Wuling Cortez Darion PHEV Incar Konsumen yang Ragu Pada EV
30 November 2025, 07:00 WIB
Dalam laporan Reuters menyebutkan kalau hanya ada segelintir pabrikan mobil listrik Cina yang mampu bertahan
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – Pabrikan mobil listrik Cina sedang ramai menyerbu pasar kendaraan roda empat di berbagai negara. Mulai dari Asia sampai ke daratan Eropa.
Mereka menawarkan berbagai Electric Vehicle (EV) kepada para konsumen. Membuat penjualan perusahaan asal Tiongkok tersebut melejit.
Seperti diberitakan KatadataOTO sebelumnya, pabrikan mobil listrik Cina mendominasi sampai 76 persen pangsa pasar global.
Eropa digadang-gadang menjadi salah satu tujuan banyak manufaktur Tiongkok untuk menjual tidak hanya EV namun juga hybrid model Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).
Akan tetapi menurut laporan Reuter baru-baru ini, disebut bakal banyak produsen kendaraan roda empat setrum asal Negeri Tirai Bambu yang bangkrut.
“Hanya 15 dari 129 brand yang saat ini menjual kendaraan listrik dan PHEV di Tiongkok yang akan kuat secara finansial di 2030,” tulis media daring itu, Senin (07/07).
Di dalam berita tersebut konsultan AlixPartners mengatakan ketatnya persaingan membuat sejumlah pabrikan kehabisan nafas.
Sehingga mereka tidak bisa bertahan dan terus berjualan EV maupun PHEV kepada para konsumen di sejumlah lokasi.
Lebih jauh AlixPartners mengatakan kalau ke-15 merek yang bertahan bakal menguasai sekitar 75 persen pangsa pasar mobil listrik serta PEHV di Tiongkok pada 2030.
“Masing-masing mencatat penjualan tahunan rata-rata 1,02 juta kendaraan,” lanjut mereka.
Sayang AlixPartners tidak menyebutkan secara rinci merek mana saja yang mampu tetap bertahan di akhir dekade ini.
Di sisi lain disebutkan terdapat sejumlah faktor, kenapa akan ada banyak pabrikan mobil listrik yang berjatuhan di 2030.
Satu di antaranya praktik perang harga. Membuat persaingan antara manufaktur semakin tidak sehat.
“Cina merupakan salah satu pasar NEV (New Energy Vehicle) paling kompetitif di dunia dengan sengitnya perang harga, inovasi yang pesat serta pendatang baru yang terus meningkatkan standar,” ucap Stephen Dyer, head of AlixPartners Automotive Practice Asia.
Fenomena perang harga disebut-sebut membawa banyak dampak negatif ketimbang efek positif kepada manufaktur.
Ditambah isu kelebihan kapasitas produksi juga turut digadang-gadang menjadi biang kerok rusaknya industri EV di Tiongkok.
“Kondisi ini telah mendorong kemajuan luar biasa dalam hal teknologi maupun efisiensi biaya. Tetapi membuat banyak perusahaan kesulitan mencapai profitabilitas berkelanjutan,” Dyer menutup perkataannya.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
30 November 2025, 07:00 WIB
29 November 2025, 17:28 WIB
29 November 2025, 15:04 WIB
29 November 2025, 13:00 WIB
29 November 2025, 06:07 WIB
Terkini
30 November 2025, 19:00 WIB
Mantan suami Inara Rusli, Virgoun dikenal karena koleksi motor Harley-Davidson yang kerap dipamerkannya
30 November 2025, 17:00 WIB
Kepolisian memprediksi puncak kepadatan libur Nataru bakal terjadi dua kali sehingga masyarakat harus hati hati.
30 November 2025, 15:00 WIB
Airlangga Hartarto menilai pemerintah sudah banyak memberikan insentif untuk sektor otomotif selama dua tahun
30 November 2025, 13:00 WIB
Tampilan eksterior Toyota Kijang Innova Reborn makin sporti dan headunit membesar, meluncur Desember 2025
30 November 2025, 07:36 WIB
HPM menggelar Honda Community Year End Car Meet untuk terus mendekatkan diri kepada para anggota komunitas
30 November 2025, 07:00 WIB
Wuling Cortez Darion PHEV bakal menjadi pilihan buat mereka yang masih ragu terhadap performa mobil listrik
29 November 2025, 21:14 WIB
Digelar dengan kedatangan berbagai model kendaraan baru, GJAW 2025 berhasil memikat lebih banyak pengunjung
29 November 2025, 21:00 WIB
Selama pameran GJAW 2025, diler menawarkan promo berupa potongan harga Rp 50 juta untuk Hyundai Stargazer