Pabrik BYD Bakal Beroperasi Awal 2026, Atto 1 Jadi Prioritas
28 November 2025, 12:00 WIB
BYD disebut mempertimbangkan rencana mereka membuat pabrik di Meksiko karena ada tarif impor Amerika Serikat
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – BYD terus berakselerasi untuk memasarkan mobil listrik. Sejumlah negara menjadi tujuan mereka.
Bahkan manufaktur asal Tiongkok tersebut ingin mendirikan pabrikan di beberapa lokasi di luar negeri.
Salah satunya adalah Meksiko, namun rencana BYD tidak berjalan lancar.
Menurut kabar beredar, produsen asal Negeri Tirai Bambu itu menunda rencana pendirian fasilitas produksi di Meksiko.
"Karena perubahan arah geopolitik serta kekhawatiran atas kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS)," tulis Carscoops, Selasa (08/07).
Stella Li, Wakil Presiden Eksekutif BYD mengatakan kebijakan tarif Trump membuat mereka ragu untuk menanamkan duitnya di Meksiko.
Sehingga mereka mempertimbangkan kembali rencana pembuatan pabrik di sana.
"Masalah geopolitik memberikan dampak besar pada industri otomotif," ucap Stella Li.
Kendati demikian, BYD tidak mau berhenti sampai di situ. Mereka terus bergerak buat mencari lokasi pendirian pabrik baru.
Seperti di Brasil yang baru-baru ini dilakukan. BYD memilih Negeri Samba guna mendirikan fasilitas produksi.
"Sekarang semua orang sedang memikirkan kembali strategi mereka di negara lain," lanjut dia.
BYD pun menunggu bagaimana kelanjutan dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang diterapkan Donald Trump.
"Kami akan menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mengambil keputusan," tegas Stella Li.
Di sisi lain pemerintah Cina juga sempat menunda persetujuan produksi BYD di Meksiko.
Hal itu karena adanya kekhawatiran berbagai teknologi mobil listrik BYD bisa bocor ke Amerika Serikat.
Sekadar informasi, BYD telah memulai proses produksi Electric Vehicle (EV) mereka di pabrik baru yang berlokasi di Camacari, Brasil.
Keputusan tersebut dipercaya dapat memperkuat posisi mereka di pasar kendaraan roda empat setrum global.
Pabrik BYD di Brasil diklaim memiliki kapasitas produksi sampai 150 ribu unit per tahun.
Sebagai informasi, tarif impor Amerika Serikat sempat ditunda pelaksanaannya pada April 2025.
Namun kebijakan Donald Trump satu ini dikabarkan akan kembali dijalankan pada 1 Agustus 2025.
China sendiri menjadi salah satu target utama dengan tarif lebih dari 100 persen. Tiongkok disebut memiliki waktu hingga 12 Agustus buat mencapai kesepakatan sama Washington.
Jika perundingan gagal, maka Donald Trump akan mengaktifkan kembali serangkaian pembatasan impor yang sebelumnya diberlakukan dalam perang tarif sepanjang April serta Mei lalu.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
28 November 2025, 12:00 WIB
27 November 2025, 22:00 WIB
27 November 2025, 19:40 WIB
27 November 2025, 09:00 WIB
27 November 2025, 08:00 WIB
Terkini
28 November 2025, 12:00 WIB
BYD Atto 1 berpeluang jadi mobil listrik pertama yang diproduksi di pabrik di kawasan Subang, Jawa Barat
28 November 2025, 11:00 WIB
Daihatsu berharap Penjualan mobil baru bisa membaik pada sisa tahun ini dan pada 2026 terus melonjak
28 November 2025, 10:00 WIB
Sejak dibuka pada Jumat (21/11), pengunjung yang datang ke GJAW 2025 sepertinya jauh dari harapan banyak pihak
28 November 2025, 09:00 WIB
Tenaga penjual kesulitan meraup SPK selama perhelatan GJAW 2025, meskipun banyak penawaran diberikan
28 November 2025, 08:00 WIB
Chery jadikan pengembangan teknologi untuk merebut pasar di Tanah Air sehingga harga bisa jadi lebih terjangkau
28 November 2025, 07:00 WIB
Malaysia berhasil merebut posisi pasar mobil terbesar di Asia Tenggara pada Oktober 2025, unggul dibanding Indonesia
28 November 2025, 06:00 WIB
SIM keliling Jakarta tidak dibuka di lima lokasi selama akhir pekan, manfaatkan fasilitas tersebut hari ini
28 November 2025, 06:00 WIB
Pengendara di Kota Kembang dapat mendatangi dua lokasi SIM keliling Bandung, seperti di JL Leuwi Panjang