Alasan Mazda Tambah Diler di Tanah Air saat Penjualan Mobil Lesu
16 Oktober 2024, 14:00 WIB
Penjualan mobil baru stagnan di angka 1 juta unit, unit bekas jauh lebih diminati karena beberapa faktor
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Pasar otomotif bisa dibilang masih lesu memasuki 2024. Sampai tahun lalu penjualan mobil baru juga masih stagnan di kisaran satu juta unit karena beberapa kendala seperti faktor perekonomian global.
Bahkan mengacu pada riset yang dilakukan oleh LPEM UI (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia), mobil bekas sangat diminati oleh masyarakat di Pulau Jawa.
Riyanto, Pengamat Otomotif LPEM UI mengungkapkan bahwa tingginya minat terhadap mobil bekas merupakan akibat dari harga unit baru semakin tidak terjangkau.
“Dari hasil survey, orang di pulau Jawa yang beli mobil di 2023, 63 persennya mobil bekas. Harga mobil baru naik, mobil bekas lebih rendah,” kata Riyanto di kantor Kemenperin, Rabu (10/7).
Buat mobil di segmen tertentu seperti MPV (Multi Purpose Vehicle) menurutnya ada depresiasi harga yang cukup besar mencapai 50 persen. Ditambah lagi saat ini pasar mobil bekas terbilang transparan serta semakin memudahkan konsumen dalam melakukan pembelian.
“Kunjungan ke situs mobil bekas dari bulan ke bulan itu meningkat. Membandingkan harga (mobil baru dan bekas) lebih mudah,” ucap Riyanto.
Padahal menurut Riyanto, apabila masyarakat memiliki modal mencukupi memiliki keinginan untuk membeli mobil baru. Saat ini pasar mobil bekas didominasi konsumen dengan pengeluaran di bawah Rp 5 juta per bulan.
Melanjutkan hal tersebut, Putu Juli Ardika, Plt Dirjen ILMATE menyebutkan ini bukan pertama kali terjadi. Sehingga perlu ada langkah dilakukan agar angka penjualan mobil baru bisa naik.
Di samping program LCGC (Low Cost Green Car), kebijakan serupa juga bisa diterapkan pada kendaraan ramah lingkungan sekaligus menggencarkan elektrifikasi yang menjadi target pemerintah.
“Misal bagaimana insentif (mobil listrik) diperluas untuk Low Emission Vehicle (hybrid, PHEV). Kita itu kalau insentif BEV hampir sama dengan negara lain, tetapi yang lain masih jauh sekali,” ungkap Putu dalam kesempatan sama.
Sebagai perbandingan, Putu menjelaskan pajak buat kendaraan rendah emisi ada di angka tujuh sampai delapan persen. Sementara di Indonesia masih 23-33 persen.
Ia menegaskan capaian positif terlihat pada jumlah ekspor, meskipun secara total angka penjualan mobil baru masih stagnan di 1 juta unit.
“Industri otomotif bertumbuh namun pasar dalam negeri tidak secepat ekspor. Kalau kita mampu ekspor, berarti industri kita punya daya saing,” tegas dia.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
16 Oktober 2024, 14:00 WIB
16 Oktober 2024, 11:00 WIB
15 Oktober 2024, 11:18 WIB
14 Oktober 2024, 10:00 WIB
14 Oktober 2024, 07:00 WIB
Terkini
17 Oktober 2024, 07:00 WIB
Kebijakan seperti ganjil genap dinilai kurang efektif jika melihat pertumbuhan kendaraan bermotor saat ini
17 Oktober 2024, 06:00 WIB
Perpanjangan SIM A dan C bisa dilakukan dengan mudah di SIM keliling Bandung, simak syarat lengkapnya
17 Oktober 2024, 06:00 WIB
Masyarakat dapat mendatangi salah satu lokasi SIM Keliling Jakarta hari ini untuk mengurus dokumen berkendara
17 Oktober 2024, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 17 Oktober 2024 masih terbilang ketat karena kepolisian menggelar operasi Zebra
16 Oktober 2024, 20:00 WIB
Ada dua model produksi Wuling, berikut sejumlah mobil milik Veronica Tan calon menteri Prabowo Subianto
16 Oktober 2024, 19:01 WIB
Pemberlakuan tarif impor EV oleh Uni Eropa membuat BYD lakukan ekspansi lewat pembangunan pabrik di luar China
16 Oktober 2024, 18:00 WIB
Chery menyebut kalau mobil listrik Omoda E5 cukup diminati oleh konsumen, sebab terjual sampai ribuan unit
16 Oktober 2024, 17:00 WIB
Untuk denda tilang Operasi Zebra 2024 yang paling murah adalah Rp 250 ribu dan termahal di angka Rp 1 juta