Cina Siapkan Aturan Terkait Door Handle Model Flush
18 Desember 2025, 20:00 WIB
Ada sejumlah kendala transisi elektrifikasi, seperti produksi kendaraan listrik tidak diimbangi infrastruktur
Oleh Serafina Ophelia
TRENOTO – Tantangan menghadapi transisi elektrifikasi saat ini ada beragam. Pemerintah sendiri sudah mengupayakan beberapa cara agar masyarakat yakin menggunakan kendaraan listrik seperti pemberian insentif.
Namun salah satu kendala yang terlihat adalah produksi kendaraan listrik tidak diimbangi dengan pengembangan infrastruktur, seperti SPKLU (stasiun pengisian kendaran listrik umum) dan battery swapping station.
Padahal EV (electric vehicle) sepenuhnya mengandalkan tenaga listrik, sehingga adanya charging station krusial layaknya SPBU untuk kendaraan konvensional. AEML (Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik) menilai hal itu jadi salah satu masalah.
Anugraha, Direktur Eksekutif AEML mengatakan kesiapan infrastruktur jadi salah satu hal krusial jika bicara soal kendaraan listrik.
“Memang lebih cepat produksinya (kendaraan listrik) dibandingkan pengembangan infrastruktur,” ungkapnya di Jakarta Selatan belum lama ini.
Ia menegaskan ketersediaan infrastruktur nantinya bisa mendorong masyarakat percaya diri dan tidak takut untuk beralih ke EV. Ia menegaskan kecepatan produksi juga harus diimbangi dengan pengembangan infrastruktur dan ekosistem EV.
“Sehingga masyarakat bisa melihat ketika ada infrastrukturnya di kawasan mereka tinggal, mereka akan confident menggunakan kendaraan listrik,” tegasnya.
Patrick Admadjaja selaku Wakil Ketua Umum Bidang Teknis AEML juga menekankan hal sama. Khususnya untuk masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik untuk mobilitas harian.
“Misalnya berkendara dari rumah ke pinggiran kota dan hampir 8 jam di kantor mungkin bisa charging. Tapi gedungnya sediakan charging tidak? Itu enabler, perlu dikembangkan sejalan dengan kemajuan teknologi,” ungkap Patrick dalam kesempatan sama.
Untuk terus mendorong minat masyarakat ia menegaskan ke depannya AEML akan terus mendukung pemerintah serta melakukan kerja sama dengan asosiasi lain untuk memberikan edukasi, sehingga konsumen tidak ragu menggunakan EV.
“Mengkonversi pemakaian misalnya motor konvensional jadi motor listrik, entah membeli baru atau program konversi. Intinya ketika bisa beralih kita berperan aktif mengurangi emisi CO2,” pungkasnya.
Sekadar informasi per Juni 2023 jumlah SPKLU di seluruh Indonesia baru 842 unit, masih mengejar target 3.000 station pada akhir 2023. Disampaikan oleh Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan bahwa SPKLU berperan penting dalam industri EV.
“Industri akan bertumbuh dengan baik apabila SPKLU tersedia jadi jangan sampai nanti mau mengembangkan mobil listrik tapi SPKLU-nya belum ada atau sebaliknya. Ini yang harus mulai dibenahi,” ucap Moeldoko.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
18 Desember 2025, 20:00 WIB
18 Desember 2025, 12:00 WIB
17 Desember 2025, 21:00 WIB
15 Desember 2025, 15:00 WIB
15 Desember 2025, 08:00 WIB
Terkini
19 Desember 2025, 08:00 WIB
Ketatnya persaingan membuat MG menyiapkan strategi khusus agar bisa bertahan dalam industri otomotif Indonesia
19 Desember 2025, 07:00 WIB
Tarif tol Jakarta Yogyakarta tidak bisa dikatakan murah karena mencapai lebih dari Rp 590 ribu sekali jalan
19 Desember 2025, 06:00 WIB
Lima tempat SIM keliling Jakarta masih tersedia hari ini, jangan sampai terlewat karena tak ada dispensasi
19 Desember 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta tetap diterapkan jelang libur Natal dan tahun baru 2026 yang berlangsung pekan depan
19 Desember 2025, 06:00 WIB
Sebelum akhir pekan, kepolisian tetap menghadirkan SIM keliling Bandung untuk melayani para pengendara
18 Desember 2025, 21:00 WIB
Jetour punya rencana membangun pabrik mandiri di Indonesia, saat ini masih menggunakan fasilitas milik Handal
18 Desember 2025, 20:00 WIB
Regulasi desain door handle atau gagang pintu EV akan diperketat di Cina, persulit evakuasi saat kecelakaan
18 Desember 2025, 19:00 WIB
Penyelenggaraan F4 di Sirkuit Mandalika menjadi kesempatan para pembalap serta tim Indonesia buat berkembang