Nama Geely Melekat di Mobil Listrik Aletra L8, Alasannya
12 Oktober 2025, 09:00 WIB
Dalam laporan Reuters menyebutkan kalau hanya ada segelintir pabrikan mobil listrik Cina yang mampu bertahan
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – Pabrikan mobil listrik Cina sedang ramai menyerbu pasar kendaraan roda empat di berbagai negara. Mulai dari Asia sampai ke daratan Eropa.
Mereka menawarkan berbagai Electric Vehicle (EV) kepada para konsumen. Membuat penjualan perusahaan asal Tiongkok tersebut melejit.
Seperti diberitakan KatadataOTO sebelumnya, pabrikan mobil listrik Cina mendominasi sampai 76 persen pangsa pasar global.
Eropa digadang-gadang menjadi salah satu tujuan banyak manufaktur Tiongkok untuk menjual tidak hanya EV namun juga hybrid model Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).
Akan tetapi menurut laporan Reuter baru-baru ini, disebut bakal banyak produsen kendaraan roda empat setrum asal Negeri Tirai Bambu yang bangkrut.
“Hanya 15 dari 129 brand yang saat ini menjual kendaraan listrik dan PHEV di Tiongkok yang akan kuat secara finansial di 2030,” tulis media daring itu, Senin (07/07).
Di dalam berita tersebut konsultan AlixPartners mengatakan ketatnya persaingan membuat sejumlah pabrikan kehabisan nafas.
Sehingga mereka tidak bisa bertahan dan terus berjualan EV maupun PHEV kepada para konsumen di sejumlah lokasi.
Lebih jauh AlixPartners mengatakan kalau ke-15 merek yang bertahan bakal menguasai sekitar 75 persen pangsa pasar mobil listrik serta PEHV di Tiongkok pada 2030.
“Masing-masing mencatat penjualan tahunan rata-rata 1,02 juta kendaraan,” lanjut mereka.
Sayang AlixPartners tidak menyebutkan secara rinci merek mana saja yang mampu tetap bertahan di akhir dekade ini.
Di sisi lain disebutkan terdapat sejumlah faktor, kenapa akan ada banyak pabrikan mobil listrik yang berjatuhan di 2030.
Satu di antaranya praktik perang harga. Membuat persaingan antara manufaktur semakin tidak sehat.
“Cina merupakan salah satu pasar NEV (New Energy Vehicle) paling kompetitif di dunia dengan sengitnya perang harga, inovasi yang pesat serta pendatang baru yang terus meningkatkan standar,” ucap Stephen Dyer, head of AlixPartners Automotive Practice Asia.
Fenomena perang harga disebut-sebut membawa banyak dampak negatif ketimbang efek positif kepada manufaktur.
Ditambah isu kelebihan kapasitas produksi juga turut digadang-gadang menjadi biang kerok rusaknya industri EV di Tiongkok.
“Kondisi ini telah mendorong kemajuan luar biasa dalam hal teknologi maupun efisiensi biaya. Tetapi membuat banyak perusahaan kesulitan mencapai profitabilitas berkelanjutan,” Dyer menutup perkataannya.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
12 Oktober 2025, 09:00 WIB
11 Oktober 2025, 09:00 WIB
10 Oktober 2025, 20:30 WIB
10 Oktober 2025, 20:00 WIB
10 Oktober 2025, 19:00 WIB
Terkini
12 Oktober 2025, 11:00 WIB
Suzuki Ignis bekas di Oktober 2025 terbilang cukup beragam bahkan ada yang ditawarkan dengan TDP Rp 5 juta
12 Oktober 2025, 09:00 WIB
Nama Geely masih tersemat di mobil listrik Aletra L8 EV, seperti pada bagian lampu depan maupun belakang
12 Oktober 2025, 07:00 WIB
Daihatsu Sigra bekas di Oktober 2025 terbilang cukup menarik karena ada banyak pilihan dengan TDP mulai Rp 5 jutaan
11 Oktober 2025, 17:00 WIB
Segera diluncurkan tahun depan, Toyota Veloz Hybrid berpeluang untuk pakai baterai CATL rakitan lokal
11 Oktober 2025, 15:00 WIB
Pasar motor matic murah kedatangan produk baru di Oktober 2025, seperti contoh Honda Scoopy Kuromi Limited
11 Oktober 2025, 13:00 WIB
Honda klaim motor yang mereka jual saat ini sudah bisa menggunakan BBM bercampur etanol dengan komposisi tertentu
11 Oktober 2025, 11:00 WIB
Pemerintah mau terapkan kebijakan bahan bakar campran etanol E10 di masa mendatang, Chery buka suara
11 Oktober 2025, 09:00 WIB
Dalam sebuah pertemuan di Shanghai, SAIC meminta Kemenperin melanjutkan insentif PPN DTP untuk mobil listrik