Merek Jepang Diajak Ikut Manfaatkan Insentif Impor Mobil Listrik
04 Juli 2025, 08:00 WIB
Ketersediaan stasiun pengisian daya atau SPKLU yang belum merata bisa jadi salah satu alasan penurunan minat EV
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Elektrifikasi tengah digencarkan para pemimpin negara secara global. Berbagai pendekatan dilakukan manufaktur melalui penawaran model-model BEV (Battery Electric Vehicle) atau kendaraan listrik berbasis baterai.
Namun perjalanan menuju elektrifikasi 100 persen masih panjang. Masih ada beberapa hal jadi kekhawatiran konsumen dalam menggunakan mobil listrik untuk mobilitas harian, salah satunya adalah ketersediaan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum).
Ditambah lagi, mobil listrik bisa dibilang bukan jadi prioritas First Buyer atau pembeli mobil pertama karena berbagai alasan. Kebanyakkan masih lebih pilih mobil bensin karena familiar dan infrastruktur memadai.
Per April 2024, jumlah SPKLU milik PT PLN (Persero) adalah 1.380 unit tersebar di 956 lokasi di Indonesia. Namun memang paling banyak letaknya di Pulau Jawa yaitu 966 unit di 656 titik.
Guna menambah ketersediaan, PLN berkomitmen mengubah 2.000 tiang listrik menjadi SPKLU mobil listrik. Sehingga ekosistem kendaraan listrik semakin mumpuni.
"Kami sudah membangun strategi untuk mengubah tiang listrik kami menjadi SPKLU, sehingga dengan catatan biayanya juga lebih murah," ucap Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN seperti dikutip Databoks beberapa waktu lalu.
Hanya saja angka tersebut masih jauh dari proyeksi kebutuhan SPKLU dari hasil studi ICCT (International Council on Clean Transportation). Sampai 2030 Indonesia diperkirakan butuh 25.600 unit stasiun pengisian daya untuk dua juta BEV sesuai target pemerintah.
Sementara bicara penjualan, sempat terjadi penurunan minat EV sebesar 14 persen pada April 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Wuling masih pimpin penjualan dengan model barunya yakni 597 unit (wholesales/pabrik ke diler).
Rizwan Alamsjah, Ketua III Gaikindo sempat mengungkapkan bahwa industri otomotif memang menghadapi tantangan di 2024. Namun gelaran GIIAS 2024 (Gaikindo Indonesia International Auto Show) diharapkan bisa dorong penjualan mobil termasuk BEV.
"Hal lain juga mungkin PR (pekerjaan rumah) pemerintah cukup banyak untuk tambah Network Charging dan sebagainya. Kalau tidak cepat dilakukan akan menimbulkan masalah," kata Rizwan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Tidak hanya di Indonesia, negara lain seperti Amerika Serikat rupanya menghadapi hal serupa. Mengacu data EIA (Energy Information Administration) AS, penjualan mobil listrik tidak pernah terlalu baik kecuali di segmen premium.
"Dari keseluruhan penjualan BEV di kuartal petama 2024, delapan dari 10 penjualan merupakan model Luxury karena banyak opsi dan harga sesuai di segmen itu seperti Tesla, Mercedes, Rivian, Cadillac, Audi dan BMW," tulis keterangan EIA, Mei 2024.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
04 Juli 2025, 08:00 WIB
03 Juli 2025, 21:00 WIB
03 Juli 2025, 20:00 WIB
03 Juli 2025, 19:00 WIB
03 Juli 2025, 09:00 WIB
Terkini
04 Juli 2025, 09:00 WIB
Dishub DKI menyiapkan teknologi senilai Rp 120 miliar untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang ada di Ibu Kota
04 Juli 2025, 08:00 WIB
Pemerintah terbuka jika merek Jepang mau ikut program insentif impor mobil listrik seperti yang dinikmati BYD
04 Juli 2025, 07:00 WIB
Aismoli berharap rencana pemberian subsidi motor listrik pada bulan depan bukan sekadar harapan palsu
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Mendekati akhir pekan, SIM keliling Jakarta masih beroperasi sebagai fasilitas alternatif perpanjangan SIM
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 4 Juli 2025 kembali diterapkan guna menghindari terjadinya kemacetan khususnya di jam sibuk
04 Juli 2025, 06:00 WIB
Salah satu lokasi SIM keliling Bandung yang tersedia jelang akhir pekan ada di Dago Plaza, JL. IR. Juanda
03 Juli 2025, 22:00 WIB
Aprilia tengah menyiapkan rencana cadangan dengan mendekati Bastianini buat mengantisipasi kepergian Martin
03 Juli 2025, 21:00 WIB
Desain baru MG 4 EV resmi diperkenalkan di Cina dengan tampilan yang lebih ramah dibanding sebelumnya