Peringatan Keras Bahlil ke SPBU Swasta Terkait Kuota Impor BBM
20 Desember 2025, 15:00 WIB
Bahlil mengatakan kalau pemerintah berniat mengimpor lithium dari Australia buat bahan baku baterai EV
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – Pemerintah Indonesia terus menggenjot elektrifikasi di dalam negeri. Salah satunya dengan mengimpor lithium dari luar negeri.
Hal itu dilakukan karena ekosistem baterai mobil serta motor listrik merupakan bagian dari hilirisasi yang merupakan program prioritas pemerintah.
“Salah satu negara yang kita akan melakukan kerja sama itu adalah Australia. Selama ini kan kita bawa dari beberapa negara di Afrika,” ungkap Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Antara, Selasa (05/08).
Menurut Bahlil, ada sejumlah pertimbangan mengapa pemerintah mau mengimpor lithium dari Negeri Kanguru. Ambil contoh biaya dibutuhkan lebih minim.
Bahlil Lahadalia menilai kalau membeli lithium di Australia biaya pengirimannya tidak sebesar dari negara-negara lain.
Ditambah sejumlah pengusaha di Tanah Air sudah menambang Lithium di Australia. Jadi lebih mudah mendapatkan barangnya.
“Saya belum tahu volumenya berapa, karena saya bukan pengusahanya,” ucap Menteri ESDM.
Di sisi lain Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional menyatakan Indonesia menargetkan untuk tidak hanya menjadi pasar dalam ekosistem Electric Vehicle (EV) saja.
Namun ingin turut membuat mobil listrik secara menyeluruh. Mulai dari komponen yang dibikin di dalam negeri.
Oleh sebab itu Indonesia dirasa perlu melakukan impor lithium dari Australia sebagai bahan baku baterai EV.
“Di tahap ini kita memastikan bahwa paling tidak ada mitra lokal Indonesia yang bisa menjadi mitra transfer teknologi,” kata Dimas Muhamad, Wakil Koordinator Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.
Dengan begitu diharapkan Indonesia tidak hanya menjadi pasar mobil maupun motor listrik dari pabrikan negara-negara luar saja.
Sekadar mengingatkan sebelumnya pemerintah telah melakukan proses pembangunan pabrik baterai EV di Karawang, Jawa Barat.
Fasilitas produksi tersebut hasil kolaborasi antara Antam, IBC, CATL serta CBL. Nantinya pabrik baterai EV ini diklaim mampu memproduksi 5,9 gigawatt hour (GWh) baterai per tahun pada 2026.
Namun jumlah itu bakal naik menjadi 15 GWh saat beroperasi penuh di 2028 atau setara 300 ribu unit mobil listrik.
Besarnya jumlah tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar EV baik domestik maupun internasional di masa depan.
Ada pun pabrik baterai di Karawang berdiri di atas lahan seluas 43 hektare yang dioperasikan PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB).
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
20 Desember 2025, 15:00 WIB
16 Desember 2025, 14:00 WIB
15 Desember 2025, 11:00 WIB
25 November 2025, 17:29 WIB
19 November 2025, 18:54 WIB
Terkini
29 Desember 2025, 13:00 WIB
Dua sopir bus Damri tertangkap kamera melalukan aksi tidak terpuji, bahkan sampai membahayakan pengemudi lain
29 Desember 2025, 12:14 WIB
Model-model MPV dan LCGC masih tetap dicari konsumen mobil bekas, rentang harganya Rp 100 juta-Rp 300 jutaan
29 Desember 2025, 11:00 WIB
Menurut Mitsubishi Fuso ada beberapa kendala yang menghambat kinerja penjualan kendaraan niaga pada 2025
29 Desember 2025, 10:00 WIB
Harga kompetitif dan desain eksterior boxy bakal jadi faktor penting buat konsumen mobil listrik di 2026
29 Desember 2025, 09:00 WIB
Terdapat banyak pilihan produk pada segmen motor bebek, seperti contoh TVS LX100 dengan banderol kompetitif
29 Desember 2025, 08:00 WIB
Penyekatan kendaraan pada Car Free Night Puncak akan dilakukan sejak sore dan diawasi oleh puluhan petugas
29 Desember 2025, 07:00 WIB
Pabrikan mobil Cina sepakat kembangkan teknologi baru pada sistem pencahayaan agar bisa terhubung satu sama lain
29 Desember 2025, 06:00 WIB
Menjelang libur tahun baru, perpanjangan masa berlaku bisa dilakukan di fasilitas SIM keliling Jakarta