Cina Siapkan Aturan Terkait Door Handle Model Flush
18 Desember 2025, 20:00 WIB
Jerman tolak tarif impor mobil listrik China yang akan ditambahkan oleh Uni Eropa karena ada kepentingan
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Rencana tarif impor mobil listrik yang bakal diberlakukan Uni Eropa dinilai dapat mengganggu industri otomotif. Pasalnya masih banyak produsen termasuk dari Eropa dan AS lakukan ekspor kendaraan dari China.
VDA (Verband der Automobilindustrie) atau Asosiasi Otomotif Jerman belum lama ini mengimbau Komisi Eropa untuk batalkan penerapan tarif impor mobil listrik China yang segera berlaku.
Sebagai informasi ada beberapa merek melakukan perakitan di China dan mengekspor kendaraannya seperti BMW dan Mercedes-Benz.
Sehingga jika tarif impor mobil listrik itu diberlakukan, pabrikan otomotif Jerman juga berpeluang dirugikan. Belum lagi ada kemungkinan pemerintah Tiongkok menerapkan aturan serupa guna mengimbangi kebijakan tersebut.
Dilansir dari VDA, Kamis (4/7) Komisi Eropa sebaiknya melakukan negosiasi dengan pihak China lebih dulu. Sebelumnya telah ada diskusi antara kedua belah pihak, dengan kesimpulan seluruh pabrikan harus menciptakan kondisi persaingan sehat.
“Tarif impor dari Uni Eropa itu tidak hanya merugikan manufaktur China tapi perusahaan Eropa serta semua JV (Joint Venture),” tulis keterangan resmi VDA, dikutip hari ini.
China juga jadi salah satu pasar penting buat Jerman. Ekspor mobil ke Tiongkok sepanjang 2023 adalah senilai 15,1 miliar euro atau Rp 266,1 triliun. Sedangkan impor sebesar 4 miliar euro (Rp 70,5 triliun).
Selain unit CBU (Completely Built Up), Jerman juga mengimpor suku cadang dengan estimasi nilai mencapai 2,8 miliar euro (Rp 49,3 triliun).
Sejumlah manufaktur China bahkan mulai menekan pemerintah untuk menaikkan tarif impor mobil mesin bensin dari Eropa sebagai respons dari tarif impor mobil listrik dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Niklas Potrafke, Ekonom Institut Ifo mengungkapkan bahwa berhadapan industri China adalah hal yang menantang.
“Risiko geopolitik, respon terhadap keadaan ekonomi China, strategi ekspor dan menjaga kebebasan perdagangan perlu dipertimbangkan,” ucap Niklas seperti dikutip dari CNA, Kamis.
Manufaktur Jerman mengaku mereka sangat tergantung dengan pasar China. Kebijakan baru ini dapat merugikan banyak pihak.
“Sepertinya industri kita tidak butuh perlindungan. Anda bisa dengan mudah mengacaukan privilese ini kalau memberlakukan tarif impor,” ujar Oliver Zipse, CEO BMW.
Untuk diketahui BMW mengekspor Mini EV serta SUV (Sport Utility Vehicle) bertenaga listrik iX3 buatan fasilitas di Negeri Tirai Bambu ke pasar Eropa.
Lalu China menjadi salah satu pasar terbesar BMW, menyumbang hampir sepertiga total penjualan sepanjang kuartal pertama 2024.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
18 Desember 2025, 20:00 WIB
18 Desember 2025, 18:00 WIB
17 Desember 2025, 21:00 WIB
17 Desember 2025, 16:00 WIB
17 Desember 2025, 10:00 WIB
Terkini
18 Desember 2025, 21:00 WIB
Jetour punya rencana membangun pabrik mandiri di Indonesia, saat ini masih menggunakan fasilitas milik Handal
18 Desember 2025, 20:00 WIB
Regulasi desain door handle atau gagang pintu EV akan diperketat di Cina, persulit evakuasi saat kecelakaan
18 Desember 2025, 19:00 WIB
Penyelenggaraan F4 di Sirkuit Mandalika menjadi kesempatan para pembalap serta tim Indonesia buat berkembang
18 Desember 2025, 18:00 WIB
Volkswagen resmi menutup pabrik di Jerman untuk pertama kalinya, alami kerugian dan banyak tantangan
18 Desember 2025, 17:07 WIB
Menggunakan oli palsu bisa merusak berbagai komponen mesin motor, sehingga berujung merugikan konsumen
18 Desember 2025, 16:00 WIB
Gaikindo memberikan banyak masukan kepada pemerintah agar penjualan mobil baru pada 2026 bisa kembali pulih
18 Desember 2025, 15:00 WIB
Operasional angkutan barang mulai dari Palembang sampai Banyuwangi dibatasi selama libur Nataru 2025-2026
18 Desember 2025, 14:00 WIB
Beragam motor baru meramaikan pasar pada 2025, seperti yang mencuri perhatian new Honda Vario dan Satria Pro