Spesifikasi GAC Aion ES, Alternatif Sedan Listrik Murah
22 Juli 2024, 21:54 WIB
Terlepas dari tantangan dihadapi, riset ungkap mobil listrik China bakal dominasi sepertiga pasar BEV global
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Kehadiran beragam mobil listrik China semakin marak dan perlahan diterima masyarakat karena beberapa alasan. Misal banderol cenderung lebih murah, model bervariasi dan teknologinya mumpuni.
Riset yang dirilis IMD (The International Institute of Management and Development) memang menunjukkan, Tesla masih pegang gelar perusahaan otomotif paling inovatif. Riset tersebut adalah hasil survei Future Readiness Indikator atau Indikator Kesiapan Masa Depan 2024.
Untuk diketahui indikator tahunan FRI 2024 bermaksud mengukur ketahanan masa depan 24 perusahaan otomotif dunia, berurutan berdasarkan tingkat inovasi dilakukan guna memenuhi kebutuhan pelanggan.
Meski begitu posisinya mulai dikejar oleh sejumlah kompetitor Tiongkok. Di posisi kedua ada BYD (Build Your Dreams), saat ini dikenal sebagai salah satu rival terkuat Tesla.
Dijelaskan oleh Howard Yu, Direktur IMD Center for Future Readiness bahwa indikator tersebut selalu bergerak dinamis. Turunnya peringkat perusahaan berarti inovasi dilakukan tidak cukup pesat sehingga bisa disalip pesaing.
Pada 2023, raksasa otomotif asal Jepang yakni Toyota berada di posisi dua pada 2022. Namun turun ke peringkat 10 di 2023 hingga akhirnya tempati urutan ke-11 karena dibalap BYD, Neo dan Lee Auto yang merupakan merek China.
“Mengapa peringkat Toyota jatuh? Bukan karena mereka tidak membuat persiapan untuk kendaraan listrik, tapi inovasi mereka tidak bergerak secepat kompetitor asal China,” ucap Yu dalam siaran resmi, dikutip Rabu (22/5).
Yu mengungkapkan produsen mobil listrik China semakin kompetitif meski menghadapi beragam tantangan. Seperti wacana penerapan tarif 100 persen untuk impor BEV (Battery Electric Vehicle) Tiongkok di Amerika Serikat.
Namun menghadapi hal tersebut Yu mengatakan ada potensi manufaktur BEV Tiongkok menggunakan strategi White Label buat mengakali kebijakan AS.
Sederhananya, produsen menjual produk ke pengecer berbeda di mana pihak tersebut bisa memberikan merek sendiri sesuai keinginan. Dengan begitu pabrikan Tiongkok berpeluang kuasai sepertiga pasar BEV dunia pada 2030.
BYD melakukan hal serupa dengan memasok chipset dari pabrik semikonduktor untuk Fiat dan Toyota di China. Yu mengatakan cara ini juga mungkin diterapkan ke negara-negara lain, tidak terkecuali AS.
Ia mencontohkan manufaktur yang merakit PC. Penghasilan didapat lebih besar dari hasil menjual chipset dan perangkat lunak, bukan rakitannya.
“Jadi saya kira industri mobil bergerak ke arah yang sama,” kata Yu menutup perkataannya.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
22 Juli 2024, 21:54 WIB
22 Juli 2024, 20:34 WIB
22 Juli 2024, 18:00 WIB
22 Juli 2024, 16:23 WIB
22 Juli 2024, 11:00 WIB
Terkini
22 Juli 2024, 21:54 WIB
Tawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan kompetitor di kelas yang sama, ini spesifikasi GAC Aion ES
22 Juli 2024, 20:34 WIB
Hyundai ingatkan kompetitor mereka untuk hindari perang harga agar industri otomotif dapat terus bertumbuh
22 Juli 2024, 19:30 WIB
Pemerintah berharap agar pabrikan memberikan diskon untuk kendaraan ramah lingkungan guna mudahkan masyarakat
22 Juli 2024, 18:30 WIB
Performa Honda Civic jadi alasan Alvin Bahar terus menggunakannya baik di lintasan maupun di keseharian
22 Juli 2024, 18:00 WIB
GAC Aion beri garansi baterai dan komponennya, berlaku seumur hidup buat dua model yakni ES dan Hyptec HT
22 Juli 2024, 17:00 WIB
Resmi dimulai di GIIAS 2024 Chery dan NMAA buka kompetisi modifikasi Omoda 5, hadiah utama liburan ke China
22 Juli 2024, 16:23 WIB
Toyota membuka keran pemesanan unit Hilux Rangga di ajang GIIAS 2024 dan bisa dicoba secara langsung di area Test Drive
22 Juli 2024, 16:18 WIB
Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid hadir di Indonesia sebagai solusi mobilitas yang lebih efisien dan ramah lingkungan