Mobil Listrik Xiaomi YU7 Baru Akan Diekspor 2027, Ini Alasannya
04 Juli 2025, 12:52 WIB
Saling sindir antara pihak China dan Uni Eropa terus terjadi sehingga membuat kedua belah pihak bertemu
Oleh Denny Basudewa
KatadataOTO – Hubungan Uni Eropa (UE) dan China terus bergejolak setelah adanya wacana beberapa aturan baru. Kedua belah pihak bahkan saling mengancam karena merasa dirugikan.
Perkara tersebut di atas bermula ketika Uni Eropa berencana guna menaikkan bea masuk mobil listrik asal Tiongkok. Bahkan diklaim tarif kendaraan listrik China bakal diberlakukan 38.1 persen.
Uni Eropa menganggap pemerintahan China memberikan subsidi secara tidak adil. Sehingga produk-produk yang dihasilkan bisa memiliki banderol murah.
Menanggapi rencana kenaikan bea masuk, China menuding UE melakukan pelanggaran aturan perdagangan. Lalu mereka berniat melakukan upaya serupa.
Beberapa produsen mobil asal negeri tirai bambu menyarankan kendaraan asal Eropa dibebankan tarif sebesar 25 persen. Terutama unit dengan mesin bakar berkapasitas besar.
Dilansir Carscoops bahwa juru bicara UE telah melakukan pertemuan dengan perwakilan China. Dalam beberapa pekan mendatang mereka akan melakukan diskusi mengenai urusan bea masuk mobil baru.
“Saya akan terus terlibat pada seluruh tingkatan dalam beberapa waktu mendatang,” ujar Valdis Dombrovskis, Komisi Perdagangan Uni Eropa dikutip Carscoops (25/06).
Berbeda dengan sikap UE, pihak Jerman justru menolak diberlakukannya bea masuk mobil baru asal China. Adapun pihak negeri Panzer diketahui sudah menjalin komunikasi dengan Wang Wentao, Kementerian Perdagangan Tiongkok.
Robert Habeck, Wakil Kanselir dan Kementerian Federal Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim menyatakan menentang diberlakukan tarif tersebut di atas.
“Habeck mengatakan bahwa Jerman dan Tiongkok sama-sama pendukung dan penerima manfaat dari globalisasi,” ungkap Wentao.
Lebih lanjut diyakini pihak Jerman menyayangkan ada gejolak akibat wacana kenaikan tarif pajak. Karena diyakini bisa menghambat transisi hijau Eropa dan merugikan kepentingan konsumen.
Kemudian jika aturan di atas mulai berlaku, dirinya cemas akan nasib beberapa produsen mobil asal Jerman di China. Karena kedua belah pihak bisa saja melakukan hal serupa.
Sengkarut mobil listrik China di beberapa wilayah seperti Amerika Serikat hingga Uni Eropa, berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia.
Pasar mobil di Tanah Air saat ini tengah kebanjiran mobil asal Tiongkok. Bahkan ajang GIIAS 2024 harus menambah kapasitas ruang pamer.
“Jumlah kendaraan di GIIAS juga dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir, sekarang terbanyak. Saya laporkan di sini sudah 55 brand memastikan diri ikut dalam pameran ini,” kata Rizwan Alamsjah, Ketua III Gaikindo beberapa waktu lalu.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
04 Juli 2025, 12:52 WIB
04 Juli 2025, 08:00 WIB
03 Juli 2025, 21:00 WIB
03 Juli 2025, 20:00 WIB
03 Juli 2025, 09:00 WIB
Terkini
04 Juli 2025, 13:28 WIB
Auksi melakukan pengembangan layanan dan lokasi lelang baru untuk menjawab kebutuhan para pelanggan setia
04 Juli 2025, 12:52 WIB
Xiaomi berminat mengekspor mobil listrik ke pasar global, tetapi masih ada satu penghambat yang dihadapi
04 Juli 2025, 11:41 WIB
Lamborghini yang dikendaraan Diogo Jota bersama sang adik terbakar saat kecelakaan di jalan tol A52, Spanyol
04 Juli 2025, 09:00 WIB
Dishub DKI menyiapkan teknologi senilai Rp 120 miliar untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang ada di Ibu Kota
04 Juli 2025, 08:00 WIB
Pemerintah terbuka jika merek Jepang mau ikut program insentif impor mobil listrik seperti yang dinikmati BYD
04 Juli 2025, 07:00 WIB
Aismoli berharap rencana pemberian subsidi motor listrik pada bulan depan bukan sekadar harapan palsu
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Mendekati akhir pekan, SIM keliling Jakarta masih beroperasi sebagai fasilitas alternatif perpanjangan SIM
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 4 Juli 2025 kembali diterapkan guna menghindari terjadinya kemacetan khususnya di jam sibuk