Perang Harga Memanas, Hanya Tiga Merek EV Ini yang Untung di Cina
23 Mei 2025, 21:00 WIB
Hyundai ingatkan kompetitor mereka untuk hindari perang harga agar industri otomotif dapat terus bertumbuh
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Banyaknya pabrikan baru di Indonesia khususnya asal China membuat persaingan kendaraan di Indonesia semakin sulit. Hal ini karena pasar di Tanah Air tidak berkembang meski pelaku industri semakin banyak.
Hal tersebut membuat sejumlah pabrikan melakukan beberapa strategi termasuk mengurangi harga. Padahal menurut Hyundai langkah itu tidak perlu dilakukan.
“Hyundai tidak melakukan penurunan harga tapi juga tak menaikkannya meski dolar naik karena kami ingin berkontribusi terhadap Indonesia. Kalau naik maka pemintaan akan menurun, nah itu sangat dihindari,” ungkap Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
Menurutnya saat ini masih ada beberapa cara untuk menghindari perang harga, salah satunya adalah dengan memperkuat brand image. Tindakan tersebut menurutnya telah dilakukan Hyundai dalam menggarap pasar Tanah Air.
“Masyarakat sangat suka dengan produk lokal sehingga kami membuat Ioniq Batik untuk menonjolkan Indonesianya. Kita tunjukan bahwa produk Hyundai bukan Korea tetapi Indonesia,” ungkapnya.
Tak hanya itu, mereka juga menambah jumlah investasi dengan mendirikan pabrik baterai di Indonesia. Berkat ini maka komponen lokal meningkat dibanding sebelumnya.
“Terlepas dari itu lithium atau nikel, tidak masalah asal pabrikannya di sini. Kami menunjukkan bahwa rantai pasokan sudah sangat kuat,” tegasnya.
Selera gen Z juga menurutnya harus dipertimbangkan oleh para produsen kendaraan. Pasalnya mereka memiliki kebiasaan yang berbeda dibandingkan generasi di atasnya.
“Mereka memiliki kebiasaan unik seperti tidak mau bekerja di kantor dan sebagainya. Pabrikan harus bisa menjawab kebutuhan tersebut seperti menawarkan V2L yang merupakan salah satu keunggulan Hyundai,” tambahnya,
Ia pun menambahkan bahwa target Indonesia untuk tidak lagi menjual kendaraan berbahan bakar internal masih lama yaitu 20260. Oleh sebab itu sebaiknya para produsen bekerjasama guna membangun pasar Tanah Air.
“Kalau mau saling membantai sekarang buat apa? Biarkan industri tumbuh dengan sendirinya,” tambahnya.
Pria yang akrab disana Soerjo itu juga menyebut bahwa kebijakan pemerintah memiliki peran sangat penting.
“Jangan sampai kebijakan baru justru mematikan brand yang sudah ada sebelumnya. Kejadikan seperti di Thailand harus bisa dihindari,” pungkasnya.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
23 Mei 2025, 21:00 WIB
15 Mei 2025, 21:00 WIB
14 Mei 2025, 22:30 WIB
11 Mei 2025, 08:00 WIB
09 Mei 2025, 22:30 WIB
Terkini
26 Mei 2025, 13:00 WIB
Marc Marquez kian nyaman di puncak klasemen sementara MotoGP 2025 setelah menjalani grand prix Inggris
26 Mei 2025, 12:00 WIB
Thailand akan jadi tempat debut mobil listrik kompak Geely Starwish tahun ini, Indonesia masih harus menunggu
26 Mei 2025, 11:00 WIB
Danantara tegaskan ada beberapa perusahaan yang bakal masuk ke Indonesia untuk kembangkan kendaraan lisrik
26 Mei 2025, 10:00 WIB
Pabrik motor listrik Alva yang berada di kawasan Cikarang diklaim bisa memproduksi 100 ribu unit setahun
26 Mei 2025, 09:00 WIB
Merek Jepang berhenti terapkan strategi global di Cina, bikin desain EV mengikuti selera konsumen Tiongkok
26 Mei 2025, 08:00 WIB
PHEV Chery Tiggo 8 CSH belum mendapatkan insentif dari pemerintah, PT CSI masih enggan beberkan TKDN-nya
26 Mei 2025, 07:00 WIB
Ganjil genap jakarta Jakarta pada akhir Mei 2025 hanya akan berlaku tiga hari karena adanya libur dan cuti bersama
26 Mei 2025, 06:00 WIB
Ganjil genap Jakarta 26 Mei 2025 diharapkan masih bisa diandalkan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas