Produksi Hyundai Ioniq 5 dan Kona EV Kembali Disetop Sementara
26 Juni 2025, 21:00 WIB
Ada beberapa faktor penyebab pabrik Jepang ragu beralih ke elektrifikasi, masih fokus di kendaraan hybrid
Oleh Serafina Ophelia
TRENOTO – Jika bicara mobil listrik saat ini pemain asal China bisa dibilang mulai mendominasi. Sebut saja Wuling, menawarkan mobil listrik ‘harga terjangkau’ yakni Air ev dibanderol mulai Rp180 jutaan.
Belum lama kembali datang juga Seres E1, harga tidak berbeda jauh di kisaran Rp180 jutaan sampai Rp200 jutaan. Berukuran mungil diharapkan cocok untuk mobilitas masyarakat di kawasan perkotaan.
Sementara pabrik Jepang lebih banyak melakukan transisi perlahan menghadirkan mobil hybrid. Misal Toyota dengan Innova Zenix Hybrid, RAV4, Alphard HEV atau Suzuki Grand Vitara Hybrid dan Ertiga Hybrid memakai teknologi MHEV (Mild Hybrid Electric Vehicle).
Sementara itu Honda baru menghadirkan lini elektrifikasi perdana pada gelaran GIIAS 2023 yakni CR-V Hybrid. Pabrikan berlambang H itu juga turut menghadirkan SUV e-Prototype yang sekilas berpostur serupa HR-V.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo memaparkan alasan mengapa tampaknya pabrik Jepang ragu beralih ke elektrifikasi dan mengambil langkah lebih hati-hati, yakni karena faktor kesiapan konsumen dan infrastruktur.
“Karena mereka sedikit berbeda cara pandang. Cenderung melihat ke habit ini juga sebuah proses perubahan budaya,” ucap Kukuh di acara Forum Diskusi Denpasar 12 beberapa waktu lalu.
Perubahan budaya yang dimaksud adalah metode pengisian daya. Ada transisi kebiasaan yang harus dihadapi masyarakat dari semula singgah di SPBU beberapa menit jadi mengisi daya dengan durasi lebih lama mulai dari 18 menit sampai 8 jam ke atas.
Selain ekosistem pihak diler juga harus senantiasa siap menyediakan wall charger untuk pengisian daya di rumah serta kesiapan teknisi menangani kendala mobil listrik.
“Kalau (pengisian bahan bakar) bensin 5 sampai 10 menit cukup, tapi kalau listrik harus lebih terencana. Harus bisa (mengisi daya) di rumah,” ujarnya.
Sebelumnya Kukuh mengungkap bahwa SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) adalah untuk kondisi darurat. Namun tetap perlu disebar merata agar calon konsumen bisa lebih yakin.
Selain infrastruktur faktor keamanan juga perlu jadi perhatian penting. Perlu diketahui dalam kasus kebakaran baterai mobil listrik harus ada pemadam api khusus yang belum tersedia baik di Indonesia maupun global.
“Perlu kita pikirkan. Informasi yang kami dapat baterai EV bisa sampai 24 untuk dipadamkan (jika terbakar) dan agar padam dengan baik harus direndam dalam kolam, ini jadi tantang bersama,” tegas Kukuh.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
26 Juni 2025, 21:00 WIB
26 Juni 2025, 20:03 WIB
26 Juni 2025, 15:00 WIB
26 Juni 2025, 12:00 WIB
26 Juni 2025, 11:42 WIB
Terkini
27 Juni 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 27 Juni 2025 ditiadakan karena berbarengan dengan libur nasional tahun baru Islam
26 Juni 2025, 22:30 WIB
Dishub DKI Jakarta pangkas jumlah lokasi parkir di jalanan untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat beraktvitas
26 Juni 2025, 22:00 WIB
Ada banyak pilihan lokasi parkir saat penyelenggaraan Jakarta International Marathon 2025 buat dimanfaatkan peserta
26 Juni 2025, 21:00 WIB
Melambatnya penjualan mobil listrik diduga jadi alasan Hyundai setop sementara produksi Ioniq 5 dan Kona EV
26 Juni 2025, 20:03 WIB
Berikut spesifikasi lengkap mobil listrik GWM Ora 03 yang baru saja diluncurkan untuk pasar Indonesia
26 Juni 2025, 17:00 WIB
Setelah Honda, Chery ikut meluncurkan pembaruan model dengan harga yang turun drastis sampai Rp 100 jutaan
26 Juni 2025, 16:00 WIB
Lounge diler Jeep di PIK resmi dibuka untuk konsumen, tawarkan pelayanan premium buat para pelanggan
26 Juni 2025, 15:00 WIB
Kapal pengangkut mobil listrik bernama Morning Midas yang terbakar di laut Alaska dinyatakan tenggelam