Harga Jaecoo J7 SHS Tak Kunjung Diumumkan, Begini Faktanya
30 Juni 2025, 18:00 WIB
Menurut Toyota, elektrifikasi total bisa membuat jutaan pekerja pabrik dan pemasok kehilangan pekerjaan
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Era elektrifikasi ditandai dengan banyaknya manufaktur mulai memperkenalkan lini mobil listrik ke konsumen. Beberapa bahkan berkomitmen untuk elektrifikasi total dalam waktu beberapa tahun.
Artinya mereka tidak lagi menjual mobil konvensional di masa mendatang. Tetapi fokus menawarkan mobil ramah lingkungan seperti BEV (Battery Electric Vehicle).
Beberapa pihak beranggapan hal ini dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi banyak masyarakat. Namun Toyota memiliki pendapat sebaliknya.
“Ada 5,5 juta orang terlibat dalam industri otomotif di Jepang. Banyak dari antara mereka sudah biasa mengerjakan (pekerjaan terkait dengan) mesin dalam waktu yang lama,” kata Akio Toyoda, Chairman Toyota Motor Corporation dikutip dari Reuters, Sabtu (12/10).
Masih sama seperti yang kerap ia sampaikan di berbagai kesempatan, menurut dia mobil listrik hanya akan menyumbang total 30 persen penjualan mobil secara global. Sisanya dibantu oleh mobil hybrid dan FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle).
“Kalau mobil listrik jadi satu-satunya pilihan konsumen, pekerjaan orang-orang dan pemasok kami juga bakal hilang,” lanjut Toyoda.
Sehingga ia menegaskan Toyota masih akan memegang prinsip Multi Pathway di era elektrifikasi. Artinya tidak hanya fokus pada mobil listrik saja tetapi berbagai alternatif ramah lingkungan lainnya seperti mobil hybrid.
Toyota di Indonesia juga tampaknya mengikuti prinsipal dan tidak langsung terjun ke mobil listrik. Hingga saat ini mereka baru punya satu model BEV (Battery Electric Vehicle) yaitu bZ4X, dilego Rp 1,19 miliar OTR (On The Road) Jakarta.
Sementara model ramah lingkungan lain didominasi hybrid di berbagai segmen. Seperti Alphard dan Vellfire HEV mengisi ceruk MPV mewah, lalu pilihan MPV dengan banderol lebih kompetitif yaitu Kijang Innova Zenix Hybrid.
Sayangnya mobil hybrid di Indonesia memang tidak mendapatkan keringanan atau relaksasi pajak dari pemerintah seperti mobil listrik murni alias BEV. Tetapi regulasi ini masih dinanti oleh sejumlah pabrikan.
“Berilah insentif kepada produk-produk yang bisa mengurangi emisi. Kedua untuk mobil memang sudah diproduksi di dalam negeri, bukan impor,” kata Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT TAM (Toyota Astra Motor) beberapa waktu lalu.
Merek Tiongkok GWM (Great Wall Motor) yang sekarang pilih jual mobil hybrid di RI juga berpendapat senada.
“Perlu dong (subsidi mobil hybrid), kami coba ajukan lagi ya setelah kemarin sempat ditolak,” kata Lisa Wijaya, Sales & Network Director GWM Indonesia di Jakarta Timur belum lama ini.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
30 Juni 2025, 18:00 WIB
30 Juni 2025, 13:30 WIB
30 Juni 2025, 09:00 WIB
29 Juni 2025, 10:07 WIB
29 Juni 2025, 08:00 WIB
Terkini
30 Juni 2025, 20:00 WIB
Pembangunan pabrik Mazda di Indonesia diklaim masih berjalan dan bakal segera rampung untuk penuhi pasar otomotif
30 Juni 2025, 19:00 WIB
Alex Marquez harus jalani operasi di Spanyol setelah tangan kirinya retak akibat kecelakaan di MotoGP Belanda
30 Juni 2025, 18:00 WIB
Jaecoo Indonesia ungkap alasan harga J7 SHS belum juga diumumkan ke konsumen sejak perkenalannya di IIMS 2025
30 Juni 2025, 17:00 WIB
Mazda siap meluncurkan dua mobil baru di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show 2025 bulan depan
30 Juni 2025, 16:23 WIB
Aion UT disinyalir segera meluncur buat konsumen Tanah Air dalam waktu dekat, berikut spesifikasinya
30 Juni 2025, 14:17 WIB
Perwakilan Aprilia akhirnya bersuara soal rumor kepindahan Jorge Martin ke Honda Racing di MotoGP 2026
30 Juni 2025, 13:30 WIB
Dinilai beri banyak dampak negatif termasuk untuk konsumen, GWM tak mau ikuti strategi pabrikan Cina lain
30 Juni 2025, 12:00 WIB
Insentif mobil listrik impor dijadwalkan selesai di akhir tahun anggaran 2025, belum diketahui kelanjutannya