Pesan Chery J6T Akan Dapat Banyak Bonus, Simak Syaratnya
09 November 2025, 09:00 WIB
Bekal bertahan dalam jangka waktu panjang, merek Jepang dinilai harus terus ikut perkembangan mobil listrik
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Pasar mobil listrik saat ini bisa dibilang lebih didominasi oleh manufaktur asal Tiongkok. Berkat inovasi terkini dan harga kompetitif, produknya cukup populer di Indonesia.
Di sisi lain, merek-merek Jepang justru masih berhati-hati di tengah gempuran elektrifikasi. Memang ada beberapa hal melatarbelakangi strategi tersebut.
Misal, keterbatasan infrastruktur yang membuat konsumen masih ragu beralih ke mobil listrik.
Hasilnya, pabrikan Jepang menghadirkan alternatif seperti mobil hybrid. Sebab menawarkan efisiensi penggunaan bahan bakar tanpa ketergantungan infrastruktur.
Sedangkan pabrik Tiongkok mulai mempopulerkan kembali Plug-in Hybrid Electric Vehicle, memungkinkan mobil diisi bensin dan di-charge layaknya mobil listrik.
Pengamat menilai kehati-hatian merek-merek asal Negeri Sakura berakar dari kultur Jepang yang kaku. Kemudian budaya korporat di sana sangat memperhatikan risiko-risiko dan data dari lapangan.
Sejauh ini, baru satu pabrikan Jepang memutuskan buat merakit lokal mobil listriknya yaitu Toyota.
Dalam waktu dekat, Toyota bZ4X teranyar sudah akan berstatus Completely Knocked Down (CKD) dan berpeluang turun harga.
Sisanya, Suzuki masih fokus mobil ICE dan hybrid lalu berencana memboyong Suzuki e Vitara tahun depan.
Daihatsu baru ikut terjun ke segmen mobil hybrid di 2025 melalui Rocky. Sedangkan Honda e:N1 hanya sebatas disewakan.
“Di luar sana, pergeseran (ke arah) Electric Vehicle (EV) bukan tren lagi tetapi arah industri otomotif global,” kata Yannes Martinus Pasaribu, pengamat sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada KatadataOTO beberapa waktu lalu.
Dia melanjutkan, dampak dari lambatnya transisi merek Jepang ke arah elektrifikasi total bakal terlihat di masa mendatang. Bisnis mereka dinilai dapat tergerus apabila tidak memikirkan persaingan yang semakin kuat di segmen elektrifikasi.
“Kalau pasar mulai beralih ke EV dan Jepang tidak punya produk kompetitif baik dari harga, teknologi maupun ketersediaan, maka konsumen akan mencari alternatif,” kata Yannes.
Yannes menegaskan Jepang berhadapan dengan merek Cina dan juga Korea jika bicara soal mobil listrik.
Meskipun dampak tersebut kemungkinan tidak terlihat dalam jangka waktu dekat ini, merek Jepang tetap perlu bersiap menghadapi pasar yang semakin berkembang.
Hal ini agar pasar dari brand Jepang tidak turun dalam waktu lima sampai 10 tahun ke depan.
“Bukan karena kualitasnya jelek, tetapi pasar bergerak dan Jepang tidak bergerak bersama dengan perubahan itu sendiri,” tegas Yannes.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
09 November 2025, 09:00 WIB
08 November 2025, 22:00 WIB
07 November 2025, 13:00 WIB
06 November 2025, 21:00 WIB
06 November 2025, 14:00 WIB
Terkini
09 November 2025, 09:00 WIB
Buat pemesan mobil listrik Chery J6T berhak mendapatkan akesoris Phantom yang bisa meningkatkan penampilan
09 November 2025, 07:00 WIB
Shell masih dalam tahap negosiasi dengan pihak terkait, BP AKR setuju membeli base fuel dari Pertamina
09 November 2025, 04:07 WIB
Duel Alex Marquez dan Pedro Acosta jadi sorotan utama Sprint Race MotoGP Portugal 2025 di Sirkuit Portimao
08 November 2025, 22:00 WIB
Mobil listrik Chery J6T diperkenalkan dengan beragam ubahan di bagian eksterior dan interior, simak rinciannya
08 November 2025, 17:00 WIB
Potongan harga motor matic Honda berlaku buat berbagai model, mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 2 jutaan
08 November 2025, 15:00 WIB
Shell punya variasi produk, tidak terbatas untuk kendaraan keluaran terkini saja dan penjualannya diklaim baik
08 November 2025, 13:00 WIB
Warga Jakarta kembali mendapat keistimewaan dengan digulirkannya kembali pemutihan pajak kendaraan bermotor
08 November 2025, 10:30 WIB
Suzuki Satria generasi baru resmi diluncurkan dengan beragam pengembangan baru namun harga tetap kompetitif