Harga Aion V Bakal Turun Setelah Diproduksi Lokal
17 Juni 2025, 14:00 WIB
Kurang gencar transisi ke kendaraan listrik, ekonom sebut mobil Korea lebih inovatif dibandingkan Jepang
Oleh Serafina Ophelia
TRENOTO – Industri otomotif saat ini tengah berlomba menyiapkan lini elektrifikasi mulai dari mobil hybrid atau HEV (hybrid electric vehicle) sampai kendaraan listrik murni guna mencapai target nol emisi karbon dalam beberapa puluh tahun ke depan.
Bukan jadi hal baru bahwa produsen otomotif di China memimpin dan sudah memperkenalkan banyak model elektrifikasi dengan jangkauan harga beragam sehingga bisa dinikmati lebih banyak konsumen.
Di Indonesia sendiri juga sudah mulai ditawarkan beragam mobil listrik harga mulai dari Rp200 jutaan. Termurahnya dimiliki oleh pabrik asal China dengan Wuling Air ev.
Sementara Korea Selatan menjual Hyundai Ioniq 5 di harga mulai Rp700 jutaan. Kedua model tersebut juga sudah mendapatkan insentif atau keringanan dari pemerintah demi mendorong daya beli masyarakat.
Pabrik-pabrik asal Jepang seperti Toyota dan Suzuki juga mulai gencar menjual kendaraan elektrifikasi, kebanyakan di antaranya adalah hybrid. Daihatsu belum memiliki model EV sedangkan Honda dikabarkan akan merilis satu model pada pameran GIIAS 2023 di Agustus mendatang.
Namun secara global, Raden Pardede, ekonom senior mengatakan bahwa pabrik otomotif asal Jepang saat ini terbilang lambat dalam transisinya ke industri kendaraan listrik. Menurutnya pabrik tertentu memiliki kuasa untuk 'melobi' pembuat kebijakan agar tetap mendukung bisnis kendaraan ICE atau mesin bensin.
Sebaliknya ia melihat mobil Korea lebih inovatif dibandingkan Jepang dan cenderung kompetitif meluncurkan mobil listrik.
"Di Korea Selatan terjadi kompetisi dan sangat luar biasa. Kalaupun mobil ICE-nya mati mereka tidak apa-apa," ungkapnya dalam sesi diskusi di Kempinski Ballroom, Jakarta, Kamis (20/7).
Ia mengingatkan bahwa Indonesia nantinya tidak boleh terjebak dalam 'innovation trap' atau jebakan inovasi yang dialami Jepang saat ini karena justru menjadi penghambat majunya negara.
Menurutnya pelaku usaha ekstraktif harus mulai menyediakan anggaran untuk riset dan pengembangan atau RND (research and development) demi menciptakan dunia usaha yang kompetitif dan menghasilkan inovasi baru.
"Kita lihat dari sisi kreativitas dan inovasi baru, Korea Selatan jauh lebih maju dari Jepang," tegasnya.
Indonesia disebut sudah mulai melakukan investasi cukup besar namun perlu dukungan pelaku usaha untuk beradaptasi dengan inovasi sesuai perkembangan zaman serta mengadopsi teknologi terkini.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
17 Juni 2025, 14:00 WIB
17 Juni 2025, 13:00 WIB
17 Juni 2025, 07:00 WIB
16 Juni 2025, 23:00 WIB
16 Juni 2025, 21:00 WIB
Terkini
18 Juni 2025, 06:13 WIB
Perpanjangan masa berlaku SIM A dan C dapat dilakukan melalui fasilitas SIM keliling Jakarta hari ini
18 Juni 2025, 06:00 WIB
Pembatasan ganjil genap Jakarta 18 Juni 2025 kembali digelar untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Ibu Kota
18 Juni 2025, 06:00 WIB
Demi memanjakan para pengendara di Kota Kembang, Kepolisian menyediakan dua lokasi SIM keliling Bandung
17 Juni 2025, 22:00 WIB
Yamaha Fazzio dimodifikasi hingga Rp 60 juga agar tampil sporti saat berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar
17 Juni 2025, 22:00 WIB
Dilakukan perdana di Indonesia, Chery melakukan kegiatan menantang untuk membuktikan kualitas produk
17 Juni 2025, 21:00 WIB
Yamaha mengklaim kalau produk dari lini Classy seperti Filano dan Fazzio mampu mendongkrak penjualan di Bali
17 Juni 2025, 20:13 WIB
Shell Advance City Scooter hadir untuk mengakomodir permintaan akan pelumas sepeda motor jenis matic
17 Juni 2025, 19:01 WIB
Dalam sebuah unggahan di Instagram, rombongan Presiden Prabowo Subianto memberikan jalan kepada mobil damkar