Chery J6T Resmi Diperkenalkan, Harga Diumumkan di GJAW 2025
08 November 2025, 22:00 WIB
Mobil listrik impor tak lagi mendapatkan insentif di 2026, harganya berpeluang naik jika tidak dirakit lokal
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Insentif mobil listrik impor resmi akan diberhentikan oleh pemerintah mulai akhir 2025.
Seluruh merek yang menerima insentif perlu melakukan perakitan lokal mulai tahun depan dan memanfaatkan komponen lokal guna mempertahankan harga jual.
Perlu diingat sepanjang 2025 ada sejumlah merek penerima insentif mobil listrik impor, termasuk BYD dan GAC Aion.
Insentif tersebut memang terbukti mendongkrak angka penjualan mobil listrik BYD di dalam negeri.
Sebab meskipun berstatus Completely Built Up (CBU), potongan pajak membuat harga mobil semakin kompetitif.
Namun sampai saat ini, diketahui bahwa BYD belum mengikat perjanjian kerja sama dengan penyedia komponen lokal.
Menurut pihak Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, deretan mobil listrik CBU yang tidak dirakit lokal per 2026 berpotensi mengalami lonjakan harga.
“Kalau tahun depan kan mereka sudah harus bikin (mobil listrik) di sini. Jika impor, pasti (harga) akan naik karena ada logistic cost,” kata Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sebagai gambaran, harga mobil listrik termurah BYD di dalam negeri adalah Atto 1 mulai dari Rp 195 jutaan.
Tanpa bantuan insentif, harganya diperkirakan naik 40 persen menjadi Rp 273 jutaan.
Hal serupa berpotensi dialami oleh model-model BYD lain jika tidak memenuhi persyaratan perakitan lokal dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 40 persen per 2026.
Hanya saja Gaikindo menegaskan keputusan akhir soal harga ada di tangan setiap pabrikan.
“Itu (soal perubahan harga) kebijakan masing-masing pabrikan yang memuat,” tegas Kukuh.
Dalam kesempatan terpisah, ekonom menilai perlu ada transisi kebijakan sebelum insentif mobil listrik impor benar-benar disetop.
Sehingga harganya meroket pesat dan kembali menurunkan angka penjualan.
Misalnya Tiered Incentives berbasis TKDN atau CO2. Lalu merek yang cepat produksi lokal bisa mempertahankan harga kompetitif.
“Pembebasan bea masuk komponen, bukan CBU. Super-deduction untuk investasi tooling atau pack baterai,” kata Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank kepada KatadataOTO beberapa waktu lalu.
Namun yang jadi catatan, impor komponen justru dapat merugikan produsen lokal.
Mengingat industri komponen menanti lokalisasi pasca disetopnya insentif mobil listrik impor demi menghindari terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
08 November 2025, 22:00 WIB
07 November 2025, 13:00 WIB
07 November 2025, 09:00 WIB
06 November 2025, 21:00 WIB
06 November 2025, 19:09 WIB
Terkini
08 November 2025, 22:00 WIB
Mobil listrik Chery J6T diperkenalkan dengan beragam ubahan di bagian eksterior dan interior, simak rinciannya
08 November 2025, 17:00 WIB
Potongan harga motor matic Honda berlaku buat berbagai model, mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 2 jutaan
08 November 2025, 15:00 WIB
Shell punya variasi produk, tidak terbatas untuk kendaraan keluaran terkini saja dan penjualannya diklaim baik
08 November 2025, 13:00 WIB
Warga Jakarta kembali mendapat keistimewaan dengan digulirkannya kembali pemutihan pajak kendaraan bermotor
08 November 2025, 10:30 WIB
Suzuki Satria generasi baru resmi diluncurkan dengan beragam pengembangan baru namun harga tetap kompetitif
08 November 2025, 09:00 WIB
Rigen Rakelna memiliki beberapa mobil dan motor di dalam garasinya, seperti Vespa matic dari Arief Muhammad
08 November 2025, 07:00 WIB
Daihatsu Sigra bekas di November 2025 semakin banyak pilihannya dengan beragam kemudahan ditawarkan diler
07 November 2025, 21:00 WIB
Di Vietnam Honda AirBlade 160 meluncur dengan sejumlah pembaruan, varian mesin 125 disematkan rem ABS