Ambisi Honda Kembangkan EV Meredup, Fokus ke Mobil Hybrid
18 Agustus 2025, 17:00 WIB
Kondisi industri otomotif Thailand tertekan karena EV China dan Indonesia juga terancam alami hal serupa
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Tak hanya Indonesia, industri otomotif Thailand juga sedang dalam masa yang penuh tekanan. Bedanya, di negara tersebut tantangan hadir karena banyaknya jumlah kendaraan listrik belum terjual.
Permasalahan sebenarnya berawal dari kebijakan pemerintah Thailand memberikan subsidi besar-besaran untuk pabrikan yang berinvestasi dalam industri kendaraan listrik. Mereka bahkan memberi kesempatan perusahaan agar mengimpor mobil secara utuh dengan potongan pajak cukup besar.
Pabrikan asal China langsung memanfaatkannya dengan membawa 185.029 kendaraan listrik ke negara Gajah Putih. Namun berdasarkan data dari Departemen Transportasi Darat, baru ada 86.043 unit terjual sementara 90.000 unit lain masih menunggu pinangan.
Melimpahnya stok pun memantik perang harga dan berdampak langsung pada industri mobil berbahan bakar mesin hingga rantai pasokan lokal. Pasalnya persaingan di pasar jadi kurang menguntungkan.
Akibatnya pabrikan yang sudah lama hadir di negara tersebut pun mengurangi jumlah produksinya agar bisa bertahan. Sementara beberapa merek lain seperti Subaru dan Suzuki telah menyampaikan niatnya untuk menutup pabrik.
Penutupan ini juga berdampak langsung pada para pemasok komponen kendaraan. Omset mereka diklaim mengalami penurunan drastis dibanding sebelum adanya kebijakan mobil listrik.
“Pesanan suku cadang sudah turun 40 persen sepanjang tahun. Sebagian besar produsen pun telah mengurangi waktu operasionalnya menjadi hanya tiga hari seminggu dan sekitar 12 perusahaan gulung tikar,” ungkap Sompol Tanadumrongsak, President of the Thai Auto Parts Manufacturers Association.
Situasi tersebut sebenarnya sangat mungkin terjadi juga di Indonesia. Pasalnya pemerintah memang cenderung meniru kebijakan yang sudah dilakukan oleh Thailand.
Pabrikan asal China sudah diperbolehkan untuk mengimpor mobil secara utuh dengan potongan pajak. Syaratnya adalah mereka melakukan komitmen membangun pabrik di Tanah Air dalam waktu tertentu.
Kemudahan ini membuat sejumlah pabrikan was-was, termasuk Hyundai. Mereka bahkan mengingatkan pabrikan asal China agar menghindari perang diskon karena target Indonesia untuk tidak menjual kendaraan berbahan bakar internal masih lama yaitu 2060.
“Kalau mau saling membantai sekarang buat apa? Biarkan industri tumbuh dengan sendirinya,” ungkap Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
Pria yang akrab disana Soerjo itu juga menyebut bahwa kebijakan pemerintah memiliki peran sangat penting.
“Jangan sampai kebijakan baru justru mematikan brand yang sudah ada sebelumnya. Kejadian di Thailand harus bisa dihindari,” pungkasnya.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
18 Agustus 2025, 17:00 WIB
18 Agustus 2025, 15:00 WIB
15 Agustus 2025, 08:00 WIB
15 Agustus 2025, 07:00 WIB
14 Agustus 2025, 20:00 WIB
Terkini
18 Agustus 2025, 17:00 WIB
Honda mengurangi target penjualan dan investasi mobil listrik imbas penurunan yang terjadi di pasar global
18 Agustus 2025, 15:00 WIB
Penjualan kendaraan listrik global Januari hingga Juli 2025 berhasil tumbuh dengan Cina sebagai tulang punggung
18 Agustus 2025, 13:08 WIB
Marc Marquez unggul jauh dari para rivalnya setelah mengemas 418 poin di klasemen sementara MotoGP 2025
18 Agustus 2025, 11:00 WIB
Mencuci helm premium ternyata tidak bisa sembarangan, terdapat beberapa perlakuan yang harus diperhatikan
18 Agustus 2025, 09:01 WIB
Wheelie Fun Bike ciptakan sepeda listrik dengan fungsi unik
18 Agustus 2025, 09:00 WIB
Harga mobil hybrid per Agustus 2025 relatif stabil, ada beberapa pendatang baru yang melantai di GIIAS 2025
18 Agustus 2025, 07:00 WIB
Penjualan Daihatsu Juli 2025 mengalami kenaikan hingga buat perusahaan jadi yang terlaris kedua di Indonesia
17 Agustus 2025, 20:00 WIB
Marc Marquez catatkan kemenangan ke-1.000 di Sirkuit Red Bull Ring, berikut hasil MotoGP Austria 2025