Lamborghini Bimbang Pilih Mesin Hybrid atau Listrik buat Lanzador
13 Oktober 2025, 19:00 WIB
Belum banyak yang tahu kalau pada 1994 Tommy Soeharto akuisisi Lamborghini bersama rekannya, Setiawan Djody.
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – Siapa yang tidak kenal dengan merek Lamborghini. Pabrikan asal italia tersebut ternyata pernah dimiliki dua orang kaya Indonesia pada era 1990-an.
Kala itu krisis ekonomi melanda dunia membawa dampak pada penjualan mobil. Membuat Chrysler Corporation terpaksa melakukan perampingan.
Mereka melepas Lamborghini dari pangkuan perusahaan asal Amerika Serikat. Kala itu pihak Chrysler memutuskan untuk menjual sebagian besar sahamnya pada MegaTech.
MegaTech sendiri sebuah perusahaan yang terdaftar di negeri Bermuda. Seperti dilansir dari Seasia Drive, MegaTech merupakan milik dari Hutomo (Tommy) Mandala Putra dan Setiawan Djody.
“Tommy Soeharto akuisisi Lamborghini dengan uang US$ 40 juta pada 1994,” tulis laporan tersebut.
Di dalamnya disebutkan kalau putra dari mantan Presiden Soeharto ingin memanfaatkan teknologi dari jenama yang berada di Sant’Agata Bolognese, in Northern Italia buat dipakai di mobil nasional.
“MegaTech membeli 49 persen saham Lamborghini dari Chrysler Corp, sebuah raksasa otomotif Amerika Serikat,” lanjut laporan dari Seasia Drive.
Tentu langkah tersebut jadi kejutan bagi penggemar otomotif Tanah Air. Sebab sebelumnya Setiawan Djody membeli saham perusahaan Vector Aeromotive Corp pada 1992.
Sekadar informasi Vector Aeromotive Corp merupakan perusahaan sports car dari daratan Amerika Serikat yang terkenal pada 1980-an dan 1990-an.
Djody sendiri memegang 35 persen saham Vector. Dia pun berniat melakukan kolaborasi antara Lamborghini serta perusahaan anyarnya.
Di sisi lain cara Tommy Soeharto akuisisi Lamborghini turut mengundang kontroversi. Sebab banyak pihak yang menilai hal tersebut konyol.
Sebab hanya dimanfaatkan demi mengembangkan sebuah merek lokal di Indonesia guna merealisasikan ambisi dari anak bungsu mantan Presiden Soeharto.
Meski begitu pada 1995 penjualan Lamborghini mengalami kenaikan. Membuat Tommy Soeharto menguasai 60 persen saham produsen otomotif asal negeri pizza, sementara sisanya dikantongi Mycom, investor asal Malaysia.
Sayang Lamborghini di tangan Tommy dan Djody hanya seumur jagung. Sebab pada 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi cukup parah.
Sehingga mereka harus rela menjualnya pada 1998. Audi AG pun bergerak cepat menawarkan diri buat membeli Automobili-Lamborghini S.p.A.
Pihak Audi lantas berhasil menyakinkan dua orang Indonesia tersebut menyetujui kesepakatan pada 12 Juni 1998, 'letter of intent' dibuat untuk memuluskan niat ini.
Satu bulan kemudian atau pada 27 Juli 1998, Audi AG resmi menjadi pemilik tunggal semua saham Automobili-Lamborghini S.p.A.
Mereka mendapatkan Lamborghini dengan angka yang tidak kecil, Audi harus merogoh kocek sampai US$ 110 juta.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
13 Oktober 2025, 19:00 WIB
03 September 2025, 07:00 WIB
19 Agustus 2025, 16:00 WIB
19 Agustus 2025, 11:00 WIB
19 Juli 2025, 09:00 WIB
Terkini
14 November 2025, 17:00 WIB
Galespeed dan Active hadir di Indonesia melalui One3 Motoshop dengan memanfaatkan ajang pameran IMHAX 2025
14 November 2025, 16:00 WIB
Menperin menganggap sektor otomotif tidak boleh diabaikan karena memiliki keterkaitan dalam ekonomi nasional
14 November 2025, 15:00 WIB
Setelah Ora 03, mobil listrik GWM Ora 07 yang debut ASEAN di Thailand tercatat di data wholesales Gaikindo
14 November 2025, 14:00 WIB
Ganjil genap Puncak kembali digelar hari ini dengan pengawasan ketat dari pihak kepolisian di berbagai titik
14 November 2025, 13:00 WIB
BYD Atto 1 paling banyak memberikan kontribusi, mendongkrak wholesales mobil listrik sepanjang Oktober 2025
14 November 2025, 12:00 WIB
Kepolisian bakal menggelar Operasi Zebra 2025 dengan beberapa pelanggaran yang menjadi fokus pada kali ini
14 November 2025, 11:00 WIB
GMA Indonesia kembali menelurkan inovasi terbarunya yakni JPA X Vision yang disematkan pada Yamaha Xmax
14 November 2025, 10:00 WIB
Pengamat menilai secara matematis target penjualan mobil 900 ribu unit tidak bisa tercapai tahun ini