20 Mobil Terlaris di Indonesia, BYD Atto 1 Buat Kejutan
13 November 2025, 10:00 WIB
Transisi elektrifikasi dari mobil konvensional menuju EV dinilai belum maksimal, menyebabkan penurunan pasar
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Memasuki 2025, industri otomotif menghadapi sederet tantangan yang berimbas pada melemahnya penjualan kendaraan roda empat dalam negeri.
Di awal tahun, data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) mengungkapkan bahwa angka wholesales (penyaluran dari pabrik ke diler) ada di angka 61.843 unit.
Jika dibandingkan, raihan tersebut turun 11,3 persen year-on-year dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 69.758 unit.
Lalu selama dua kuartal berturut-turut, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) menilai penurunan penjualan mobil menjadi sinyal melemahnya konsumsi rumah tangga dan industri otomotif nasional di masa transisi.
“Ini bukan sekadar fluktuasi pasar, tetapi kombinasi dari daya beli yang melemah, ketidakpastian global dan transisi kendaraan listrik belum ditopang ekosistem matang,” kata M. Hanif Dhakiri, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dikutip dari keterangannya, Kamis (24/04).
Lebih lanjut dia menyorot, hal tersebut memperlihatkan adanya tekanan konsumsi kelas menengah dan keraguan pasar terhadap arah transformasi industri otomotif.
Menurutnya, sejumlah konsumen cenderung melakukan penundaan pembelian mobil konvensional atau bermesin bensin.
Karena mereka mengharapkan harga mobil listrik atau EV (Electric Vehicle) bisa semakin terjangkau dalam waktu dekat, apalagi dengan adanya bantuan berupa insentif pajak dari pemerintah.
Tetapi pada kenyataannya, dia menilai ekosistem EV masih belum siap. Misal SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) terbatas, komponen lokal minim serta teknologi bergantung pada impor.
“Transisi memang perlu, tetapi jangan menciptakan kekosongan ekonomi. Pemerintah tidak boleh bersikap seolah-olah industri lama bisa ditinggal begitu saja,” kata dia.
Bagi merek yang telah memenuhi persyaratan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40 persen atau komitmen investasi buat perakitan lokal, pemerintah memberikan insentif.
Subsidi diberikan dalam bentuk potongan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 persen. Contoh sejumlah model penerima insentif adalah Hyundai Ioniq 5, BYD Seal sampai Neta X.
Namun untuk mobil hybrid insentifnya tidak sebesar BEV (Battery Electric Vehicle), yaitu tiga persen.
Padahal dari segi penjualan, mobil hybrid mencatatkan angka lebih tinggi karena modelnya bervariasi serta harga lebih kompetitif dibandingkan mobil listrik murni.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
13 November 2025, 10:00 WIB
13 November 2025, 09:00 WIB
13 November 2025, 07:00 WIB
12 November 2025, 20:00 WIB
12 November 2025, 19:00 WIB
Terkini
14 November 2025, 07:00 WIB
Penjualan mobil pikap Oktober 2025 di Indonesia berhasil mencatat angka tertinggi dalam 10 bulan terakhir
14 November 2025, 06:00 WIB
Beberapa hari sebelum akhir pekan, SIM keliling Bandung bisa ditemui di dua lokasi oleh para pengendara
14 November 2025, 06:00 WIB
Hari ini SIM keliling Jakarta masih dibuka seperti biasa, dapat mengakomodir perpanjangan SIM A dan C
14 November 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta masih diterapkan hari ini untuk mengurangi risiko terjadinya kemacetan lalu lintas
13 November 2025, 23:00 WIB
PT AHM menghadirkan beberapa warna baru untuk skutik Honda Scoopy, harga mulai Rp 22 jutaan OTR Jakarta
13 November 2025, 22:30 WIB
Produksi mobil nasional, komitmen Presiden Prabowo Subianto akan melibatkan beberapa pihak termasuk Pindad
13 November 2025, 21:30 WIB
Audi berikan bocoran desain mobil Formula 1 perdana mereka yang bakal debut tahun depan, ambil alih tim Sauber
13 November 2025, 21:30 WIB
Ada satu hal yang disorot oleh bos Ford sebagai perbedaan utama karakter konsumen Indonesia dan Thailand