Tahun Ini BYD Bakal Luncurkan PHEV di Indonesia
21 Januari 2025, 20:00 WIB
Honda minta Nissan beli kembali sahamnya yang sekarang dimiliki Renault sebagai syarat melakukan merger
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Merger Honda dan Nissan tampaknya tidak akan berjalan mudah. Pasalnya ada beberapa syarat yang belakangan harus dilakukan untuk memuluskan rencana penggabungan.
Belakangan Honda meminta Nissan untuk membeli kembali saham mereka yang dimiliki Renault. Hal ini karena pabrikan berlogo H tersebut khawatir terhadap potensi pengaruh Renault pada rencana merger.
Perlu diketahui bahwa Renault masih memiliki 35,7 persen saham Nissan dengan nilai USD 3,6 miliar atau setara Rp 686,5 triliun. Namun perusahaan asal Perancis itu menegaskan tidak akan ikut campur terhadap rencana merger dan mempertimbangkan semua opsi untuk kepentingan aliansi.
Dilansir Carscoops, komitmen tersebut justru membuat Honda berada dalam posisi sulit karena berpotensi mengganggu merger di masa depan.
Sebelumnya diberitakan bahwa Nissan, Honda dan Mitsubishi resmi mengumumkan rencana merger pada Desember 2024. Langkah ini pun menarik perhatian karena berpotensi membuat mereka jadi perusahaan mobil terbesar ketiga di dunia.
Toshihiro Mibe, Presiden Honda menyampaikan bahwa mereka akan berupaya menyatukan operasionalnya ke sebuah perusahaan induk. Sebagai langkah awal maka Honda siap menjadi pemimpin manajemen baru namun tetap mempertahankan prinsip dan merek masing-masing.
Namun masing-masing merek bakal membagikan platform dan mesin untuk memudahkan pengembangan kendaraan sehingga jadi lebih kompetitif di pasar.
Perlu diketahui bahwa sampai sekarang merger masih sebatas rencana dan baru resmi akan ditanda tangani pada Juni 2025. Bahkan rencana tersebut masih memiliki risiko batal di kemudian hari.
“Saat ini ada beberapa hal yang harus dipelajari. Terus terang, kemungkinan rencana batal tidaklah nol,” ungkap Toshihiro Mibe dilansir APNews (23/12).
Hal ini karena Nissan sebenarnya dalam posisi yang kurang menguntungkan untuk dilakukan merger. Bahkan pabrikan tersebut terpaksa 9.000 karyawannya di seluruh dunia hingga mengurangi kapasitas produksinya agar bisa bertahan.
Tak hanya itu, mereka juga akan menunda peluncuran beberapa model baru sehingga berpotensi membuat kondisinya makin tertekan. Merger pun disebut-sebut sebagai salah satu solusi agar terhindar dari kebangkrutan.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
21 Januari 2025, 20:00 WIB
21 Januari 2025, 09:00 WIB
20 Januari 2025, 23:09 WIB
20 Januari 2025, 09:00 WIB
19 Januari 2025, 20:06 WIB
Terkini
22 Januari 2025, 11:00 WIB
PT EMI resmi meluncurkan mobil hybrid Mazda CX-80 PHEV buat pasar Indonesia, cek harga dan spesifikasinya
22 Januari 2025, 10:00 WIB
Menjadi peluang sebelum beralih ke mobil listrik murni, Mazda lihat peluang besar PHEV diminati konsumen
22 Januari 2025, 09:00 WIB
Seven Event memastikan GIIAS 2025 akan digelar semakin heboh dan terdapat banyak kejutan dari merek baru
22 Januari 2025, 08:00 WIB
Kemenhub dan sejumlah pihak bakal menjalankan pembatasan angkutan barang saat libur Isra Miraj dan Imlek 2025
22 Januari 2025, 07:00 WIB
BYD siap buka 45 diler baru sepanjang 2025 untuk memudahkan masyarakat menjangkau kendaraan impiannya
22 Januari 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 22 Januari 2025 tetap akan dilangsungkan secara maksimal meski kemungkinan hujan seharian
22 Januari 2025, 06:00 WIB
Manfaatkan fasilitas SIM keliling Bandung yang beroperasi hari ini, ada dua lokasi berbeda disediakan
22 Januari 2025, 06:00 WIB
Polda Metro Jaya menyebar SIM Keliling Jakarta di lima titik berbeda, simak lokasi serta persyaratannya