Geely Siapkan EX5 Long Range, Jarak Tempuh Tembus 610 Km
27 Mei 2025, 14:00 WIB
Secara keseluruhan, tahun ini ekspor mobil listrik China turun 18 persen dibandingkan periode sama di 2024
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Manufaktur mobil listrik asal China akan banyak menghadapi tantangan tahun ini. Pasalnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif resiprokal atau tarif impor yang tinggi kepada China.
Menurut Trump, keputusan tersebut diambil guna menjaga pertumbuhan industri dalam negeri.
Dengan banyaknya tarif impor dibebankan, ekspor mobil listrik China disebut turun sampai 18 persen.
Kemudian ada pergeseran tren di sejumlah negara. Di mana konsumen mulai beralih ke PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) dan bukan EV (electric vehicle) atau mobil listrik murni.
Imbas adanya berbagai tantangan itu, pabrikan China diprediksi mulai fokus ke negara-negara potensial lainnya seperti di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Mengingat di Indonesia pemerintah memberikan dukungan berupa insentif pajak, untuk pabrikan yang sudah merakit lokal kendaraannya ataupun baru berencana membangun pabrik.
Insentif impor telah dinikmati oleh BYD (Build Your Dreams) di Indonesia, karena sudah ada komitmen pembangunan pabrik di Subang, Jawa Barat.
Per Februari 2025, jumlah ekspor mobil listrik China ke Indonesia mencapai 5.737 unit, naik 79 persen dari periode yang sama di 2024.
Indonesia berada di peringkat keenam negara yang mengimpor mobil listrik dari China sepanjang 2025. Di urutan pertama ada Belgia sebanyak 10.105 unit, disusul Inggris 8.362 unit lalu Filipina 8.225 unit.
Di Indonesia sendiri, dampak tarif impor AS itu disebut akan dirasakan oleh industri komponen otomotif.
Lalu tidak menutup kemungkinan hal ini mengundang banyak produk asing yang mencari alternatif selain AS.
Sejumlah merek Tiongkok kemungkinan akan membangun pabrik di Meksiko dan memproduksi model yang memenuhi syarat pengecualian tarif impor ke AS.
Tarif impor itu sendiri, menurut pihak asosiasi dari China, tidak akan terlalu banyak berpengaruh. Karena jumlah ekspor ke AS dari China sepanjang 2024 adalah 116 ribu, hanya sekitar 1,81 persen dari total ekspor.
Tidak dapat dipungkiri tetap akan ada dampak dirasakan di pasar domestik. Namun ini tergantung pada bagaimana pemerintah China menanggapi, dengan menetapkan regulasi baru buat meminimalisir efek tarif impor AS.
“Pendekatan AS sangat melanggar aturan WTO (World Trade Organization) mengganggu skema perdagangan dan bisa berdampak besar terhadap produksi dan rantai suplai industri otomotif global,” tulis keterangan CAAM (China Association of Automobile Manufacturers) dikutip dari CNEvPost, Rabu (09/04).
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
27 Mei 2025, 14:00 WIB
27 Mei 2025, 09:00 WIB
27 Mei 2025, 08:00 WIB
26 Mei 2025, 15:00 WIB
26 Mei 2025, 11:00 WIB
Terkini
27 Mei 2025, 14:00 WIB
Mobil listrik Geely EX5 bakal tersedia dalam varian terbaru dengan jarak tempuh lebih jauh di 610 km
27 Mei 2025, 13:00 WIB
Di tengah pelemahan daya beli, PT CSI yakin Chery Tiggo 8 CSH bisa terjual sebanyak 1.000 unit per bulan
27 Mei 2025, 12:00 WIB
Baru-baru ini beredar kabar tilang ETLE tidak hanya untuk mobil dan motor saja, namun pejalan kaki juga kena
27 Mei 2025, 11:00 WIB
New Mitsubishi Xpander 2025 varian Exceed Tourer hadir dengan lebih banyak fitur baru yang manjakan konsumen
27 Mei 2025, 10:00 WIB
Yamaha Fazzio Hybrid disulap jadi motor retro yang pet friendly oleh aktris Zee Asadel, cek detail ubahannya
27 Mei 2025, 09:00 WIB
Lama tak terdengar kabarnya setelah debut di GJAW 2024, Aletra umumkan L8 resmi dirakit lokal di Purwakarta
27 Mei 2025, 08:00 WIB
Deltalube mengaku sedang mempersiapkan produk khusus mobil listrik untuk diniagakan di pasar Indonesia
27 Mei 2025, 07:00 WIB
Pelanggan Mobil Lubricants berkesempatan mendapatkan logam mulia seberat 50 gram bila melakukan penggantian pelumas