Ini Jenis Mobil yang Banyak Dipakai di Jepang, LCGC Negeri Sakura
30 September 2025, 18:17 WIB
Pengamat menilai insentif LCGC tidak lagi relevan diterapkan di kondisi saat ini, perlu ada penurunan PPN
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Penjualan mobil nasional masih terlihat belum membaik secara optimal sepanjang kuartal pertama 2025.
Pada Maret 2025, angka wholesales kendaraan roda empat atau penyaluran dari pabrik ke diler tercatat sebanyak 70.892 unit.
Jika dibandingkan Februari 2025, angkanya turun dari raihan awal 72.336 unit. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, di Maret 2024 wholesales-nya berhasil tembus 74.720 unit.
Beberapa faktor dinilai jadi penyebab melambatnya angka penjualan mobil secara nasional. Sehingga untuk kembali ke capaian penjualan 1 juta unit di 2025 nampaknya masih akan sulit.
Pengamat otomotif menilai, kenaikan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi salah satu faktornya.
Perlu diketahui, PPN resmi naik dari 11 persen menjadi 12 persen, efektif 1 Februari 2025. Hal itu membuat banyak pabrikan terpaksa mengerek harga jual kendaraannya.
LCGC (Low Cost Green Car) yang menjadi kendaraan dengan banderol terjangkau pun ikut terdampak kenaikan PPN. Beberapa tipe bahkan tembus Rp 200 jutaan.
“Kalai insentif LCGC tidak usah dibahas lagi. Jika mau, kita bicara secara menyeluruh,” kata Bebin Djuana, pengamat otomotif saat dihubungi KatadataOTO, belum lama ini.
Keberadaan insentif lain seperti di mobil listrik dan hybrid dinilai sudah cukup. Sedangkan untuk jenis kendaraan di bawahnya, perlu ada intervensi kebijakan PPN agar harganya tidak melambung terlalu tinggi.
Misalnya, menurut Bebin, kendaraan dengan harga di atas Rp 1 miliar biarkan dikenakan PPN 10 persen. Sedangkan di bawah Rp 1 miliar bisa lebih rendah, contohnya enam persen.
“Jadi tidak membedakan antara (kendaraan) listrik atau bukan listrik. Sengaja saya usulkan demikian, supaya yang berbahan bakar fosil tidak terlalu terpuruk, (kendaraan) listrik bisa terjadi percepatan,” tegas dia.
Dia menegaskan, berbagai negara saat ini menyadari gejolak ekonomi. Sehingga pemerintahnya turun tangan membantu dari sisi regulasi.
“Sekarang ini kan (untuk masyarakat) yang sebetulnya butuh (kendaraan). Bukan untuk bergaya, tetapi memerlukan alat transportasi,” tegas Bebin.
Dengan situasi ekonomi masih belum pasti, Bebin mengingatkan masih ada faktor lain penyebab melemahnya daya beli di sektor otomotif.
Sehingga pemerintah harus turun langsung membantu memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat. Salah satunya lewat penurunan persentase PPN.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
30 September 2025, 18:17 WIB
30 September 2025, 17:30 WIB
26 September 2025, 18:00 WIB
26 September 2025, 17:00 WIB
22 September 2025, 12:00 WIB
Terkini
01 Oktober 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta kembali digelar untuk memastikan kelancaran arus kendaraan khususnya jelang upacara kenaikan Pancasila
01 Oktober 2025, 06:00 WIB
Mengawali Oktober 2025 fasilitas SIM keliling Jakarta masih dapat ditemui di lima tempat, simak lokasinya
01 Oktober 2025, 06:00 WIB
Untuk melayani para pengendara motor dan mobil, kepolisian menghadirkan SIM keliling Bandung di awal Oktober
30 September 2025, 23:00 WIB
Marc Marquez dalam kepercayaan diri tinggi dalam menyambut gelaran MotoGP Mandalika 2025 di akhir pekan nanti
30 September 2025, 22:00 WIB
Bus hidrogen hasil dari pengembangan Isuzu bareng Toyota akan dijadikan sebagai alat transportasi umum
30 September 2025, 21:00 WIB
Motor milik Francesco Bagnaia sempat berasap menjelang akhir MotoGP Jepang 2025, penyebabnya masih misterius
30 September 2025, 20:13 WIB
Castrol Indonesia menghadirkan pembalap MotoGP Johann Zarco dalam peluncuran produk pelumas terbarunya
30 September 2025, 18:17 WIB
Jepang memiliki versi LCGC-nya sendiri yang banyak digunakan termasuk di area perkotaan yakni kei car