10 Merek Mobil Listrik Terlaris Agustus 2025, BYD Tak Tergoyahkan
16 September 2025, 09:00 WIB
Jerman tolak tarif impor mobil listrik China yang akan ditambahkan oleh Uni Eropa karena ada kepentingan
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Rencana tarif impor mobil listrik yang bakal diberlakukan Uni Eropa dinilai dapat mengganggu industri otomotif. Pasalnya masih banyak produsen termasuk dari Eropa dan AS lakukan ekspor kendaraan dari China.
VDA (Verband der Automobilindustrie) atau Asosiasi Otomotif Jerman belum lama ini mengimbau Komisi Eropa untuk batalkan penerapan tarif impor mobil listrik China yang segera berlaku.
Sebagai informasi ada beberapa merek melakukan perakitan di China dan mengekspor kendaraannya seperti BMW dan Mercedes-Benz.
Sehingga jika tarif impor mobil listrik itu diberlakukan, pabrikan otomotif Jerman juga berpeluang dirugikan. Belum lagi ada kemungkinan pemerintah Tiongkok menerapkan aturan serupa guna mengimbangi kebijakan tersebut.
Dilansir dari VDA, Kamis (4/7) Komisi Eropa sebaiknya melakukan negosiasi dengan pihak China lebih dulu. Sebelumnya telah ada diskusi antara kedua belah pihak, dengan kesimpulan seluruh pabrikan harus menciptakan kondisi persaingan sehat.
“Tarif impor dari Uni Eropa itu tidak hanya merugikan manufaktur China tapi perusahaan Eropa serta semua JV (Joint Venture),” tulis keterangan resmi VDA, dikutip hari ini.
China juga jadi salah satu pasar penting buat Jerman. Ekspor mobil ke Tiongkok sepanjang 2023 adalah senilai 15,1 miliar euro atau Rp 266,1 triliun. Sedangkan impor sebesar 4 miliar euro (Rp 70,5 triliun).
Selain unit CBU (Completely Built Up), Jerman juga mengimpor suku cadang dengan estimasi nilai mencapai 2,8 miliar euro (Rp 49,3 triliun).
Sejumlah manufaktur China bahkan mulai menekan pemerintah untuk menaikkan tarif impor mobil mesin bensin dari Eropa sebagai respons dari tarif impor mobil listrik dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Niklas Potrafke, Ekonom Institut Ifo mengungkapkan bahwa berhadapan industri China adalah hal yang menantang.
“Risiko geopolitik, respon terhadap keadaan ekonomi China, strategi ekspor dan menjaga kebebasan perdagangan perlu dipertimbangkan,” ucap Niklas seperti dikutip dari CNA, Kamis.
Manufaktur Jerman mengaku mereka sangat tergantung dengan pasar China. Kebijakan baru ini dapat merugikan banyak pihak.
“Sepertinya industri kita tidak butuh perlindungan. Anda bisa dengan mudah mengacaukan privilese ini kalau memberlakukan tarif impor,” ujar Oliver Zipse, CEO BMW.
Untuk diketahui BMW mengekspor Mini EV serta SUV (Sport Utility Vehicle) bertenaga listrik iX3 buatan fasilitas di Negeri Tirai Bambu ke pasar Eropa.
Lalu China menjadi salah satu pasar terbesar BMW, menyumbang hampir sepertiga total penjualan sepanjang kuartal pertama 2024.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
16 September 2025, 09:00 WIB
15 September 2025, 20:00 WIB
15 September 2025, 19:00 WIB
15 September 2025, 11:00 WIB
14 September 2025, 09:00 WIB
Terkini
17 September 2025, 20:00 WIB
RMA Indonesia menghadirkan Ford Ranger XL dan lini kendaraan niaga dari Mahindra di ajang IEE Series 2025
17 September 2025, 19:00 WIB
Djamari Chaniago baru saja dilantik sebagai Menko Polkam oleh Prabowo untuk menggantikan Budi Gunawan
17 September 2025, 18:00 WIB
Demi menggairahkan industri komponen di Indonesia, GIAMM bakal menggelar Automechanika Jakarta 2026 di PIK
17 September 2025, 17:00 WIB
Marc Marquez mengungkapkan ada dua seri MotoGP di Asia yang terbilang sulit ditaklukkan, termasuk Indonesia
17 September 2025, 16:00 WIB
Suzuki Fronx berada di urutan teratas mobil hybrid terlaris Agustus 2025, sejumlah model mengalami kenaikan
17 September 2025, 15:05 WIB
Daihatsu Rocky dan Gran Max Blind Van mendapat sentuhan terbaru untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumen
17 September 2025, 14:00 WIB
Penjualan Honda Agustus 2025 berhasil mengalami peningkatan dengan hybrid menjadi primadona baru buat pabrikan
17 September 2025, 13:00 WIB
Mobil hybrid perdana GAC di Indonesia diyakini E9 PHEV yang sempat dipamerkan melalui ajang GIIAS 2025