Hyundai Berharap Perang Harga Mereda, Hindari Terjadinya PHK
16 Agustus 2025, 15:00 WIB
Hyundai ingatkan kompetitor mereka untuk hindari perang harga agar industri otomotif dapat terus bertumbuh
Oleh Adi Hidayat
KatadataOTO – Banyaknya pabrikan baru di Indonesia khususnya asal China membuat persaingan kendaraan di Indonesia semakin sulit. Hal ini karena pasar di Tanah Air tidak berkembang meski pelaku industri semakin banyak.
Hal tersebut membuat sejumlah pabrikan melakukan beberapa strategi termasuk mengurangi harga. Padahal menurut Hyundai langkah itu tidak perlu dilakukan.
“Hyundai tidak melakukan penurunan harga tapi juga tak menaikkannya meski dolar naik karena kami ingin berkontribusi terhadap Indonesia. Kalau naik maka pemintaan akan menurun, nah itu sangat dihindari,” ungkap Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
Menurutnya saat ini masih ada beberapa cara untuk menghindari perang harga, salah satunya adalah dengan memperkuat brand image. Tindakan tersebut menurutnya telah dilakukan Hyundai dalam menggarap pasar Tanah Air.
“Masyarakat sangat suka dengan produk lokal sehingga kami membuat Ioniq Batik untuk menonjolkan Indonesianya. Kita tunjukan bahwa produk Hyundai bukan Korea tetapi Indonesia,” ungkapnya.
Tak hanya itu, mereka juga menambah jumlah investasi dengan mendirikan pabrik baterai di Indonesia. Berkat ini maka komponen lokal meningkat dibanding sebelumnya.
“Terlepas dari itu lithium atau nikel, tidak masalah asal pabrikannya di sini. Kami menunjukkan bahwa rantai pasokan sudah sangat kuat,” tegasnya.
Selera gen Z juga menurutnya harus dipertimbangkan oleh para produsen kendaraan. Pasalnya mereka memiliki kebiasaan yang berbeda dibandingkan generasi di atasnya.
“Mereka memiliki kebiasaan unik seperti tidak mau bekerja di kantor dan sebagainya. Pabrikan harus bisa menjawab kebutuhan tersebut seperti menawarkan V2L yang merupakan salah satu keunggulan Hyundai,” tambahnya,
Ia pun menambahkan bahwa target Indonesia untuk tidak lagi menjual kendaraan berbahan bakar internal masih lama yaitu 20260. Oleh sebab itu sebaiknya para produsen bekerjasama guna membangun pasar Tanah Air.
“Kalau mau saling membantai sekarang buat apa? Biarkan industri tumbuh dengan sendirinya,” tambahnya.
Pria yang akrab disana Soerjo itu juga menyebut bahwa kebijakan pemerintah memiliki peran sangat penting.
“Jangan sampai kebijakan baru justru mematikan brand yang sudah ada sebelumnya. Kejadikan seperti di Thailand harus bisa dihindari,” pungkasnya.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
16 Agustus 2025, 15:00 WIB
15 Agustus 2025, 20:00 WIB
14 Agustus 2025, 11:00 WIB
13 Agustus 2025, 22:00 WIB
13 Agustus 2025, 20:00 WIB
Terkini
22 Agustus 2025, 19:30 WIB
Polytron Fox 200 resmi meluncur dengan beragam keunggulan untuk menjawab kebutuhan pengemudi perempuan
22 Agustus 2025, 18:00 WIB
Setelah menghadirkan produk unggulan di Indonesia, Daihatsu berhasil mencapai produksi sembilan juta unit
22 Agustus 2025, 17:43 WIB
BMW dikabarkan bakal menyuplai mesin untuk sejumlah lini mobil hybrid dan elektrifikasi Mercedes-Benz
22 Agustus 2025, 16:16 WIB
Jaecoo jadi satu-satunya manufaktur Cina yang meramaikan forum AIGIS 2025 besutan Kementerian Perindustrian
22 Agustus 2025, 15:22 WIB
Francesco Bagnaia tak lagi mengincar podium di MotoGP 2025, masih tidak percaya diri pasca balapan di Austria
22 Agustus 2025, 14:00 WIB
Ganjil genap Puncak kembali diterapkan untuk membatasi jumlah kendaraan yang melintas di jalan utama
22 Agustus 2025, 13:18 WIB
Ada dua NJKB mobil Changan terdaftar mulai Rp 100 jutaan, yakni kendaraan listrik Changan Lumin dan Deepal S07
22 Agustus 2025, 12:00 WIB
Marco Bezzecchi bertekad tampil maksimal dalam balapan MotoGP Hungaria 2025 di Balaton Park akhir pekan nanti