99,6 Persen Material Baterai Mobil Listrik Kini Bisa Didaur Ulang
21 Oktober 2025, 17:00 WIB
Secara keseluruhan, tahun ini ekspor mobil listrik China turun 18 persen dibandingkan periode sama di 2024
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Manufaktur mobil listrik asal China akan banyak menghadapi tantangan tahun ini. Pasalnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif resiprokal atau tarif impor yang tinggi kepada China.
Menurut Trump, keputusan tersebut diambil guna menjaga pertumbuhan industri dalam negeri.
Dengan banyaknya tarif impor dibebankan, ekspor mobil listrik China disebut turun sampai 18 persen.
Kemudian ada pergeseran tren di sejumlah negara. Di mana konsumen mulai beralih ke PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) dan bukan EV (electric vehicle) atau mobil listrik murni.
Imbas adanya berbagai tantangan itu, pabrikan China diprediksi mulai fokus ke negara-negara potensial lainnya seperti di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Mengingat di Indonesia pemerintah memberikan dukungan berupa insentif pajak, untuk pabrikan yang sudah merakit lokal kendaraannya ataupun baru berencana membangun pabrik.
Insentif impor telah dinikmati oleh BYD (Build Your Dreams) di Indonesia, karena sudah ada komitmen pembangunan pabrik di Subang, Jawa Barat.
Per Februari 2025, jumlah ekspor mobil listrik China ke Indonesia mencapai 5.737 unit, naik 79 persen dari periode yang sama di 2024.
Indonesia berada di peringkat keenam negara yang mengimpor mobil listrik dari China sepanjang 2025. Di urutan pertama ada Belgia sebanyak 10.105 unit, disusul Inggris 8.362 unit lalu Filipina 8.225 unit.
Di Indonesia sendiri, dampak tarif impor AS itu disebut akan dirasakan oleh industri komponen otomotif.
Lalu tidak menutup kemungkinan hal ini mengundang banyak produk asing yang mencari alternatif selain AS.
Sejumlah merek Tiongkok kemungkinan akan membangun pabrik di Meksiko dan memproduksi model yang memenuhi syarat pengecualian tarif impor ke AS.
Tarif impor itu sendiri, menurut pihak asosiasi dari China, tidak akan terlalu banyak berpengaruh. Karena jumlah ekspor ke AS dari China sepanjang 2024 adalah 116 ribu, hanya sekitar 1,81 persen dari total ekspor.
Tidak dapat dipungkiri tetap akan ada dampak dirasakan di pasar domestik. Namun ini tergantung pada bagaimana pemerintah China menanggapi, dengan menetapkan regulasi baru buat meminimalisir efek tarif impor AS.
“Pendekatan AS sangat melanggar aturan WTO (World Trade Organization) mengganggu skema perdagangan dan bisa berdampak besar terhadap produksi dan rantai suplai industri otomotif global,” tulis keterangan CAAM (China Association of Automobile Manufacturers) dikutip dari CNEvPost, Rabu (09/04).
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
21 Oktober 2025, 17:00 WIB
21 Oktober 2025, 12:00 WIB
20 Oktober 2025, 16:19 WIB
18 Oktober 2025, 16:00 WIB
17 Oktober 2025, 13:00 WIB
Terkini
21 Oktober 2025, 19:25 WIB
Arief Muhammad memodifikasi BAIC BJ40 Plus miliknya, tambah komponen untuk mendukung aktivitas offroad
21 Oktober 2025, 18:00 WIB
Berbagai faktor perlu dipersiapkan oleh pemerintah sebelum menggencarkan penggunaan BBM campuran etanol di RI
21 Oktober 2025, 17:00 WIB
Cina menetapkan standar baru untuk proses daur ulang baterai mobil listrik agar menjadi lebih ramah lingkungan
21 Oktober 2025, 16:00 WIB
Wujud Toyota Land Cruiser FJ diungkap, pakai mesin berkode 2TR-FE milik Fortuner dan platform Hilux Rangga
21 Oktober 2025, 15:00 WIB
MPMRent meraih empat seritifikasi ISO sebagai upaya mereka memberikan pelayanan dalam dunia rental mobil
21 Oktober 2025, 14:00 WIB
BYD akan melakukan perakitan lokal sesuai dengan jumlah mobil listrik yang diimpor di Januari-Desember 2025
21 Oktober 2025, 13:00 WIB
Ribuan karyawan Mercedes-Benz baru saja dirumahkan demi mereka bisa menghemat anggara operasional pada 2027
21 Oktober 2025, 12:00 WIB
Wuling Air ev memiliki berbagai keunggulan dibandingkan kompetitor sehingga mampu mendapat respon positif