Menperin Usul Mobil Nasional Dijadikan Proyek Strategis Nasional
21 Oktober 2025, 08:00 WIB
Demo di sejumlah lokasi masih berlangsung hari ini Selasa (02/09), aksi tersebut berpeluang merugikan
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – Industri otomotif tengah menghadapi tantangan sangat serius akhir-akhir ini. Apalagi setelah digelarnya demo di berbagai wilayah di Indonesia.
Dimulai sejak Senin (25/08), aksi demostrasi terus meluas serta melebar. Bahkan terjadi penjarahan di beberapa rumah pejabat negara.
Seperti Contoh Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio sampai Sri Mulyani, Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia.
Meski demo di Jakarta sudah sedikit mereda, namun di sejumlah daerah masih memanas. Misal di Kota Bandung yang berlangsung sampai Selasa (02/09) dini hari.
Situasi mencekam pecah di kawasan Universitas Islam bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas). Dua kampus tersebut ditembaki gas air mata oleh kepolisian.
Di sisi lain beberapa aksi demo dikabarkan masih akan digelar di Jakarta pada pekan ini. Aktivitas perkantoran maupun bisnis kian terganggu.
“Demonstrasi meningkatkan persepsi ketidakpastian pendapatan. Membuat rumah tangga menunda pembelian barang tahan lama,” ungkap Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank kepada KatadataOTO belum lama ini.
Lebih jauh Josua mengungkapkan para perusahaan pembiayaan menunjukan gejala down trading. Ia menjelaskan bahwa kredit mobil bekas tumbuh sampai dua digit.
Sementara kredit mobil baru justru menyusut. Para kreditur cenderung memperketat seleksi konsumen yang akan memboyong kendaraan.
Lalu uang muka untuk mencicil kendaraan roda empat turut dinaikan. Situasi tersebut otomatis menekan penjualan unit baru.
“Pada puncak aksi banyak kantor beralih Work From Home (WFH) dan ruas utama ditutup. Ini mengganggu traffic showroom serta distribusi harian di Jakarta,” lanjut Josua.
Aksi penyampaian pendapat yang tidak kunjung selesai turut membuat rupiah terdepresiasi. Berpotensi mengerek biaya produksi atau pengiriman mobil Completely Built Up (CBU).
Jika hal tersebut terjadi, maka harga On The Road (OTR) mobil-mobil CBU bakal melambung tinggi serta margin para pabrikan tergerus.
“Guncangan demo (juga) memperburuk ‘wait-and-see” konsumen. Sehingga risiko penjualan kuartal (tiga) berjalan makin lemah, terutama di mass-market seperti LCGC dan low MPV,” tegas Josua.
Melihat berbagai dampak buruk di atas, pemerintah diminta segera membuat kondisi di sejumlah daerah kembali kondusif.
Jika tidak maka industri otomotif terutama penjualan mobil baru akan semakin berdarah-darah ke depan.
Tentu dalam jangka panjang ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal, kian menghantui para pabrikan dan pelaku industri komponen.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
21 Oktober 2025, 08:00 WIB
18 Oktober 2025, 11:00 WIB
18 Oktober 2025, 07:00 WIB
17 Oktober 2025, 21:00 WIB
17 Oktober 2025, 18:00 WIB
Terkini
21 Oktober 2025, 09:00 WIB
Toyota bZ3X versi setir kanan baru-baru ini diluncurkan di Hong Kong, masih diimpor utuh dari Tiongkok
21 Oktober 2025, 08:00 WIB
Program mobil nasional diusulkan dijadikan sebagai proyek strategis nasional agar bisa berkembang lebih cepat
21 Oktober 2025, 07:00 WIB
Prabowo Subianto, Presiden RI mengungkap bahwa mobil buatan lokal bakal hadir dalam tiga tahun mendatang
21 Oktober 2025, 06:00 WIB
Untuk mengurus dokumen berkendara hari ini, masyarakat bisa memanfaatkan kehadiran dari SIM keliling Bandung
21 Oktober 2025, 06:00 WIB
Kepolisian bakal menggunakan kamera ETLE untuk mengawasi jalannya ganjil genap Jakarta yang digelar hari ini
21 Oktober 2025, 06:00 WIB
Berikut rangkuman lengkap lokasi dan biaya perpanjang di fasilitas SIM keliling Jakarta, jangan salah
20 Oktober 2025, 23:01 WIB
Mobil listrik kompak saingan BYD Dolphin gagal memenuhi standar aman
20 Oktober 2025, 22:00 WIB
Indonesia dinilai belum siap untuk melakukan produksi etanol buat campuran bensin dalam waktu dekat ini