Pabrik Belum Jadi, IBC Klaim Sudah Punya Calon Pelanggan Baterai EV
30 Juni 2025, 11:00 WIB
Luhut yakin RI setop impor petrokimia di masa depan bila penjualan kendaraan listrik meningkat hingga 10 persen
Oleh Adi Hidayat
TRENOTO – Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bahwa pemerintah dorong penjualan kendaraan listrik guna mengurangi konsumsi BBM. Bahkan Luhut yakin RI setop impor petrokimia di masa depan bila program berjalan lancar.
Pasalnya pemanfaatannya untuk kendaraan konvensional mencapai 70 miliar liter per tahun. Tentu kondisi ini merugikan karena BBM di Indonesia harus diimpor dari negara-negara tetangga.
Oleh karena itu pemerintah akan memberikan insentif pembelian dan konversi kendaraan listrik serta mengurangi pajaknya. Dengan demikian diharapkan pangsa pasar electric vehicle di dalam negeri bisa mencapai 10 persen di tahun depan.
“Kami terus dorong kendaraan listrik khususnya 2023 sampai 2024 agar pangsa pasarnya mencapai 10 persen untuk mobil dan motor listrik. Dengan begitu Indonesia dapat mengurangi emisi juga impor BBM,” tegasnya dikutip dari Antara.
Ia pun menyampaikan bahwa pada 2021 populasi dari sepeda motor konvensional mencapai 118 juta unit. Sementara penjualannya bisa mencapai 6.5 juta unit per tahun dengan konsumsi BBM 35.9 miliar liter.
Sedangkan jumlah mobil konvensional mencapai 23 juta unit pada 2021. Penjualannya pun bisa mencapai sekitar 1 juta unit per tahun serta mengkonsumsi BBM sebanyak 34 miliar liter.
Baca juga : Bersiap Pajak Kendaraan Listrik Gratis, Catat Waktunya
“Konsumsi BBM mencapai 70 miliar liter setahun. Oleh karena itu bila didorong 10 persen (kendaraan listrik) maka konsumsi BBM akan berkurang,” tambahnya.
Namun melakukannya tentu tidak mudah. Pasalnya untuk memperoleh 10 persen pangsa pasar maka penjualan harus mencapai sekitar 600 ribu unit motor listrik dan sekitar 100 ribu unit mobil listrik.
Agar bisa mencapainya, pihaknya telah berinisiatif memberi insentif pembelian motor listrik sebesar Rp7 juta dan pengurangan pajak untuk mobil listrik sebesar sekitar 10 persen. Angka tersebut menurutnya setara dengan insentif yang ditawarkan Thailand.
"Saya rasa motor akan sekitar Rp7 juta sementara mobil mungkin pengurangan pajaknya sekitar 10 persen. Lihat yang terjadi di Thailand serta di Vietnam,” ungkapnya.
Tak hanya itu, guna mengurangi impor BBM maka pihaknya juga mendukung kebijakan pemanfaatan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar. Diperkirakan penggunaannya dapay bertahan hingga 2045.
“Indonesia akan memproduksi 100 ribu ton minyak sawit per tahun pada 2040-2045. 30 persennya digunakan untuk konsumsi sementara sisanya dijadikan energi sehingga mengurangi impor dari negara manapun,” pungkasnya.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
30 Juni 2025, 11:00 WIB
26 Juni 2025, 09:00 WIB
24 Juni 2025, 17:00 WIB
02 Juni 2025, 12:10 WIB
30 Mei 2025, 13:00 WIB
Terkini
04 Juli 2025, 08:00 WIB
Pemerintah terbuka jika merek Jepang mau ikut program insentif impor mobil listrik seperti yang dinikmati BYD
04 Juli 2025, 07:00 WIB
Aismoli berharap rencana pemberian subsidi motor listrik pada bulan depan bukan sekadar harapan palsu
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Mendekati akhir pekan, SIM keliling Jakarta masih beroperasi sebagai fasilitas alternatif perpanjangan SIM
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 4 Juli 2025 kembali diterapkan guna menghindari terjadinya kemacetan khususnya di jam sibuk
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Salah satu lokasi SIM keliling Bandung yang tersedia jelang akhir pekan ada di Dago Plaza, JL. IR. Juanda
03 Juli 2025, 22:00 WIB
Aprilia tengah menyiapkan rencana cadangan dengan mendekati Bastianini buat mengantisipasi kepergian Martin
03 Juli 2025, 21:00 WIB
Desain baru MG 4 EV resmi diperkenalkan di Cina dengan tampilan yang lebih ramah dibanding sebelumnya
03 Juli 2025, 20:00 WIB
Pengamat sorot sejumlah hal yang harus dilakukan produsen Jepang bertahan di tengah gempuran mobil BYD