Jetour Minta Maaf Atas Insiden Kecelakaan Road Test T2
02 September 2025, 07:00 WIB
Demo di sejumlah lokasi masih berlangsung hari ini Selasa (02/09), aksi tersebut berpeluang merugikan
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – Industri otomotif tengah menghadapi tantangan sangat serius akhir-akhir ini. Apalagi setelah digelarnya demo di berbagai wilayah di Indonesia.
Dimulai sejak Senin (25/08), aksi demostrasi terus meluas serta melebar. Bahkan terjadi penjarahan di beberapa rumah pejabat negara.
Seperti Contoh Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio sampai Sri Mulyani, Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia.
Meski demo di Jakarta sudah sedikit mereda, namun di sejumlah daerah masih memanas. Misal di Kota Bandung yang berlangsung sampai Selasa (02/09) dini hari.
Situasi mencekam pecah di kawasan Universitas Islam bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas). Dua kampus tersebut ditembaki gas air mata oleh kepolisian.
Di sisi lain beberapa aksi demo dikabarkan masih akan digelar di Jakarta pada pekan ini. Aktivitas perkantoran maupun bisnis kian terganggu.
“Demonstrasi meningkatkan persepsi ketidakpastian pendapatan. Membuat rumah tangga menunda pembelian barang tahan lama,” ungkap Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank kepada KatadataOTO belum lama ini.
Lebih jauh Josua mengungkapkan para perusahaan pembiayaan menunjukan gejala down trading. Ia menjelaskan bahwa kredit mobil bekas tumbuh sampai dua digit.
Sementara kredit mobil baru justru menyusut. Para kreditur cenderung memperketat seleksi konsumen yang akan memboyong kendaraan.
Lalu uang muka untuk mencicil kendaraan roda empat turut dinaikan. Situasi tersebut otomatis menekan penjualan unit baru.
“Pada puncak aksi banyak kantor beralih Work From Home (WFH) dan ruas utama ditutup. Ini mengganggu traffic showroom serta distribusi harian di Jakarta,” lanjut Josua.
Aksi penyampaian pendapat yang tidak kunjung selesai turut membuat rupiah terdepresiasi. Berpotensi mengerek biaya produksi atau pengiriman mobil Completely Built Up (CBU).
Jika hal tersebut terjadi, maka harga On The Road (OTR) mobil-mobil CBU bakal melambung tinggi serta margin para pabrikan tergerus.
“Guncangan demo (juga) memperburuk ‘wait-and-see” konsumen. Sehingga risiko penjualan kuartal (tiga) berjalan makin lemah, terutama di mass-market seperti LCGC dan low MPV,” tegas Josua.
Melihat berbagai dampak buruk di atas, pemerintah diminta segera membuat kondisi di sejumlah daerah kembali kondusif.
Jika tidak maka industri otomotif terutama penjualan mobil baru akan semakin berdarah-darah ke depan.
Tentu dalam jangka panjang ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal, kian menghantui para pabrikan dan pelaku industri komponen.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
02 September 2025, 07:00 WIB
02 September 2025, 06:00 WIB
01 September 2025, 15:46 WIB
01 September 2025, 12:00 WIB
01 September 2025, 11:00 WIB
Terkini
02 September 2025, 08:00 WIB
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung gelar pemutihan pajak jilid kedua untuk memudahkan masyarakat
02 September 2025, 07:00 WIB
Jetour Motor Indonesia meminta maaf atas insiden yang terjadi saat melakukan road test T2 di kawasan PIK 2
02 September 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 2 September 2025 tetap dilangsungkan meski ada aksi demo mahasiswa di gedung DPR
02 September 2025, 06:00 WIB
Lima lokasi SIM keliling Jakarta tersedia untuk perpanjangan masa berlaku SIM A maupun C, simak informasinya
02 September 2025, 06:00 WIB
SIM keliling Bandung masih belum beroperasi hari ini imbas adanya demo yang berakhir ricuh di Kota Kembang
01 September 2025, 20:00 WIB
Menuju selesainya insentif impor EV Tahun ini, GIAMM mengklaim BYD belum libatkan industri komponen lokal
01 September 2025, 19:37 WIB
Meski Sirkuit Barcelona kurang bersahabat, tetapi Marc Marquez tetap diunggulkan di MotoGP Catalunya 2025
01 September 2025, 18:00 WIB
Gagal tiga kali sejak 2022, Marc Marquez punya peluang besar torehkan rekor baru di MotoGP Mandalika 2025