Rencana Honda Bikin EV Transmisi Manual, Ikuti Jejak Ioniq 5 N
22 Oktober 2024, 14:00 WIB
Alternatif bahan bakar ramah lingkungan untuk kendaraan tambang masih terbilang mahal dan punya kelemahan
Oleh Serafina Ophelia
TRENOTO – Ada beragam opsi tersedia untuk membantu mendukung komitmen pemerintah mewujudkan NZE atau net zero emission. Tidak hanya elektrifikasi, bahan bakar ramah lingkungan juga bisa dimanfaatkan.
Buat kendaraan penumpang yang masif digunakan memang sudah tersedia seperti Pertamax Green 95, dengan kandungan bioetanol 5 persen dan RON 95.
Sementara untuk kendaraan tambang masih terbilang sulit diwujudkan baik untuk transisi elektrifikasi maupun penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Karena ternyata harga lebih mahal dan ada kelemahan tersendiri.
Hal ini sebelumnya disampaikan oleh Bambang Tjahjono, Executive Director ASPINDO (Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia) dalam seminar ABB Mining Talk, Kamis (14/9).
“Di Indonesia yang banyak dipakai adalah biofuel dari sawit. Tetapi FAME (Fatty Acid Methyl Ester) punya kelemahan,” ucap Bambang.
FAME disebut menghasilkan tenaga lebih rendah sehingga kendaraan jadi lebih boros, bersifat hygroscopic (mudah menyerap air dari udara bebas), oksidasi dan korosif.
Menurut Bambang hal tersebut bisa diatasi dengan produk sawit HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) namun penggunaannya masih menunggu arahan dari pemerintah mengingat harga HVO mahal.
“Tetap alternatif pasti dipakai oleh pemerintah, karena dalam waktu dekat yang namanya fossil fuel itu harus diganti,” ujar dia.
Ia menegaskan perlu ada langkah bertahap karena menggunakan kendaraan bertenaga listrik untuk keperluan tambang bukan hal sederhana. Ukuran jauh lebih besar dan medan dilalui juga lebih ekstrem.
Untuk mensiasati hal tersebut Bambang mengatakan penggunaan EV di industri pertambangan dimulai dari peralatan ukuran kecil terlebih dulu.
“Seperti saya bilang tadi equipment berukuran kecil dulu perlahan ke medium. Tapi untuk ukuran besar masih jadi masalah,” ujar Bambang.
Untuk jangka panjang kombinasi antara elektrifikasi dan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan bisa jadi alternatif yang baik untuk ikut ambil bagian mengikuti komitmen NZE.
“Tidak bisa bilang (target elektrifikasi kendaraan tambang) karena tergantung teknologi bisa 5-10 tahun, itu semua tergantung seberapa cepat kemajuan teknologi dan bagaimana efisiensi dari baterai,” ucapnya.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
22 Oktober 2024, 14:00 WIB
15 Oktober 2024, 13:00 WIB
13 Oktober 2024, 11:00 WIB
11 September 2024, 19:31 WIB
09 September 2024, 21:56 WIB
Terkini
22 November 2024, 15:37 WIB
Hadir perdana di pameran GJAW 2024, ini tampilan dua mobil listrik Zeekr yang bakal dipasarkan di RI
22 November 2024, 13:00 WIB
PPN 12 persen akan berlaku 2025, Honda Bali optimis bisa pertahankan penjualan berdasarkan 2 hal berikut
22 November 2024, 11:52 WIB
GJAW 2024 berlangsung di ICE BSD, Tangerang Selatan mulai 22 November-1 Desember 2024, diramaikan 80 peserta
22 November 2024, 11:00 WIB
HMID mengaku akan meluncurkan mobil listrik baru di Desember 2024, kemungkinan adalah Hyundai Kona N Line
22 November 2024, 10:00 WIB
Ganjil genap Puncak 22 November 2024 kembali diterapkan untuk mengatasi kepadatan di kawasan tersebut
22 November 2024, 10:00 WIB
Neta akan melakukan studi terlebih dahulu untuk membawa model MPV tiga baris ke pasar Indonesia tahun depan
22 November 2024, 09:00 WIB
Pameran otomotif ini resmi dibuka di ICE BSD, Tangerang Selatan, berikut kami rangkum harga tiket GJAW 2024
22 November 2024, 08:00 WIB
HMID masih melihat bagaimana respon penerimaan masyarakat terhadap new Hyundai Tucson di dalam negeri