Chery Tiggo 8 CSH Patahkan Mitos Harga Mobil PHEV Mahal
17 Mei 2025, 11:00 WIB
Guna mempercepat elektrifikasi, Kemenko Marves lirik kebijakan pemberhentian penjualan mobil mesin bensin
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Uni Eropa telah memberhentikan penjualan mobil bensin guna menggencarkan elektrifikasi. Per 2035 mobil konvensional yang masih dipakai harus bisa menggunakan bahan bakar e-fuel.
Di Indonesia belum ada kebijakan serupa karena beberapa hal. Saat ini masih dalam transisi menuju BEV (Battery Electric Vehicle) lewat penjualan mobil hybrid.
Namun di masa mendatang ada usulan bahwa pemerintah perlu menyelaraskan kebijakan soal penghentian penjualan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil.
“Kalau kita lihat target di sini NZE (Net Zero Emission) di 2060. Sehingga kita perlu tarik garis titik target penjualan 100 persen harus kendaraan Zero Emission Vehicle,” ungkap Firdaus Manti, Asdep Bidang Industri Maritim dan Transportasi Kemenkomarves di ICE BSD, Selasa (23/7).
Tidak dilakukan secara langsung melainkan bertahap. Seperti yang tengah diterapkan sekarang melalui penjualan HEV (Hybrid Electric Vehicle).
Sebagai contoh PT TAM (Toyota Astra Motor) telah menghadirkan versi hybrid dari sejumlah lini kendaraannya seperti Innova Zenix hingga Corolla Cross.
Sehingga konsumen memiliki opsi kendaraan ramah lingkungan menggunakan model yang sudah familiar sebelumnya. Kemudian dijual dengan banderol kompetitif.
Menurut Firdaus langkah transisi bisa dilakukan melalui penggencaran produksi dan penjualan model hybrid lalu disusul PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle).
“Kemudian penjualan dengan target ekonomi lebih efisien seperti biofuel atau bioetanol. Pembatasan kendaraan di kota-kota besar, khususnya yang ditengarai bisa menyumbang emisi CO2,” lanjut Firdaus.
Ia menegaskan perlu ada tenggat waktu penjualan bahan bakar fosil guna mengakselerasi penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi.
“Misalnya di 2040 grafik semuanya ditargetkan menjadi NZE pada 2050-2060. Itu bisa mengirit fiskal untuk importasi (bahan bakar) fosil dan subsidinya begitu juga solar,” tegas dia.
Firdaus memaparkan nominal impor untuk bahan bakar fosil bisa mencapati Rp 1,25 triliun. Selain itu ada subsidi diberikan oleh pemerintah terhitung 2019-2023, totalnya Rp 595 triliun atau rata-rata Rp 199 triliun per tahun.
Tidak melulu elektrifikasi, manufaktur bisa mempertimbangkan transisi penggunaan bahan bakar alternatif seperti biodiesel, bioetanol dan hidrogen.
“Kita depannya biofuel ini bisa jadi yang utama di hybrid. Dengan biofuel akan jadi lebih bersih dibandingkan hybrid pakai bahan bakar fosil,” ungkap Firdaus.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
17 Mei 2025, 11:00 WIB
16 Mei 2025, 11:00 WIB
15 Mei 2025, 21:51 WIB
14 Mei 2025, 20:36 WIB
12 Mei 2025, 09:00 WIB
Terkini
17 Mei 2025, 14:58 WIB
Touring perayaan satu dekade Nmax dan JMC diinisiasi Yamaha, libatkan berbagai generasi motor Nmax dan Xmax
17 Mei 2025, 13:00 WIB
Damri siapkan 200 bus listrik baru sebagai armada TransJakarta yang jadi andalan mobilitas warga Ibu Kota
17 Mei 2025, 11:00 WIB
Kehadiran Chery Tiggo 8 CSH mencuri perhatian penggemar otomotif di Indonesia karena harganya terjangkau
17 Mei 2025, 09:00 WIB
Bakal fokus mempersiapkan kehadiran DST Concept, Mitsubishi masih belum mau luncurkan Xpander Hybrid di RI
17 Mei 2025, 07:15 WIB
Penjualan Mitsubishi tahun fiskal 2024 kembali turun, Xpander pun berhasl menjadi penyelamat perusahaan
16 Mei 2025, 21:00 WIB
Toyota Indonesia gelar pendampingan TEY di Sumatera Barat untuk mematangkan visi dan misi proposal proyek lingkungan
16 Mei 2025, 20:22 WIB
PT MMKSI resmi meluncurkan versi terbaru Mitsubishi Xpander dan Xpander Cross hari ini, simak daftar harganya
16 Mei 2025, 18:00 WIB
Toyota bZ4X Touring atau bZ Woodland punya dimensi sedikit lebih panjang dan tampilannya semakin sporti