SAIC Minta Insentif PPN DTP Mobil Listrik Dilanjut ke Kemenperin
11 Oktober 2025, 09:00 WIB
Terjebak di 1 juta unit selama 10 dekade, insentif dinilai bisa bawa RI keluar dari stagnasi penjualan mobil
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Pemberian insentif fiskal pada kendaraan bermotor terbukti membantu mendorong daya beli masyarakat. Sebelumnya hal ini terbukti dari suksesnya penerapan PPnBM DTP untuk kategori LCGC (Low Cost Green Car).
Relaksasi PPnBM DTP diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 5/PMK.010/2022. Perlu diketahui kebijakan tersebut dihentikan pada Oktober 2022.
Aturan itu mengatur tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2022.
Menurut Putu Juli Ardika, Plt Dirjen ILMATE insentif telah terbukti membantu industri otomotif dan mendorong penjualan. Ia mengungkapkan pentingnya pemberian relaksasi termasuk bagi kendaraan ramah lingkungan.
“PPnBM ini sudah membuat sejarah di 2011-2013 dan juga 2021-2022. Kalau kita berikan nanti lebih luas bukan hanya untuk BEV tapi saudara dekatnya itu mungkin akan mendorong,” ucap Putu di sela diskusi Forwin di kantor Kemenperin, Rabu (10/7).
Mundur ke 2020-2021 saat pandemi Covid-19 pertama meluas, relaksasi pajak sejumlah mobil menghasilkan beberapa efek baik seperti meningkatnya produksi dan penjualan.
Saat itu pemerintah mengatakan bahwa ada kenaikan penjualan mobil sampai 60 persen imbas PPnBM DTP.
Kemudian ada faktor lain yang menyebabkan penjualan mobil domestik terbilang stagnan, salah satunya adalah inflasi.
Pengetatan aturan kredit juga jadi kendala buat perusahaan perbankan dalam membiayai kendaraan bermotor. Padahal 80 persen konsumen membeli secara kredit.
“(Karena) inflasi, kendaraan itu jadi lebih mahal, dari 2014-2023 perbandingan gap-nya semakin besar,” ucap Putu.
Hal senada juga disampaikan Riyanto, Pengamat Otomotif LPEM UI (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia).
“Kajian tentang mobil murah, terwujud di LCGC pada 2013 rasanya perlu disegarkan kembali. Range produk disediakan untuk kelompok yang tidak butuh (teknologi) canggih-canggih tetapi fungsional,” ujar Riyanto dalam kesempatan sama.
Terakhir ada langkah sementara bisa dilakukan oleh pabrikan. Misalnya pemberian diskon atau potongan harga buat model tertentu.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
11 Oktober 2025, 09:00 WIB
10 Oktober 2025, 20:30 WIB
07 Oktober 2025, 22:31 WIB
07 Oktober 2025, 18:17 WIB
06 Oktober 2025, 14:00 WIB
Terkini
12 Oktober 2025, 15:00 WIB
Artis Arief Muhammad kerap membagikan koleksi kendaraannya melalui Instagram, salah satunya BAIC BJ40 Plus
12 Oktober 2025, 13:00 WIB
Francesco Bagnaia mengaku terkejut bisa menjalin hubungan yang baik sebagai rekan satu tim dengan Marquez
12 Oktober 2025, 11:00 WIB
Suzuki Ignis bekas di Oktober 2025 terbilang cukup beragam bahkan ada yang ditawarkan dengan TDP Rp 5 juta
12 Oktober 2025, 09:00 WIB
Nama Geely masih tersemat di mobil listrik Aletra L8 EV, seperti pada bagian lampu depan maupun belakang
12 Oktober 2025, 07:00 WIB
Daihatsu Sigra bekas di Oktober 2025 terbilang cukup menarik karena ada banyak pilihan dengan TDP mulai Rp 5 jutaan
11 Oktober 2025, 17:00 WIB
Segera diluncurkan tahun depan, Toyota Veloz Hybrid berpeluang untuk pakai baterai CATL rakitan lokal
11 Oktober 2025, 15:00 WIB
Pasar motor matic murah kedatangan produk baru di Oktober 2025, seperti contoh Honda Scoopy Kuromi Limited
11 Oktober 2025, 13:00 WIB
Honda klaim motor yang mereka jual saat ini sudah bisa menggunakan BBM bercampur etanol dengan komposisi tertentu