Deepal S07 Dapat Pembaruan, Calon Mobil Baru Changan di Indonesia
21 September 2025, 15:00 WIB
Transisi elektrifikasi dari mobil konvensional menuju EV dinilai belum maksimal, menyebabkan penurunan pasar
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Memasuki 2025, industri otomotif menghadapi sederet tantangan yang berimbas pada melemahnya penjualan kendaraan roda empat dalam negeri.
Di awal tahun, data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) mengungkapkan bahwa angka wholesales (penyaluran dari pabrik ke diler) ada di angka 61.843 unit.
Jika dibandingkan, raihan tersebut turun 11,3 persen year-on-year dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 69.758 unit.
Lalu selama dua kuartal berturut-turut, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) menilai penurunan penjualan mobil menjadi sinyal melemahnya konsumsi rumah tangga dan industri otomotif nasional di masa transisi.
“Ini bukan sekadar fluktuasi pasar, tetapi kombinasi dari daya beli yang melemah, ketidakpastian global dan transisi kendaraan listrik belum ditopang ekosistem matang,” kata M. Hanif Dhakiri, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dikutip dari keterangannya, Kamis (24/04).
Lebih lanjut dia menyorot, hal tersebut memperlihatkan adanya tekanan konsumsi kelas menengah dan keraguan pasar terhadap arah transformasi industri otomotif.
Menurutnya, sejumlah konsumen cenderung melakukan penundaan pembelian mobil konvensional atau bermesin bensin.
Karena mereka mengharapkan harga mobil listrik atau EV (Electric Vehicle) bisa semakin terjangkau dalam waktu dekat, apalagi dengan adanya bantuan berupa insentif pajak dari pemerintah.
Tetapi pada kenyataannya, dia menilai ekosistem EV masih belum siap. Misal SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) terbatas, komponen lokal minim serta teknologi bergantung pada impor.
“Transisi memang perlu, tetapi jangan menciptakan kekosongan ekonomi. Pemerintah tidak boleh bersikap seolah-olah industri lama bisa ditinggal begitu saja,” kata dia.
Bagi merek yang telah memenuhi persyaratan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40 persen atau komitmen investasi buat perakitan lokal, pemerintah memberikan insentif.
Subsidi diberikan dalam bentuk potongan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 persen. Contoh sejumlah model penerima insentif adalah Hyundai Ioniq 5, BYD Seal sampai Neta X.
Namun untuk mobil hybrid insentifnya tidak sebesar BEV (Battery Electric Vehicle), yaitu tiga persen.
Padahal dari segi penjualan, mobil hybrid mencatatkan angka lebih tinggi karena modelnya bervariasi serta harga lebih kompetitif dibandingkan mobil listrik murni.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
21 September 2025, 15:00 WIB
21 September 2025, 11:00 WIB
20 September 2025, 15:00 WIB
19 September 2025, 22:00 WIB
19 September 2025, 18:00 WIB
Terkini
22 September 2025, 09:00 WIB
Selisih poin antara Pecco Bagnaia dengan Marco Bezzecchi di klasemen sementara MotoGP 2025 semakin tipis
22 September 2025, 08:00 WIB
Kakorlantas memperbolehkan petugasnya memakai sirene dan strobo di kondisi tertentu seperti evakuasi kecelakaan
22 September 2025, 07:00 WIB
Penambahan jalur di GT Fatmawati 2 diperpanjang hingga akhir Oktober karena dinilai berhasil kurangi kemacetan
22 September 2025, 06:00 WIB
Aturan ganjil genap Jakarta 22 September 2025 kembali digelar di sejumlah lokasi strategis di Indoensia
22 September 2025, 06:00 WIB
Di awal pekan kepolisian mengoperasikan SIM keliling Bandung untuk melayani para pengendara motor dan mobil
22 September 2025, 06:00 WIB
Lima fasilitas SIM keliling Jakarta beroperasi di awal pekan Senin 22 September, simak persyaratannya
21 September 2025, 17:00 WIB
Transjakarta sudah tiga kali kecelakaan sepanjang 2025 akibat kesalahan dari para pengemudi yang kurang konsentrasi
21 September 2025, 15:00 WIB
Mobil listrik Changan Deepal S07 disematkan tambahan sistem keselamatan berkendara Huawei Qiankun ADS SE