Hyundai Bakal Tetap Kembangkan Mobil Hybrid Walau Tanpa Insentif
24 Oktober 2024, 23:30 WIB
Harga mobil listrik diperkirakan makin murah tahun depan karena banyaknya lithium di pasar internasional
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Saat ini mobil listrik boleh dikatakan memiliki harga yang lebih tinggi ketimbang kendaraan berbahan bakar bensin. Namun tahun depan situasi mungkin akan mengalami perbedaan karena harga bahan baku baterai di pasar global mengalami penurunan.
Perlu diketahui bahwa baterai menjadi komponen kendaraan yang paling mahal untuk kendaraan listrik. Di 2024, harganya sekitar US$ 115 (setara Rp 1,8 jutaan) per kWh atau turun 23 persen dibanding 2023.
Sementara di 2025, harga tersebut kemungkinan akan kembali mengalami penurunan. Tak tanggung-tanggung, nilainya diperkirakan 20 persen lebih murah dibanding saat ini.
Dilansir dari Yahoo Finance, penurunan harga disebabkan beragam hal. Salah satunya adalah banyaknya pasokan mineral khususnya lithium di tengah perlambatan pertumbuhan kendaraan listrik dunia.
Akibatnya harga dari barang tambang tersebut anjlok 70 persen hanya dalam satu tahun terakhir..
Tak hanya itu, upaya pabrikan dunia dalam mengejar ketertinggalan dari perusahaan otomotif China juga memberi dampak signifikan. Pasalnya mereka terus melakukan pengembangan untuk menciptakan teknologi baru yang lebih efektif.
Meski demikian, masih perlu waktu lebih lama agar harga mobil listrik bisa benar-benar setara dengan kendaraan berbahan bakar bensin. Di Amerika Serikat diperkirakan situasi tersebut baru akan tercapai pada 2026.
“2024 masih merupakan tahun yang berat untuk kendaraan listrik tapi kami melihat ada peluang terbuka di 2025 dan 2026,” ungkap Nikhil Bhandari, Co-Head of Asia-Pacific Natural Resources and Clean Energy Goldman Sachs.
Sementara di Indonesia pemerintah memang cukup gencar dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Hal ini terlihat dari diresmikannya pabrik baterai PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat.
Di dalamnya ada tiga fasilitas produksi mulai dari pabrik sel baterai tahap pertama senilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 19,67 triliun, battery pack sebesar US$ 42,12 juta (Rp 690,49 miliar) dan perakitan Hyundai Kona Electric sebanyak US$ 1,5 (Rp 24,59 triliun).
Jumlah investasi yang dikeluarkan perusahaan adalah US$ 4,46 miliar atau Rp 73,11 triliun. Diharapkan kehadiran fasilitas ini bisa menekan harga jual kendaraan listrik di Tanah Air sehingga makin kompetitif dengan mobil konvensional.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
24 Oktober 2024, 23:30 WIB
24 Oktober 2024, 22:00 WIB
24 Oktober 2024, 20:00 WIB
24 Oktober 2024, 10:00 WIB
23 Oktober 2024, 18:02 WIB
Terkini
25 Oktober 2024, 08:00 WIB
Hyundai menyambut positif target penjualan yang baru diumumkan Gaikindo karena dinilai lebih masuk akal
25 Oktober 2024, 07:00 WIB
Wuling menghadirkan berbagai program menarik selama GIIAS Semarang 2024 untuk menggoda para calon pembeli
25 Oktober 2024, 06:00 WIB
Ada dua lokasi SIM keliling Bandung yang masih bisa dimanfaatkan sebelum akhir pekan, berikut informasinya
25 Oktober 2024, 06:00 WIB
Pembatasan ganjil genap Jakarta pada 25 Oktober 2024 dilangsungkan secara ketat meski menjelang akhir pekan
25 Oktober 2024, 06:00 WIB
Masyarakat bisa memanfaatkan keberadaan SIM Keliling Jakarta yang beroperasi dari lima lokasi berbeda hari ini
24 Oktober 2024, 23:30 WIB
Hyundai bakal tetap kembangkan mobil hybrid walau tanpa adanya insentif yang menguntungkan dari pemerintah
24 Oktober 2024, 23:00 WIB
Mitsubishi menargetkan ratusan produk mereka bisa terjual selama gelaran GIIAS Semarang 2024 berlangsung
24 Oktober 2024, 22:00 WIB
Diklaim bisa memberikan keuntungan buat konsumen, IMI dan Wuling membuat program sosialisasi asuransi TPL