Honda Ungkap Unit di Indonesia Belum Terdampak Recall Feul Pump
23 Oktober 2024, 18:02 WIB
Kondisi industri otomotif Thailand tertekan karena EV China dan Indonesia juga terancam alami hal serupa
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Tak hanya Indonesia, industri otomotif Thailand juga sedang dalam masa yang penuh tekanan. Bedanya, di negara tersebut tantangan hadir karena banyaknya jumlah kendaraan listrik belum terjual.
Permasalahan sebenarnya berawal dari kebijakan pemerintah Thailand memberikan subsidi besar-besaran untuk pabrikan yang berinvestasi dalam industri kendaraan listrik. Mereka bahkan memberi kesempatan perusahaan agar mengimpor mobil secara utuh dengan potongan pajak cukup besar.
Pabrikan asal China langsung memanfaatkannya dengan membawa 185.029 kendaraan listrik ke negara Gajah Putih. Namun berdasarkan data dari Departemen Transportasi Darat, baru ada 86.043 unit terjual sementara 90.000 unit lain masih menunggu pinangan.
Melimpahnya stok pun memantik perang harga dan berdampak langsung pada industri mobil berbahan bakar mesin hingga rantai pasokan lokal. Pasalnya persaingan di pasar jadi kurang menguntungkan.
Akibatnya pabrikan yang sudah lama hadir di negara tersebut pun mengurangi jumlah produksinya agar bisa bertahan. Sementara beberapa merek lain seperti Subaru dan Suzuki telah menyampaikan niatnya untuk menutup pabrik.
Penutupan ini juga berdampak langsung pada para pemasok komponen kendaraan. Omset mereka diklaim mengalami penurunan drastis dibanding sebelum adanya kebijakan mobil listrik.
“Pesanan suku cadang sudah turun 40 persen sepanjang tahun. Sebagian besar produsen pun telah mengurangi waktu operasionalnya menjadi hanya tiga hari seminggu dan sekitar 12 perusahaan gulung tikar,” ungkap Sompol Tanadumrongsak, President of the Thai Auto Parts Manufacturers Association.
Situasi tersebut sebenarnya sangat mungkin terjadi juga di Indonesia. Pasalnya pemerintah memang cenderung meniru kebijakan yang sudah dilakukan oleh Thailand.
Pabrikan asal China sudah diperbolehkan untuk mengimpor mobil secara utuh dengan potongan pajak. Syaratnya adalah mereka melakukan komitmen membangun pabrik di Tanah Air dalam waktu tertentu.
Kemudahan ini membuat sejumlah pabrikan was-was, termasuk Hyundai. Mereka bahkan mengingatkan pabrikan asal China agar menghindari perang diskon karena target Indonesia untuk tidak menjual kendaraan berbahan bakar internal masih lama yaitu 2060.
“Kalau mau saling membantai sekarang buat apa? Biarkan industri tumbuh dengan sendirinya,” ungkap Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
Pria yang akrab disana Soerjo itu juga menyebut bahwa kebijakan pemerintah memiliki peran sangat penting.
“Jangan sampai kebijakan baru justru mematikan brand yang sudah ada sebelumnya. Kejadian di Thailand harus bisa dihindari,” pungkasnya.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
23 Oktober 2024, 18:02 WIB
23 Oktober 2024, 17:00 WIB
23 Oktober 2024, 10:00 WIB
22 Oktober 2024, 20:00 WIB
22 Oktober 2024, 17:00 WIB
Terkini
24 Oktober 2024, 07:00 WIB
Skema kredit Syariah Hyundai Kona Electric Signature Long Range terbilang mudah karena tersedia cicilan ringan
24 Oktober 2024, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 24 Oktober 2024 bakal mengawal aksi demo buruh di beberapa lokasi termasuk depan istana
24 Oktober 2024, 06:00 WIB
Pemohon bisa menggunakan fasilitas SIM keliling Bandung untuk melakukan perpanjangan, berikut lokasinya
24 Oktober 2024, 06:00 WIB
Polda Metro Jaya terus mengoperasi SIM Keliling Jakarta, buat hari ini tersedia di lima lokasi berbeda
23 Oktober 2024, 23:45 WIB
PT FIF raih laba bersih sebesar Rp 3,3 triliun dalam 9 bulan pertama 2024 atau meningkat sebesar 8,8 persen
23 Oktober 2024, 22:30 WIB
Honda CBR150R kini telah ditambahkan warna baru yang lebih agresif sehingga menjadikannya lebih gagah
23 Oktober 2024, 21:30 WIB
Hadir perdana di pameran GIIAS Semarang 2024, Toyota Hilux Rangga memikat calon konsumen di Jawa Tengah
23 Oktober 2024, 19:00 WIB
Pameran otomotif GIIAS Semarang 2024 diharapkan jadi stimulan masyarakat untuk membeli kendaraan baru