Ekspansi Pabrik Jadi Siasat BYD Hadapi Tarif Impor EV Uni Eropa
16 Oktober 2024, 19:01 WIB
Harga mobil listrik diperkirakan makin murah tahun depan karena banyaknya lithium di pasar internasional
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Saat ini mobil listrik boleh dikatakan memiliki harga yang lebih tinggi ketimbang kendaraan berbahan bakar bensin. Namun tahun depan situasi mungkin akan mengalami perbedaan karena harga bahan baku baterai di pasar global mengalami penurunan.
Perlu diketahui bahwa baterai menjadi komponen kendaraan yang paling mahal untuk kendaraan listrik. Di 2024, harganya sekitar US$ 115 (setara Rp 1,8 jutaan) per kWh atau turun 23 persen dibanding 2023.
Sementara di 2025, harga tersebut kemungkinan akan kembali mengalami penurunan. Tak tanggung-tanggung, nilainya diperkirakan 20 persen lebih murah dibanding saat ini.
Dilansir dari Yahoo Finance, penurunan harga disebabkan beragam hal. Salah satunya adalah banyaknya pasokan mineral khususnya lithium di tengah perlambatan pertumbuhan kendaraan listrik dunia.
Akibatnya harga dari barang tambang tersebut anjlok 70 persen hanya dalam satu tahun terakhir..
Tak hanya itu, upaya pabrikan dunia dalam mengejar ketertinggalan dari perusahaan otomotif China juga memberi dampak signifikan. Pasalnya mereka terus melakukan pengembangan untuk menciptakan teknologi baru yang lebih efektif.
Meski demikian, masih perlu waktu lebih lama agar harga mobil listrik bisa benar-benar setara dengan kendaraan berbahan bakar bensin. Di Amerika Serikat diperkirakan situasi tersebut baru akan tercapai pada 2026.
“2024 masih merupakan tahun yang berat untuk kendaraan listrik tapi kami melihat ada peluang terbuka di 2025 dan 2026,” ungkap Nikhil Bhandari, Co-Head of Asia-Pacific Natural Resources and Clean Energy Goldman Sachs.
Sementara di Indonesia pemerintah memang cukup gencar dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Hal ini terlihat dari diresmikannya pabrik baterai PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat.
Di dalamnya ada tiga fasilitas produksi mulai dari pabrik sel baterai tahap pertama senilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 19,67 triliun, battery pack sebesar US$ 42,12 juta (Rp 690,49 miliar) dan perakitan Hyundai Kona Electric sebanyak US$ 1,5 (Rp 24,59 triliun).
Jumlah investasi yang dikeluarkan perusahaan adalah US$ 4,46 miliar atau Rp 73,11 triliun. Diharapkan kehadiran fasilitas ini bisa menekan harga jual kendaraan listrik di Tanah Air sehingga makin kompetitif dengan mobil konvensional.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
16 Oktober 2024, 19:01 WIB
16 Oktober 2024, 18:00 WIB
16 Oktober 2024, 16:00 WIB
16 Oktober 2024, 15:00 WIB
16 Oktober 2024, 14:00 WIB
Terkini
16 Oktober 2024, 20:00 WIB
Ada dua model produksi Wuling, berikut sejumlah mobil milik Veronica Tan calon menteri Prabowo Subianto
16 Oktober 2024, 19:01 WIB
Pemberlakuan tarif impor EV oleh Uni Eropa membuat BYD lakukan ekspansi lewat pembangunan pabrik di luar China
16 Oktober 2024, 18:00 WIB
Chery menyebut kalau mobil listrik Omoda E5 cukup diminati oleh konsumen, sebab terjual sampai ribuan unit
16 Oktober 2024, 17:00 WIB
Untuk denda tilang Operasi Zebra 2024 yang paling murah adalah Rp 250 ribu dan termahal di angka Rp 1 juta
16 Oktober 2024, 16:00 WIB
Beberapa kasus terjadi Florida, mobil listrik terbakar saat baterainya terpapar air laut sehingga pemilik harus waspada
16 Oktober 2024, 15:00 WIB
Insentif mobil hybrid ternyata masih ditunggu berbagai manufaktur otomotif di Indonesia, termasuk BYD
16 Oktober 2024, 14:00 WIB
Terdapat beberapa pertimbangan ketika Mazda ingin menambah diler baru untuk melayani masyarakat di Indonesia
16 Oktober 2024, 12:03 WIB
Jadi pendatang baru di pasar pikap, Toyota Hilux Rangga disebut memiliki beberapa keunggulan untuk bersaing