VinFast Siap Resmikan Pabrik di Indonesia Oktober 2025
24 April 2025, 18:00 WIB
Transisi elektrifikasi dari mobil konvensional menuju EV dinilai belum maksimal, menyebabkan penurunan pasar
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Memasuki 2025, industri otomotif menghadapi sederet tantangan yang berimbas pada melemahnya penjualan kendaraan roda empat dalam negeri.
Di awal tahun, data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) mengungkapkan bahwa angka wholesales (penyaluran dari pabrik ke diler) ada di angka 61.843 unit.
Jika dibandingkan, raihan tersebut turun 11,3 persen year-on-year dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 69.758 unit.
Lalu selama dua kuartal berturut-turut, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) menilai penurunan penjualan mobil menjadi sinyal melemahnya konsumsi rumah tangga dan industri otomotif nasional di masa transisi.
“Ini bukan sekadar fluktuasi pasar, tetapi kombinasi dari daya beli yang melemah, ketidakpastian global dan transisi kendaraan listrik belum ditopang ekosistem matang,” kata M. Hanif Dhakiri, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dikutip dari keterangannya, Kamis (24/04).
Lebih lanjut dia menyorot, hal tersebut memperlihatkan adanya tekanan konsumsi kelas menengah dan keraguan pasar terhadap arah transformasi industri otomotif.
Menurutnya, sejumlah konsumen cenderung melakukan penundaan pembelian mobil konvensional atau bermesin bensin.
Karena mereka mengharapkan harga mobil listrik atau EV (Electric Vehicle) bisa semakin terjangkau dalam waktu dekat, apalagi dengan adanya bantuan berupa insentif pajak dari pemerintah.
Tetapi pada kenyataannya, dia menilai ekosistem EV masih belum siap. Misal SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) terbatas, komponen lokal minim serta teknologi bergantung pada impor.
“Transisi memang perlu, tetapi jangan menciptakan kekosongan ekonomi. Pemerintah tidak boleh bersikap seolah-olah industri lama bisa ditinggal begitu saja,” kata dia.
Bagi merek yang telah memenuhi persyaratan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40 persen atau komitmen investasi buat perakitan lokal, pemerintah memberikan insentif.
Subsidi diberikan dalam bentuk potongan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 persen. Contoh sejumlah model penerima insentif adalah Hyundai Ioniq 5, BYD Seal sampai Neta X.
Namun untuk mobil hybrid insentifnya tidak sebesar BEV (Battery Electric Vehicle), yaitu tiga persen.
Padahal dari segi penjualan, mobil hybrid mencatatkan angka lebih tinggi karena modelnya bervariasi serta harga lebih kompetitif dibandingkan mobil listrik murni.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
24 April 2025, 18:00 WIB
24 April 2025, 16:00 WIB
24 April 2025, 15:00 WIB
24 April 2025, 10:00 WIB
23 April 2025, 19:00 WIB
Terkini
24 April 2025, 18:00 WIB
VinFast siap resmikan pabrik di Indonesia pada Oktober 2025 dan bakal fokus garap pasar otomotif Asia
24 April 2025, 17:00 WIB
Setelah Serena e-Power, Nissan tengah menyiapkan MPV bertenaga hybrid terbaru calon pesaing Toyota Alphard
24 April 2025, 16:00 WIB
Huayou bakal investasi Rp 145,2 triliun demi gantikan LG yang mundur dari proyek pembangunan ekosistem baterai EV
24 April 2025, 15:00 WIB
Resmi dibuka pada 9 November 2023, diler Neta Kelapa Gading diketahui sudah tutup permanen per April 2025
24 April 2025, 13:36 WIB
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berniat memberikan insentif buat masyarakat yang taat membayar pajak kendaraan
24 April 2025, 11:00 WIB
Kementerian BKPM mengaku akan membantu BYD menyelesaikan gangguan premanisme dalam pembangunan pabrik
24 April 2025, 10:00 WIB
Pemerintah meminta LG mundur dari proyek ekosistem baterai EV karena sudah terlalu lama bernegosiasi
24 April 2025, 09:00 WIB
Suzuki Indomobil Sales masih percaya diri target yang telah ditetapkan Gaikindo pada 2025 bisa tetap tercapai