Ambisi Honda Kembangkan EV Meredup, Fokus ke Mobil Hybrid
18 Agustus 2025, 17:00 WIB
Kurang gencar transisi ke kendaraan listrik, ekonom sebut mobil Korea lebih inovatif dibandingkan Jepang
Oleh Serafina Ophelia
TRENOTO – Industri otomotif saat ini tengah berlomba menyiapkan lini elektrifikasi mulai dari mobil hybrid atau HEV (hybrid electric vehicle) sampai kendaraan listrik murni guna mencapai target nol emisi karbon dalam beberapa puluh tahun ke depan.
Bukan jadi hal baru bahwa produsen otomotif di China memimpin dan sudah memperkenalkan banyak model elektrifikasi dengan jangkauan harga beragam sehingga bisa dinikmati lebih banyak konsumen.
Di Indonesia sendiri juga sudah mulai ditawarkan beragam mobil listrik harga mulai dari Rp200 jutaan. Termurahnya dimiliki oleh pabrik asal China dengan Wuling Air ev.
Sementara Korea Selatan menjual Hyundai Ioniq 5 di harga mulai Rp700 jutaan. Kedua model tersebut juga sudah mendapatkan insentif atau keringanan dari pemerintah demi mendorong daya beli masyarakat.
Pabrik-pabrik asal Jepang seperti Toyota dan Suzuki juga mulai gencar menjual kendaraan elektrifikasi, kebanyakan di antaranya adalah hybrid. Daihatsu belum memiliki model EV sedangkan Honda dikabarkan akan merilis satu model pada pameran GIIAS 2023 di Agustus mendatang.
Namun secara global, Raden Pardede, ekonom senior mengatakan bahwa pabrik otomotif asal Jepang saat ini terbilang lambat dalam transisinya ke industri kendaraan listrik. Menurutnya pabrik tertentu memiliki kuasa untuk 'melobi' pembuat kebijakan agar tetap mendukung bisnis kendaraan ICE atau mesin bensin.
Sebaliknya ia melihat mobil Korea lebih inovatif dibandingkan Jepang dan cenderung kompetitif meluncurkan mobil listrik.
"Di Korea Selatan terjadi kompetisi dan sangat luar biasa. Kalaupun mobil ICE-nya mati mereka tidak apa-apa," ungkapnya dalam sesi diskusi di Kempinski Ballroom, Jakarta, Kamis (20/7).
Ia mengingatkan bahwa Indonesia nantinya tidak boleh terjebak dalam 'innovation trap' atau jebakan inovasi yang dialami Jepang saat ini karena justru menjadi penghambat majunya negara.
Menurutnya pelaku usaha ekstraktif harus mulai menyediakan anggaran untuk riset dan pengembangan atau RND (research and development) demi menciptakan dunia usaha yang kompetitif dan menghasilkan inovasi baru.
"Kita lihat dari sisi kreativitas dan inovasi baru, Korea Selatan jauh lebih maju dari Jepang," tegasnya.
Indonesia disebut sudah mulai melakukan investasi cukup besar namun perlu dukungan pelaku usaha untuk beradaptasi dengan inovasi sesuai perkembangan zaman serta mengadopsi teknologi terkini.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
18 Agustus 2025, 17:00 WIB
18 Agustus 2025, 15:00 WIB
16 Agustus 2025, 15:00 WIB
15 Agustus 2025, 20:00 WIB
15 Agustus 2025, 16:00 WIB
Terkini
18 Agustus 2025, 17:00 WIB
Honda mengurangi target penjualan dan investasi mobil listrik imbas penurunan yang terjadi di pasar global
18 Agustus 2025, 15:00 WIB
Penjualan kendaraan listrik global Januari hingga Juli 2025 berhasil tumbuh dengan Cina sebagai tulang punggung
18 Agustus 2025, 13:08 WIB
Marc Marquez unggul jauh dari para rivalnya setelah mengemas 418 poin di klasemen sementara MotoGP 2025
18 Agustus 2025, 11:00 WIB
Mencuci helm premium ternyata tidak bisa sembarangan, terdapat beberapa perlakuan yang harus diperhatikan
18 Agustus 2025, 09:01 WIB
Wheelie Fun Bike ciptakan sepeda listrik dengan fungsi unik
18 Agustus 2025, 09:00 WIB
Harga mobil hybrid per Agustus 2025 relatif stabil, ada beberapa pendatang baru yang melantai di GIIAS 2025
18 Agustus 2025, 07:00 WIB
Penjualan Daihatsu Juli 2025 mengalami kenaikan hingga buat perusahaan jadi yang terlaris kedua di Indonesia
17 Agustus 2025, 20:00 WIB
Marc Marquez catatkan kemenangan ke-1.000 di Sirkuit Red Bull Ring, berikut hasil MotoGP Austria 2025