Penjualan Daihatsu Oktober 2025, Gran Max Kontributor Utama
15 November 2025, 13:00 WIB
Guna mendorong penjualan mobil terkhusus di luar pulau Jawa, pengamat ungkit kembali wacana mobil pedesaan
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Selain pemberian insentif dari pemerintah, ada beberapa langkah lain bisa dilakukan produsen otomotif guna mendongkrak penjualan domestik. Salah satunya adalah memperkenalkan mobil murah, kelasnya ada di bawah LCGC (Low Cost Green Car).
Mundur ke 2017 sempat ada wacana pengembangan mobil pedesaan disesuaikan kebutuhan konsumen luar pulau Jawa. Beberapa unitnya dipamerkan di gelaran IIMS 2017 (Indonesia International Motor Show).
Mobil pedesaan harus merupakan buatan Indonesia, dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat khususnya konsumen di sektor pertanian dan perkebunan.
Prototipe yang dikembangkan oleh Kemenperin (Kementerian Perindustrian) beberapa tahun silam juga menjadi wadah tenaga kerja dalam negeri ikut ambil bagian membangun mobil pedesaan.
Bicara soal harga saat itu nilainya sekitar Rp 50 juta sampai Rp 70 juta, diklaim relatif terjangkau buat konsumen sasaran di kawasan pedesaan.
Hanya saja saat ini yang sukses terealisasikan adalah program insentif LCGC (Low Cost Green Car). Kebijakan itu dinilai berhasil mendorong penjualan karena tawarkan lini mobil dengan banderol di bawah Rp 200 jutaan.
Namun keberadaan mobil murah yang harganya jauh lebih terjangkau masih tetap dibutuhkan, jika pemerintah ingin mendongkrak angka penjualan mobil domestik.
Apalagi melihat animo di daerah cukup tinggi, terlihat dari rasio kepemilikan berdasarkan hasil riset LPEM UI (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia).
Riyanto, Pengamat Otomotif LPEM UI menjelaskan mobil murah bisa jadi satu inovasi produsen untuk tawarkan lebih banyak lini kendaraan pembeli di luar pulau Jawa.
Menurut dia fitur-fitur pada mobil keluaran teranyar sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan oleh masyarakat daerah, mayoritas pergerakannya di area pedesaan ataupun perkebunan seperti di kawasan Sumatera.
"Kira-kira kalau masyarakat di desa kita pakai atau tidak? Jadi di pedesaan itu paling sederhana misal perkebunan, sepertinya tidak perlu fitur sedikit-sedikit berbunyi," kata Riyanto saat ditemui di kantor Kemenperin beberapa waktu lalu.
Riyanto menegaskan pentingnya penting buat produsen otomotif menyediakan suatu lini kendaraan didesain untuk kebutuhan masyarakat daerah yang masih perlu mobil untuk mobilitas sehari-hari.
Konsumen kelompok atau kelas menengah ke atas dinilai masih mampu untuk membeli. Namun model tersebut tidak dapat menjangkau kelas di bawahnya.
"Sinyal, peringatan atau alarm tabrakan menambah (harga jual) mobil lumayan. Kalau tidak salah seperti Honda BR-V itu Rp 25 juta nilainya," ungkap Riyanto menutup perkataannya.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
15 November 2025, 13:00 WIB
14 November 2025, 16:00 WIB
14 November 2025, 10:00 WIB
14 November 2025, 07:00 WIB
13 November 2025, 21:00 WIB
Terkini
17 November 2025, 10:00 WIB
Ajang Honda Modif Contest 2025 berhasil menemukan karya ciamik sepeda motor yang terus-menerus berkembang
17 November 2025, 08:00 WIB
Sebagian ruas jalan di Tol Cipularang dan Padaleunyi ditutup untuk dilakukan perbaikan selama sepekan
17 November 2025, 07:00 WIB
Kementerian Perhubungan gelar pembatasan lalu lintas di kawasan wisata saat libur Natal dan tahun baru
17 November 2025, 06:00 WIB
Lima lokasi SIM keliling Jakarta kembali dibuka seperti biasa, bisa untuk perpanjangan SIM A maupun C
17 November 2025, 06:00 WIB
Agar tidak terkena tilang saat Operasi Zebra 2025, Anda bisa memanfaatkan kehadiran SIM keliling Bandung
17 November 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 17 November 2025 berbarengan dengan penyelenggaraan operasi Zebra sehingga pengawasan lebih ketat
16 November 2025, 21:24 WIB
Marco Bezzecchi tutup musim ini dengan capaian manis di MotoGP Valencia 2025 dengan finish pertama
16 November 2025, 17:00 WIB
Mazda EZ-6 dan Changan Deepal LO7 sama-sama berpeluang besar untuk dipasarkan ke konsumen di Tanah Air