Hyundai Alami Penurunan Laba di Kuartal Ketiga
28 Oktober 2024, 14:00 WIB
Guna mendorong penjualan mobil terkhusus di luar pulau Jawa, pengamat ungkit kembali wacana mobil pedesaan
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Selain pemberian insentif dari pemerintah, ada beberapa langkah lain bisa dilakukan produsen otomotif guna mendongkrak penjualan domestik. Salah satunya adalah memperkenalkan mobil murah, kelasnya ada di bawah LCGC (Low Cost Green Car).
Mundur ke 2017 sempat ada wacana pengembangan mobil pedesaan disesuaikan kebutuhan konsumen luar pulau Jawa. Beberapa unitnya dipamerkan di gelaran IIMS 2017 (Indonesia International Motor Show).
Mobil pedesaan harus merupakan buatan Indonesia, dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat khususnya konsumen di sektor pertanian dan perkebunan.
Prototipe yang dikembangkan oleh Kemenperin (Kementerian Perindustrian) beberapa tahun silam juga menjadi wadah tenaga kerja dalam negeri ikut ambil bagian membangun mobil pedesaan.
Bicara soal harga saat itu nilainya sekitar Rp 50 juta sampai Rp 70 juta, diklaim relatif terjangkau buat konsumen sasaran di kawasan pedesaan.
Hanya saja saat ini yang sukses terealisasikan adalah program insentif LCGC (Low Cost Green Car). Kebijakan itu dinilai berhasil mendorong penjualan karena tawarkan lini mobil dengan banderol di bawah Rp 200 jutaan.
Namun keberadaan mobil murah yang harganya jauh lebih terjangkau masih tetap dibutuhkan, jika pemerintah ingin mendongkrak angka penjualan mobil domestik.
Apalagi melihat animo di daerah cukup tinggi, terlihat dari rasio kepemilikan berdasarkan hasil riset LPEM UI (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia).
Riyanto, Pengamat Otomotif LPEM UI menjelaskan mobil murah bisa jadi satu inovasi produsen untuk tawarkan lebih banyak lini kendaraan pembeli di luar pulau Jawa.
Menurut dia fitur-fitur pada mobil keluaran teranyar sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan oleh masyarakat daerah, mayoritas pergerakannya di area pedesaan ataupun perkebunan seperti di kawasan Sumatera.
"Kira-kira kalau masyarakat di desa kita pakai atau tidak? Jadi di pedesaan itu paling sederhana misal perkebunan, sepertinya tidak perlu fitur sedikit-sedikit berbunyi," kata Riyanto saat ditemui di kantor Kemenperin beberapa waktu lalu.
Riyanto menegaskan pentingnya penting buat produsen otomotif menyediakan suatu lini kendaraan didesain untuk kebutuhan masyarakat daerah yang masih perlu mobil untuk mobilitas sehari-hari.
Konsumen kelompok atau kelas menengah ke atas dinilai masih mampu untuk membeli. Namun model tersebut tidak dapat menjangkau kelas di bawahnya.
"Sinyal, peringatan atau alarm tabrakan menambah (harga jual) mobil lumayan. Kalau tidak salah seperti Honda BR-V itu Rp 25 juta nilainya," ungkap Riyanto menutup perkataannya.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
28 Oktober 2024, 14:00 WIB
28 Oktober 2024, 08:00 WIB
26 Oktober 2024, 18:00 WIB
24 Oktober 2024, 12:00 WIB
24 Oktober 2024, 10:00 WIB
Terkini
29 Oktober 2024, 23:00 WIB
Jorge Martin memiliki celah kecil buat mengunci gelar juara dunia dalam gelaran MotoGP Malaysia 2024 di Sepang
29 Oktober 2024, 22:30 WIB
Presiden RI Prabowo Subianto melarang menteri dan pejabat pakai mobil mewah impor, ini tanggapan BMW
29 Oktober 2024, 22:00 WIB
Toyota dan Hyundai siap kembangkan mobil hidrogen bersama demi menciptakan mobilitas yang lebih optimal
29 Oktober 2024, 21:00 WIB
Toyota ingin mobilnya dijadikan kendaraan dinas pejabat kementerian karena sudah diproduksi di dalam negeri
29 Oktober 2024, 20:00 WIB
Pameran kendaraan roda dua IMOS 2024 akan resmi dibuka esok hari dan diramaikan produsen aksesoris kenamaan
29 Oktober 2024, 19:00 WIB
Korlantas Polri bakal mulai meluncurkan serta menerapkan BPKB elektronik di seluruh Indonesia di awal 2025
29 Oktober 2024, 18:00 WIB
Minat konsumen tinggi, BMW M4 CS dan M2 Special Edition diboyong ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
29 Oktober 2024, 17:00 WIB
Marquez bersaudara masih diharapkan untuk bisa kembali meraih dobel podium di sisa-sisa musim MotoGP 2024