Pemerintah Harus Pikirkan Daur Ulang Limbah Baterai Mobil Listrik
02 Juli 2025, 11:00 WIB
Bantu hilirisasi nikel, peneliti nilai pemerintah perlu lebih mendukung produsen mobil listrik baterai nikel
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Hilirisasi nikel yang ingin digencarkan pemerintah saat ini bermaksud membentuk ekosistem kompetitif rantai nilai baterai lithium dan kendaraan listrik.
Namun pada kenyataannya saat ini banyak mobil listrik terkhusus asal Tiongkok justru menggunakan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate), bukan NMC (Nickel Manganese Cobalt).
Padahal peneliti menilai penting bagi pemerintah buat lebih mendukung produsen mobil listrik yang telah memakai baterai berbasis nikel.
Sehingga di masa mendatang dapat ikut memanfaatkan potensi nikel di dalam negeri. Perlu ada regulasi untuk mengatur hal tersebut.
“Jadi ketika buat insentif, harus dilihat yang berbasis nikel,” kata Prov. Dr. rer. nat. Evvy Kartini, Founder National Battery Research Institute ketika ditemui di acara Populix x Forwot di Jakarta, Selasa (01/07).
Menurut Prof. Evvy, perwakilan CEO dari PT HLI Green Power yang merupakan joint venture antara LG dan Hyundai mengaku bahwa mereka merasa kesulitan bersaing karena berbasis NMC.
“Pemerintah seharusnya mendukung (EV) berbasis nikel. Ya jelas, tidak bisa berkompetisi antara yang berbasis nikel dengan LFP,” lanjut Prof. Evvy.
Dari segi harga, mobil listrik dengan baterai NMC memang terbilang lebih mahal ketimbang LFP. Sebagai gambaran kasar, Hyundai Ioniq 5 dan BYD Sealion 7 berada di kelas yang sama, tetapi terpaut jarak hampir Rp 100 jutaan untuk masing-masing tipe terendah.
Perlu diketahui, Hyundai menggunakan baterai NMC berbasis nikel. Sementara BYD dibekali Blade Battery material LFP.
Harga masih menjadi salah satu faktor penentu banyak konsumen dalam melakukan pembelian kendaraan.
“(Konsumen) cuma akan nanya harga. (Contoh) Hyundai Ioniq 5 Rp 800 juta, BYD Rp 600 juta, Anda akan pilih BYD,” kata dia.
Apabila nikel di dalam negeri bisa dimanfaatkan dan membuat harga mobil listrik berbaterai NMC bersaing, proses hilirisasi nikel Indonesia dinilai bisa semakin optimal.
Dia mengingatkan fakta bahwa Indonesia merupakan negara produsen nikel terbesar di dunia. Jadi penting bagi pemerintah untuk mendorong penggunaan NMC, khususnya kendaraan bermotor roda empat.
“Jadi mau tidak mau, itu (mobil listrik baterai nikel) yang harus dikasih insentif dan dibatasi kendaraan berbasis LFP. Begitu saja,” tegas Prof. Evvy.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
02 Juli 2025, 11:00 WIB
02 Juli 2025, 08:00 WIB
01 Juli 2025, 23:30 WIB
01 Juli 2025, 22:08 WIB
01 Juli 2025, 15:18 WIB
Terkini
02 Juli 2025, 13:00 WIB
Subsidi motor listrik dikabarkan sudah semakin dekat untuk dikuncurkan oleh pemerintah ungkap Wamenperin
02 Juli 2025, 12:00 WIB
Aspal Sirkuit Sepang sudah diperbaiki untuk menyambut MotoGP Malaysia 2025 yang diselenggarakan Oktober
02 Juli 2025, 11:00 WIB
Pengolahan limbah baterai mobil listrik disebut menjadi tanggung jawab produsen didukung regulasi pemerintah
02 Juli 2025, 09:00 WIB
PT ADM menanggapi kemungkinan Daihatsu Move dijual di Indonesia setelah modelnya terdaftar pada Februari 2025
02 Juli 2025, 08:00 WIB
Berbagai hal tengah disiapkan agar para konsumen di Indonesia dapat segera membeli mobil listrik Jaecoo J5 EV
02 Juli 2025, 07:00 WIB
Harga tiket MotoGP Malaysia 2025 terbilang cukup kompetitif buat memudahkan masyarakat lakukan pembelian
02 Juli 2025, 06:32 WIB
SIM keliling Bandung terus melayani para pengendara mobil maupun motor yang berada di wilayah Kota Kembang
02 Juli 2025, 06:00 WIB
Ada lima lokasi SIM keliling Jakarta yang beroperasi seperti biasa hari ini, berikut informasi lengkapnya