BYD YangWang U9 Muntahkan Tenaga 1.300 HP di Sirkuit Nurburgring
04 Juli 2024, 18:00 WIB
Jerman tolak tarif impor mobil listrik China yang akan ditambahkan oleh Uni Eropa karena ada kepentingan
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Rencana tarif impor mobil listrik yang bakal diberlakukan Uni Eropa dinilai dapat mengganggu industri otomotif. Pasalnya masih banyak produsen termasuk dari Eropa dan AS lakukan ekspor kendaraan dari China.
VDA (Verband der Automobilindustrie) atau Asosiasi Otomotif Jerman belum lama ini mengimbau Komisi Eropa untuk batalkan penerapan tarif impor mobil listrik China yang segera berlaku.
Sebagai informasi ada beberapa merek melakukan perakitan di China dan mengekspor kendaraannya seperti BMW dan Mercedes-Benz.
Sehingga jika tarif impor mobil listrik itu diberlakukan, pabrikan otomotif Jerman juga berpeluang dirugikan. Belum lagi ada kemungkinan pemerintah Tiongkok menerapkan aturan serupa guna mengimbangi kebijakan tersebut.
Dilansir dari VDA, Kamis (4/7) Komisi Eropa sebaiknya melakukan negosiasi dengna pihak China lebih dulu. Sebelumnya telah ada diskusi antara kedua belah pihak, dengan kesimpulan seluruh pabrikan harus menciptakan kondisi persaingan sehat.
“Tarif impor dari Uni Eropa itu tidak hanya merugikan manufaktur China tapi perusahaan Eropa serta semua JV (Joint Venture),” tulis keterangan resmi VDA, dikutip hari ini.
China juga jadi salah satu pasar penting buat Jerman. Ekspor mobil ke Tiongkok sepanjang 2023 adalah senilai 15,1 miliar euro atau Rp 266,1 triliun. Sedangkan impor sebesar 4 miliar euro (Rp 70,5 triliun).
Selain unit CBU (Completely Built Up), Jerman juga mengimpor suku cadang dengan estimasi nilai mencapai 2,8 miliar euro (Rp 49,3 triliun).
Sejumlah manufaktur China bahkan mulai menekan pemerintah untuk menaikkan tarif impor mobil mesin bensin dari Eropa sebagai respons dari tarif impor mobil listrik dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Niklas Potrafke, Ekonom Institut Ifo mengungkapkan bahwa berhadapan industri China adalah hal yang menantang.
“Risiko geopolitik, respon terhadap keadaan ekonomi China, strategi ekspor dan menjaga kebebasan perdagangan perlu dipertimbangkan,” ucap Niklas seperti dikutip dari CNA, Kamis.
Manufaktur Jerman mengaku mereka sangat tergantung dengan pasar China. Kebijakan baru ini dapat merugikan banyak pihak.
“Sepertinya industri kita tidak butuh perlindungan. Anda bisa dengan mudah mengacaukan privilese ini kalau memberlakukan tarif impor,” ujar Oliver Zipse, CEO BMW.
Untuk diketahui BMW mengekspor Mini EV serta SUV (Sport Utility Vehicle) bertenaga listrik iX3 buatan fasilitas di Negeri Tirai Bambu ke pasar Eropa.
Lalu China menjadi salah satu pasar terbesar BMW, menyumbang hampir sepertiga total penjualan sepanjang kuartal pertama 2024.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
04 Juli 2024, 18:00 WIB
04 Juli 2024, 15:00 WIB
04 Juli 2024, 12:00 WIB
04 Juli 2024, 11:00 WIB
04 Juli 2024, 10:00 WIB
Terkini
05 Juli 2024, 11:00 WIB
Kepolisian bakal menerapkan sistem ganjil genap Puncak Bogor, Anda pun bisa melewat beberapa rute alternatif
05 Juli 2024, 10:00 WIB
Gakindo sebut perlu insentif dari pemerintah untuk bisa membangkitkan penjualan mobil yang lesu belakangan ini
05 Juli 2024, 09:00 WIB
Terdapat diskon Vespa Batik yang bisa dimanfaatkan pencinta otomotif, sebab jumlahnya mencapai Rp 31 juta
05 Juli 2024, 08:00 WIB
Federal Oil diklaim telah sesuai dengan kebutuhan anak muda atau generasi Z di Tanah Air sebagai pelumas
05 Juli 2024, 07:00 WIB
Peraturan Daerah pembatasan kendaraan di Jakarta masih dikaji dan ditargetkan bakal rampung tahun ini
05 Juli 2024, 06:08 WIB
Layanan SIM keliling Bandung tidak beroperasi di akhir pekan, segera manfaatkan untuk lakukan perpanjangan
05 Juli 2024, 06:06 WIB
Beberapa hari jelang akhir pekan, Polda Metro Jaya menghadirkan SIM Keliling Jakarta di lima tempat berbeda
05 Juli 2024, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta pada 5 Juli 2024 kembali diberlakukan dan petugas diperbolehkan melakukan tilang manual