First Drive, Seharian Penuh Bersama AION UT Jakarta – Bandung PP
20 September 2025, 15:00 WIB
Aletra menilai dengan menerapkan perang harga, justru akan membawa dampak buruk bagi sebuah produsen EV
Oleh Satrio Adhy
KatadataOTO – Banyak cara dilakukan untuk menggaet konsumen. Salah satunya dengan menerapkan perang harga.
Biasanya strategi tersebut diterapkan oleh para pabrikan mobil listrik yang memasarkan produk di Indonesia.
Banyak produsen Electric Vehicle (EV) membanting banderol produk mereka demi menggoda konsumen di dalam negeri.
Akan tetapi Aletra Mobil Nusantara mengaku enggan ikut terseret praktik perang harga yang ada di Indonesia.
"Kita usahan tidak (ikut perang harga), makanya kami tidak bermain di segmen yang di bawahnya itu lagi," ungkap Reinhard Jacobus, General Manager Executive Aletra di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Reinhard mengungkapkan Altera tidak berminat untuk berkompetisi di tempat yang sama dengan para produsen mobil listrik lain.
Produsen satu ini mengaku ingin bermain di tempat lain dengan peluang lebih besar, yakni fleet sales.
Ia tidak menungkiri perang harga bisa menguntungkan para konsumen. Namun turut membawa dampak degatif bagi sebuah brand.
"Bagi kita yang punya brand justru orang jadi kurang percaya," Riendard menuturkan.
Petingi Aletra ini menjelaskan kalau sampai ada penurunan harga, konsumen justru jadi berpikir dua kali ketika ingin memboyong EV.
Dengan begitu kepercayaan calon pembeli mobil listrik merosot. Jadi mereka akan lebih ragu memboyong EV.
"(Dampak perang harga) mereka jadi makin antipati kembali dengan penggunaan mobil listrik," tegas Reinhard.
Lebih jauh dia menuturkan kalau Aletra selalu fokus menjaga kepercayaan para calon pembeli kendaraan roda empat setrum.
Seperti contoh dengan memberikan resale value serta menjaga nilai jual kembali kendaraan konsumen.
"Karena kita melakukan research and development. Kita memikirkan bagaimana karakter orang Indonesia," pungkas dia.
Seperti diberitakan KatadataOTO sebelumnya, perang harga mobil Cina disebut sudah mulai menunjukkan dampak negatif.
Salah satunya adalah penurunan kualitas mobil bermesin bensin. Ini terjadi karena persaingan harga semakin panas.
Membuat banyak manufaktur terpaksa mengurangi pengeluaran ekstra seperti biaya produksi.
Sementara di 2025, China Initial Quality Study menunjukkan ada 229 masalah per 100 unit kendaraan dilaporkan bermasalah oleh para pemilik. Angka tersebut naik 17 dari perolehan di 2024.
“Performa IQS mobil bermesin bensin mengalami penurunan year-on-year yang nyata,” kata Elvis Yang, General Manager Auto Product Practice JD Power dikutip dari China Daily.
IQS sendiri adalah Initial Quality Study, survey yang menunjukkan secara gamblang seberapa baik kualitas suatu kendaraan.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
20 September 2025, 15:00 WIB
19 September 2025, 22:00 WIB
19 September 2025, 18:00 WIB
19 September 2025, 13:00 WIB
19 September 2025, 11:00 WIB
Terkini
21 September 2025, 09:00 WIB
Konten kreator Tasya Farasya punya sejumlah mobil yang mengisi garasinya, ada hatchback Suzuki Baleno
21 September 2025, 07:00 WIB
ACC Carnival Bekasi diselenggarakan di kawasan Harapan Indah dengan menawarkan beragam prmo penjualan
20 September 2025, 19:00 WIB
Menjadi salah satu model terlaris PT SIS Suzuki membuka peluang ekspor edisi khusus XL7 Hybrid Alpha Kuro
20 September 2025, 17:00 WIB
Foton Indonesia menjalin kerja sama dengan Kalista untuk merambah pasar otomotif di wilayah Jawa Timur
20 September 2025, 16:00 WIB
Berdasarkan pantauan KatadataOTO pada Sabtu (10/09), harga mobil LCGC untuk seluruh produk tidak ada kenaikan
20 September 2025, 15:00 WIB
Menikmati suguhan fitur terkini dan kenyamanan berkendara dari AION UT seharian penuh Jakarta - Bandung PP
20 September 2025, 14:22 WIB
Ducati Corse berikan motor spesifikasi pabrikan, Desmosedici GP26 buat Alex Marquez mulai musim depan
20 September 2025, 11:00 WIB
Pertamina berkomitmen untuk memenuhi syarat yang diajukan oleh para SPBU swasta seperti Shell dan BP AKR