Tren Elektrifikasi Naik di 2024, Pembiayaan Mobil Hybrid Populer
21 Juni 2024, 19:27 WIB
Brin nilai ekosistem kendaraan listrik di dunia termasuk Indonesia masih belum matang dalam banyak aspek
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Meski pertumbuhannya terus didorong pemerintah tetapi Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN nilai ekosistem kendaraan listrik di dunia termasuk Indonesia belum matang. Hal ini disebabkan teknologinya masih sangat terbatas.
Salah satu kendala terbesar adalah baterai yang dinilai belum mapan dalam menyimpan daya. Komponen itu juga dinilai lebih cepat rusak bila dibandingkan usia pakai kendaraan.
“Kemudian waktu pengisian daya masih terlalu lama sehingga Electric Vehicle hanya menjadi opsi bagi segmen tertentu. Misalnya adalah orang-orang yang punya rumah tapak,” ungkap Laksana Tri Handoko, Kepala BRIN dilansir Antara (12/06).
Konsumen yang memiliki rumah tapak dinilai lebih fleksibel karena bisa mengisi ulang baterai dengan leluasa. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh masyarakat di apartemen karena terbentur beragam aturan.
Selain itu kendaraan listrik cenderung dipakai untuk mobilitas di wilayah perkotaan, bukan memenuhi perjalanan jarak jauh. Handoko pun mencontohkan di Amerika Serikat masalah-masalah itu juga sama terjadi.
Dalam pandangannya, penduduk yang berada di sub-area dan harus pulang pergi menempuh jarak cukup jauh sehingga belum bisa memaksimalkan kendaraan listrik.
"Praktis kendaraan listrik sebagai alat transportasi tambahan," ucapnya.
Selain teknologi, Battery Electric Vehicle juga masih menghadapi kendala lain yaitu kendaraan elektrifikasi bekas. Terlebih di Indonesia memiliki budaya yang berbeda dibandingkan negara lain.
Sebagai contoh, orang-orang di beberapa negara menggunakan mobil dengan siklus 10 tahun. Setelah itu unit sebagian akan dibuang.
Hal ini berbeda dengan Indonesia karena siklus usia mobil maksimal 10 tahun tidak berlaku. Malah unit bekas bisa jadi pilihan alternatif mengingat harganya kompetitif.
Dengan segala kekurangannya, kendaraan elektrifikasi juga dinilai memiliki harga jual kembali yang rendah dibandingkan mobil konvensional. Apalagi bila bahan bakar minyak masih terus disubsidi sehingga banderolnya lebih murah.
“Ini kurang bagus untuk perkembangan mobil listrik di Tanah Air. Sehingga kita harus menciptakan mekanisme sendiri agar bisa mengantisipasinya di masa depan karena masalah tersebut pasti akan muncul,” pungkas Handoko.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
21 Juni 2024, 19:27 WIB
21 Juni 2024, 19:00 WIB
21 Juni 2024, 18:00 WIB
21 Juni 2024, 16:00 WIB
21 Juni 2024, 14:00 WIB
Terkini
21 Juni 2024, 19:27 WIB
Pada kuartal pertama 2024 ada kenaikan pembiayaan kendaraan elektrifikasi namun masih didominasi mobil hybrid
21 Juni 2024, 19:00 WIB
Tantangan dalam mengembangkan ban mobil listrik cukup beragam dan menghambat para produsen untuk membuatnya
21 Juni 2024, 18:00 WIB
Eagle menyebut kalau mobil listrik BYD bakal diserahkan ke tangan konsumen di Indonesia pada 30 Juni 2024
21 Juni 2024, 17:00 WIB
Delium Velocita DTX meluncur dengan beragam pengembangan sehingga bisa disiksa di kondisi ekstrem sekalipun
21 Juni 2024, 16:00 WIB
Wuling BinguoEV menjadi kendaraan andalan keluarga Indonesia karena menawarkan sejumlah fitur terkini
21 Juni 2024, 15:00 WIB
Mengenal cara kerja Yamaha Nmax Turbo yang menggunakan sistem elektronik pada bagian transmisi CVT-nya
21 Juni 2024, 14:00 WIB
Meski tidak mengincar subsidi pemerintah, komitmen Mercedes-Benz rakit lokal mobil listrik dilakukan di 2027
21 Juni 2024, 13:00 WIB
Fitur YECVT Yamaha Nmax Turbo ternyata sudah lama dipakai, telah disematkan ke Suzuki Skywave 650 sejak 2002