Banyak Tekanan, Honda Koreksi Target Penjualan 21 Persen
12 November 2025, 12:00 WIB
Pengamat menilai insentif LCGC tidak lagi relevan diterapkan di kondisi saat ini, perlu ada penurunan PPN
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Penjualan mobil nasional masih terlihat belum membaik secara optimal sepanjang kuartal pertama 2025.
Pada Maret 2025, angka wholesales kendaraan roda empat atau penyaluran dari pabrik ke diler tercatat sebanyak 70.892 unit.
Jika dibandingkan Februari 2025, angkanya turun dari raihan awal 72.336 unit. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, di Maret 2024 wholesales-nya berhasil tembus 74.720 unit.
Beberapa faktor dinilai jadi penyebab melambatnya angka penjualan mobil secara nasional. Sehingga untuk kembali ke capaian penjualan 1 juta unit di 2025 nampaknya masih akan sulit.
Pengamat otomotif menilai, kenaikan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi salah satu faktornya.
Perlu diketahui, PPN resmi naik dari 11 persen menjadi 12 persen, efektif 1 Februari 2025. Hal itu membuat banyak pabrikan terpaksa mengerek harga jual kendaraannya.
LCGC (Low Cost Green Car) yang menjadi kendaraan dengan banderol terjangkau pun ikut terdampak kenaikan PPN. Beberapa tipe bahkan tembus Rp 200 jutaan.
“Kalai insentif LCGC tidak usah dibahas lagi. Jika mau, kita bicara secara menyeluruh,” kata Bebin Djuana, pengamat otomotif saat dihubungi KatadataOTO, belum lama ini.
Keberadaan insentif lain seperti di mobil listrik dan hybrid dinilai sudah cukup. Sedangkan untuk jenis kendaraan di bawahnya, perlu ada intervensi kebijakan PPN agar harganya tidak melambung terlalu tinggi.
Misalnya, menurut Bebin, kendaraan dengan harga di atas Rp 1 miliar biarkan dikenakan PPN 10 persen. Sedangkan di bawah Rp 1 miliar bisa lebih rendah, contohnya enam persen.
“Jadi tidak membedakan antara (kendaraan) listrik atau bukan listrik. Sengaja saya usulkan demikian, supaya yang berbahan bakar fosil tidak terlalu terpuruk, (kendaraan) listrik bisa terjadi percepatan,” tegas dia.
Dia menegaskan, berbagai negara saat ini menyadari gejolak ekonomi. Sehingga pemerintahnya turun tangan membantu dari sisi regulasi.
“Sekarang ini kan (untuk masyarakat) yang sebetulnya butuh (kendaraan). Bukan untuk bergaya, tetapi memerlukan alat transportasi,” tegas Bebin.
Dengan situasi ekonomi masih belum pasti, Bebin mengingatkan masih ada faktor lain penyebab melemahnya daya beli di sektor otomotif.
Sehingga pemerintah harus turun langsung membantu memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat. Salah satunya lewat penurunan persentase PPN.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
12 November 2025, 12:00 WIB
12 November 2025, 11:00 WIB
11 November 2025, 17:00 WIB
11 November 2025, 09:00 WIB
11 November 2025, 08:00 WIB
Terkini
12 November 2025, 13:00 WIB
Berkat Atto 1, BYD kembali menempati urutan pertama merek mobil Cina terlaris di periode Oktober 2025
12 November 2025, 12:00 WIB
Honda kurangi target penjualan global di tahun fiskal 2026 karena banyaknya tekanan dari berbagai wilayah
12 November 2025, 11:00 WIB
Cenderung tak terganggu situasi ekonomi, bos Ford sorot penyebab di balik turunnya penjualan mobil mewah
12 November 2025, 10:00 WIB
Untuk mengoperasikan kendaraan komersial di Indonesia ada beberapa hal yang harus dilengkapi termasuk ujian kir
12 November 2025, 09:00 WIB
Chery menghadirkan diler terbaru di kawasan elit Bintaro, Tangerang Selatan yang didominasi hunian dan bisnis
12 November 2025, 08:00 WIB
Pembangunan pabrik mobil listrik Toyota ditunda akibat adanya perlambatan pasar EV di berbagai wilayah
12 November 2025, 07:00 WIB
Seorang netizen melihat mobil listrik yang diduga Honda Super One sedang melakukan tes jalan di Jakarta
12 November 2025, 06:00 WIB
SIM keliling Jakarta beroperasi di waktu terbatas, jangan sampai terlambat sebab tidak ada dispensasi