Mobil Listrik Jetour X20e Terdaftar, NJKB Mulai Rp 165 Juta
02 Oktober 2025, 14:00 WIB
Ada sejumlah kendala transisi elektrifikasi, seperti produksi kendaraan listrik tidak diimbangi infrastruktur
Oleh Serafina Ophelia
TRENOTO – Tantangan menghadapi transisi elektrifikasi saat ini ada beragam. Pemerintah sendiri sudah mengupayakan beberapa cara agar masyarakat yakin menggunakan kendaraan listrik seperti pemberian insentif.
Namun salah satu kendala yang terlihat adalah produksi kendaraan listrik tidak diimbangi dengan pengembangan infrastruktur, seperti SPKLU (stasiun pengisian kendaran listrik umum) dan battery swapping station.
Padahal EV (electric vehicle) sepenuhnya mengandalkan tenaga listrik, sehingga adanya charging station krusial layaknya SPBU untuk kendaraan konvensional. AEML (Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik) menilai hal itu jadi salah satu masalah.
Anugraha, Direktur Eksekutif AEML mengatakan kesiapan infrastruktur jadi salah satu hal krusial jika bicara soal kendaraan listrik.
“Memang lebih cepat produksinya (kendaraan listrik) dibandingkan pengembangan infrastruktur,” ungkapnya di Jakarta Selatan belum lama ini.
Ia menegaskan ketersediaan infrastruktur nantinya bisa mendorong masyarakat percaya diri dan tidak takut untuk beralih ke EV. Ia menegaskan kecepatan produksi juga harus diimbangi dengan pengembangan infrastruktur dan ekosistem EV.
“Sehingga masyarakat bisa melihat ketika ada infrastrukturnya di kawasan mereka tinggal, mereka akan confident menggunakan kendaraan listrik,” tegasnya.
Patrick Admadjaja selaku Wakil Ketua Umum Bidang Teknis AEML juga menekankan hal sama. Khususnya untuk masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik untuk mobilitas harian.
“Misalnya berkendara dari rumah ke pinggiran kota dan hampir 8 jam di kantor mungkin bisa charging. Tapi gedungnya sediakan charging tidak? Itu enabler, perlu dikembangkan sejalan dengan kemajuan teknologi,” ungkap Patrick dalam kesempatan sama.
Untuk terus mendorong minat masyarakat ia menegaskan ke depannya AEML akan terus mendukung pemerintah serta melakukan kerja sama dengan asosiasi lain untuk memberikan edukasi, sehingga konsumen tidak ragu menggunakan EV.
“Mengkonversi pemakaian misalnya motor konvensional jadi motor listrik, entah membeli baru atau program konversi. Intinya ketika bisa beralih kita berperan aktif mengurangi emisi CO2,” pungkasnya.
Sekadar informasi per Juni 2023 jumlah SPKLU di seluruh Indonesia baru 842 unit, masih mengejar target 3.000 station pada akhir 2023. Disampaikan oleh Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan bahwa SPKLU berperan penting dalam industri EV.
“Industri akan bertumbuh dengan baik apabila SPKLU tersedia jadi jangan sampai nanti mau mengembangkan mobil listrik tapi SPKLU-nya belum ada atau sebaliknya. Ini yang harus mulai dibenahi,” ucap Moeldoko.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
02 Oktober 2025, 14:00 WIB
02 Oktober 2025, 13:30 WIB
01 Oktober 2025, 16:00 WIB
30 September 2025, 17:30 WIB
29 September 2025, 09:00 WIB
Terkini
02 Oktober 2025, 20:02 WIB
SIS masih membuka kemungkinan Suzuki Satria terbaru bakal diluncurkan untuk para konsumen di Indonesia
02 Oktober 2025, 19:00 WIB
Francesco Bagnaia buka suara soal asap tebal yang muncul dari motornya jelang akhir balapan di Jepang
02 Oktober 2025, 18:00 WIB
Honda Cimahi mengaku pelanggan mobil kini makin kritis sehingga pelayanan purna jual terus ditingkatkan
02 Oktober 2025, 17:00 WIB
Cairan dengan larutan urea bernama AdBlue merupakan salah satu inovasi buat kurangi emisi kendaraan diesel
02 Oktober 2025, 16:00 WIB
Bagi Fermin Aldeguer nomor 54 terasa sangat spesial, sehingga Toprak Razgatlioglu harus mencari yang lain
02 Oktober 2025, 15:00 WIB
Pengendara Yamaha Nmax yang viral menyetop sebuah bus di tikungan Ciwidey, Bandung merupakan anggota BMC
02 Oktober 2025, 14:00 WIB
Jetour X20e bakal meluncur dalam waktu dekat dan digadang jadi rival baru Wuling Air ev, segini NJKB-nya
02 Oktober 2025, 13:30 WIB
Tingginya sumber daya dan jumlah penduduk jadi daya tarik bagi pabrikan mobil listrik Cina untuk berinvestasi