Mitsubishi Klaim Gempuran Brand Cina Belum Ganggu Penjualan
18 Mei 2025, 16:23 WIB
Ada beberapa faktor penyebab pabrik Jepang ragu beralih ke elektrifikasi, masih fokus di kendaraan hybrid
Oleh Serafina Ophelia
TRENOTO – Jika bicara mobil listrik saat ini pemain asal China bisa dibilang mulai mendominasi. Sebut saja Wuling, menawarkan mobil listrik ‘harga terjangkau’ yakni Air ev dibanderol mulai Rp180 jutaan.
Belum lama kembali datang juga Seres E1, harga tidak berbeda jauh di kisaran Rp180 jutaan sampai Rp200 jutaan. Berukuran mungil diharapkan cocok untuk mobilitas masyarakat di kawasan perkotaan.
Sementara pabrik Jepang lebih banyak melakukan transisi perlahan menghadirkan mobil hybrid. Misal Toyota dengan Innova Zenix Hybrid, RAV4, Alphard HEV atau Suzuki Grand Vitara Hybrid dan Ertiga Hybrid memakai teknologi MHEV (Mild Hybrid Electric Vehicle).
Sementara itu Honda baru menghadirkan lini elektrifikasi perdana pada gelaran GIIAS 2023 yakni CR-V Hybrid. Pabrikan berlambang H itu juga turut menghadirkan SUV e-Prototype yang sekilas berpostur serupa HR-V.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo memaparkan alasan mengapa tampaknya pabrik Jepang ragu beralih ke elektrifikasi dan mengambil langkah lebih hati-hati, yakni karena faktor kesiapan konsumen dan infrastruktur.
“Karena mereka sedikit berbeda cara pandang. Cenderung melihat ke habit ini juga sebuah proses perubahan budaya,” ucap Kukuh di acara Forum Diskusi Denpasar 12 beberapa waktu lalu.
Perubahan budaya yang dimaksud adalah metode pengisian daya. Ada transisi kebiasaan yang harus dihadapi masyarakat dari semula singgah di SPBU beberapa menit jadi mengisi daya dengan durasi lebih lama mulai dari 18 menit sampai 8 jam ke atas.
Selain ekosistem pihak diler juga harus senantiasa siap menyediakan wall charger untuk pengisian daya di rumah serta kesiapan teknisi menangani kendala mobil listrik.
“Kalau (pengisian bahan bakar) bensin 5 sampai 10 menit cukup, tapi kalau listrik harus lebih terencana. Harus bisa (mengisi daya) di rumah,” ujarnya.
Sebelumnya Kukuh mengungkap bahwa SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) adalah untuk kondisi darurat. Namun tetap perlu disebar merata agar calon konsumen bisa lebih yakin.
Selain infrastruktur faktor keamanan juga perlu jadi perhatian penting. Perlu diketahui dalam kasus kebakaran baterai mobil listrik harus ada pemadam api khusus yang belum tersedia baik di Indonesia maupun global.
“Perlu kita pikirkan. Informasi yang kami dapat baterai EV bisa sampai 24 untuk dipadamkan (jika terbakar) dan agar padam dengan baik harus direndam dalam kolam, ini jadi tantang bersama,” tegas Kukuh.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
18 Mei 2025, 16:23 WIB
16 Mei 2025, 17:37 WIB
16 Mei 2025, 16:00 WIB
16 Mei 2025, 15:00 WIB
16 Mei 2025, 08:00 WIB
Terkini
18 Mei 2025, 16:23 WIB
Banyak merek Cina meramaikan pasar otomotif RI, namun Mitsubishi mengaku penjualannya belum terganggu
18 Mei 2025, 14:00 WIB
Ahmad Luthfi ingin para pemilik mobil dan motor di Jateng tidak lagi menunggak pajak kendaraan di 2026
18 Mei 2025, 12:00 WIB
Kinerja oli Yamalube Turbo Matic diuji selama touring bersama JMC dari Cibinong sampai Bandung, Jawa Barat
18 Mei 2025, 10:00 WIB
BYD Seal bekas kini sudah tersedia di pasaran dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan unit baru
18 Mei 2025, 07:06 WIB
Mitsubishi Xpander bekas lansiran 2022 bisa menjadi pilihan menarik untuk masyarakat karena harganya terjangkau
17 Mei 2025, 14:58 WIB
Touring perayaan satu dekade Nmax dan JMC diinisiasi Yamaha, libatkan berbagai generasi motor Nmax dan Xmax
17 Mei 2025, 13:00 WIB
Damri siapkan 200 bus listrik baru sebagai armada TransJakarta yang jadi andalan mobilitas warga Ibu Kota
17 Mei 2025, 11:00 WIB
Kehadiran Chery Tiggo 8 CSH mencuri perhatian penggemar otomotif di Indonesia karena harganya terjangkau