Kelebihan Pabrik Baterai EV CATL yang Mau Dibangun di Indonesia
25 Juni 2025, 14:00 WIB
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EV juga punya polusi berbahaya yang dihasilkan karena beberapa hal ini
Oleh Arie Prasetya
KatadataOTO – Bahkan beralih ke EV pun bukan jawaban terbaik dalam menekan pencemaran, karena debu rem lebih parah dari emisi diesel.
Hasil studi ini dikeluarkan oleh para ilmuwan dari Universitas Southampton, Inggris yang mencermati dampak emisi partikulat dari berbagai jenis bantalan rem terhadap paru-paru. Dari beberapa jenis rem ditemukan bahwa satu jenis bantalan memiliki komposisi logam rendah, sementara tiga lainnya mengandung bahan semi logam, organik non-asbes dan keramik hibrida.
Hal menarik untuk dicermati adalah penggunaan bahan berlabel organik non asbes yang dianggap paling terbaik dari sisi pencemaran ternyata menjadi penyebab peradangan paling banyak. Bantalan bahan ini justru lebih beracun atau memiliki dampak buruk bagi paru-paru dibandingkan emisi diesel.
Menurut penulis penelitian, bantalan jenis ini paling umum digunakan di Amerika Serikat karena beragam keunggulan. Yakni berharga murah, senyap atau tidak menimbulkan bunyi berlebih saat bekerja dan memiliki tingkat keausan cukup rendah.
Kanvas rem atau bantalan non asbes ini sendiri merupakan pengembangan dari sebelumnya yang mengandung asbes. Namun masih memiliki kandungan serat tembaga untuk tetap meningkatkan konduktivitas termal seperti bantalan berbahan asbes.
Asbes sendiri dihilangkan dari campuran karena kaitannya dengan penyakit paru-paru. Tapi ternyata debu tembaga yang masih ada bantalan modern atau non asbes juga ditemukan terkait penyakit paru-paru seperti kanker, asma dan penyakit paru kronis.
Dari hasil penelitian ini juga disimpulkan bahwa EV atau kendaraan listrik sekalipun bukan obat mujarab untuk menekan polusi atau membuat udara lebih bersih. Karena sama dengan kendaraan ICE, debu rem dari EV pun sangat beracun bahkan disebut lebih berbahaya dari menghirup batu bara.
EV sendiri sangat bergantung pada pengereman regeneratif, karena secara signifikan mengurangi penggunaan rem gesekan tradisional. Namun, kendaraan-kendaraan listrik memiliki bobot lebih berat dari ICE yang berarti saat melakukan pengereman menghasilkan lebih banyak debu bantalan.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
25 Juni 2025, 14:00 WIB
24 Juni 2025, 20:00 WIB
24 Juni 2025, 18:00 WIB
24 Juni 2025, 14:04 WIB
24 Juni 2025, 11:00 WIB
Terkini
25 Juni 2025, 18:00 WIB
Prestige mengakui bahwa EHang 216-S tidak dirancang untuk perjalanan jauh sehingga hanya bisa dipakai dalam kota
25 Juni 2025, 17:00 WIB
Manufaktur mobil asal Cina, Changan dipastikan tetap jual mobil di Indonesia meskipun absen di GIIAS 2025
25 Juni 2025, 16:00 WIB
Raffi Ahmad akui sempat khawatir saat demo terbang dengan EHang 216-S di kawasan Pantai Indah Kapuk 2
25 Juni 2025, 15:00 WIB
EHang 216-S akhirnya diperbolehkan melakukan demo terbang di Indonesia setelah mendapat izin dari pemerintah
25 Juni 2025, 14:00 WIB
Proses pembangunan pabrik baterai EV CATL bakal dimulai pada 29 Juni 2025 dengan diresmikan oleh Prabowo
25 Juni 2025, 13:08 WIB
Menjalani balapan di MotoGP Italia 2025 di Mugello, Alex Marquez mengakui jika performa Marc lebih sempurna
25 Juni 2025, 12:30 WIB
Mobil Cina penikmat insentif impor mobil listrik seperti BYD dan GAC Aion harus bersiap produksi lokal di 2026
25 Juni 2025, 10:06 WIB
KatadataOTO berkesempatan mencoba mobil hybrid teranyar Chery Tiggo 8 CSH dengan rute PIK 2-Bandung-PIK 2