Changan Deepal E07 Terdaftar di RI, SUV Mungil Rangkap Pikap
15 Desember 2025, 17:00 WIB
Menuju selesainya insentif impor EV Tahun ini, GIAMM mengklaim BYD belum libatkan industri komponen lokal
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) menunggu pabrikan otomotif penerima insentif impor mobil listrik atau Electric Vehicle (EV) mulai serap komponen buatan lokal.
Perlu diketahui, pemberian insentif mobil listrik impor dinilai jadi salah satu pemicu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor otomotif.
Meskipun penjualan kendaraan khususnya mobil listrik bisa mencatatkan hasil positif, unitnya tidak melibatkan komponen produksi dalam negeri.
Saat ini, BYD menjadi salah satu merek mobil listrik penerima insentif impor EV yang mencatatkan penjualan positif.
Pembangunan fasilitas perakitan BYD di Subang yang ditargetkan rampung tahun depan sebenarnya jadi angin segar bagi industri sebab menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Tetapi patut jadi perhatian sebab hingga saat ini, BYD disebut belum memiliki kesepakatan dengan penyedia komponen di dalam negeri. Padahal tinggal menghitung bulan menuju selesainya pabrik tersebut.
Perwakilan GIAMM menyebutkan bahwa satu setengah tahun lalu, Kementerian Perindustrian telah mewadahi kegiatan business matching buat BYD bersama lebih dari 100 perusahaan supplier.
“Dan benar sampai saat ini belum ada satupun yang deal. Kendalanya sendiri belum jelas, beberapa teman anggota menginformasikan lebih ke masalah harga,” kata Rachmat Basuki, Sekretaris Jenderal GIAMM kepada KatadataOTO beberapa waktu lalu.
Pihaknya masih menunggu kejelasan dari BYD. Mengingat di antara banyak merek penerima insentif lain, BYD mencatatkan penjualan paling tinggi.
Mengacu pada data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), wholesales (penyaluran dari pabrik ke diler) mobil listrik BYD di Juli 2025 adalah 2.335 unit.
Ini masih jauh di atas merek penerima insentif mobil listrik impor lainnya seperti Aion di 421 unit dan Geely 249 unit.
Sementara jika dilihat secara kumulatif periode Januari-Juli 2025, wholesales BYD 16.427 unit. Belum termasuk sub merek Denza di angka 6.256 unit.
“Untuk yang lain (penerima insentif selain BYD) biasanya langsung business-to-business (B2B),” ucap Rachmat.
Dirinya berharap skenario seperti Completely Knocked Down (CKD) sederhana tanpa komponen lokal tidak terjadi.
Tanpa lokalisasi, industri komponen di sektor otomotif menurut Rachmat tidak akan mendapatkan keuntungan dari perakitan lokal BYD di Indonesia.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
15 Desember 2025, 17:00 WIB
15 Desember 2025, 16:00 WIB
15 Desember 2025, 15:00 WIB
15 Desember 2025, 13:00 WIB
15 Desember 2025, 11:00 WIB
Terkini
16 Desember 2025, 07:00 WIB
Pemerintah memperkirakan ada sekitar 20,23 juta orang yang bergerak di Jawa Tengah saat libur Nataru
16 Desember 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta kembali digelar dengan pengawasan ketat dari petugas di sejumlah titik rawan pelanggaran
16 Desember 2025, 06:00 WIB
Untuk memudahkan para pengendara, kepolisian kembali mengoperasikan SIM keliling Bandung di Metro Indah Mall
16 Desember 2025, 06:00 WIB
Lima lokasi SIM keliling Jakarta beroperasi hari ini, berikut daftar lokasi, biaya serta persyaratannya
15 Desember 2025, 20:09 WIB
Pabrik QJMotor yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat akan mempunyai kapasitas produksi sampai 150 ribu unit
15 Desember 2025, 19:00 WIB
Chery melalui sub merek premium mereka, Exeed akan berlaga di balap ketahanan Le Mans di 2030 mendatang
15 Desember 2025, 18:00 WIB
Pabrik VinFast di Indonesia akan produksi lini berkonfigurasi setir kanan buat keperluan domestik dan ekspor
15 Desember 2025, 17:00 WIB
Changan Deepal E07 hadir dengan desain unik, perpaduan antara SUV dengan pikap kabin ganda bertenaga listrik