor suku cadang dengan estimasi nilai mencapai 2,8 miliar euro (Rp 49,3 triliun).
Sejumlah manufaktur China bahkan mulai menekan pemerintah untuk menaikkan tarif impor mobil mesin bensin dari Eropa sebagai respons dari tarif impor mobil listrik dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Niklas Potrafke, Ekonom Institut Ifo mengungkapkan bahwa berhadapan industri China adalah hal yang menantang.
“Risiko geopolitik, respon terhadap keadaan ekonomi China, strategi ekspor dan menjaga kebebasan perdagangan perlu dipertimbangkan,” ucap Niklas seperti dikutip dari CNA, Kamis.
Manufaktur Jerman mengaku mereka sangat tergantung dengan pasar China. Kebijakan baru ini dapat merugikan banyak pihak.
“Sepertinya industri kita tidak butuh perlindungan. Anda bisa dengan mudah mengacaukan privilese ini kalau memberlakukan tarif impor,” ujar Oliver Zipse, CEO BMW.
Untuk diketahui BMW mengekspor Mini EV serta SUV (Sport Utility Vehicle) bertenaga listrik iX3 buatan fasilitas di Negeri Tirai Bambu ke pasar Eropa.
Lalu China menjadi salah satu pasar terbesar BMW, menyumbang hampir sepertiga total penjualan sepanjang kuartal pertama 2024.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
11 Desember 2025, 20:06 WIB
11 Desember 2025, 13:00 WIB
11 Desember 2025, 11:00 WIB
10 Desember 2025, 14:00 WIB
10 Desember 2025, 09:00 WIB
Terkini
12 Desember 2025, 12:00 WIB
Changan Nevo Q07 merupakan model EREV yang berpeluang dikembangkan jadi 7-seater untuk pasar Indonesia
12 Desember 2025, 11:00 WIB
Kementerian ESDM membuka opsi menambah kuota impor BBM Shell, BP AKR dan Vivo sebesar 10 persen pada 2026
12 Desember 2025, 10:00 WIB
Distribusi LMPV dari pabrik ke diler menunjukkan penurunan tipis, namun beberapa model alami peningkatan
12 Desember 2025, 09:00 WIB
Mitsubishi Fuso percaya diri menghadapi kondisi pasar di tahun depan meski diprediksi masih akan menantang
12 Desember 2025, 08:00 WIB
Polytron mengakui bahwa pihaknya sudah menerima kasus dimana baterai motor rusak dan harus dilakukan perbaikan
12 Desember 2025, 07:00 WIB
Banyaknya pelanggan yang touring membuat Polytron mengembangkan portable fast charging untuk mudahkan pengisian daya
12 Desember 2025, 06:00 WIB
Tak perlu khawatir ketika ingin mengurus dokumen berkendara, Anda bisa mendatangi SIM keliling Bandung
12 Desember 2025, 06:00 WIB
SIM keliling Jakarta masih terbuka di lima tempat sekitar Ibu Kota menjelang akhir pekan, jangan terlewat