Kalista Sebut Pentingnya Insentif untuk Dorong Adopsi EV Niaga
04 Desember 2025, 19:00 WIB
Tingginya sumber daya dan jumlah penduduk jadi daya tarik bagi pabrikan mobil listrik Cina untuk berinvestasi
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Penjualan mobil listrik Cina ataupun Electric Vehicle (EV) secara keseluruhan tengah mengalami perlambatan.
Penurunan minat terhadap kendaraan bertenaga listrik sebenarnya sudah mulai terlihat.
Padahal dalam lima tahun belakangan, pabrikan mobil listrik Cina terbilang sangat agresif dalam melakukan ekspansi pasar dan investasi di berbagai negara.
Angka penanaman modal rantai pasok mobil listrik mencapai titik tertingginya di 2023.
Namun karena berbagai tantangan dan kebijakan seperti tarif impor, tidak dapat dipungkiri banyak manufaktur menarik diri dari pasar Eropa dan Amerika Serikat.
“Ada banyak proyek (mobil listrik di Eropa) kemudian dibatalkan,” kata Armand Meyer, Senior Research Analyst Rhodium China Data Services Rodhium Group dikutip dari Nikkei Asia, Rabu (02/10).
Regulasi di beberapa wilayah terkhusus AS dan Eropa memaksa manufaktur Cina memindahkan rantai pasok mereka keluar dari Tiongkok.
Meskipun Eropa awalnya jadi prioritas utama untuk investasi merek Cina, manufaktur mulai mengalihkan pengeluarannya ke pasar Asia dan Timur Tengah.
Menariknya Indonesia menjadi negara dengan penerimaan produk Cina dalam jumlah cukup besar.
Ketersediaan sumber daya mental seperti nikel menjadi daya tarik bagi perusahaan Tiongkok.
Haslinya, banyak tambang nikel di dalam negeri merupakan milik manufaktur asal Cina.
“Indonesia bisa memproduksi material serta sel baterai. Tetapi Indonesia juga merupakan pasar yang sangat besar, jadi sekarang ada rencana (pembangunan) fasilitas perakitan," kata Meyer.
Dengan ketatnya kebijakan dari pemerintah Cina terkait investasi di negara lain, kecil kemungkinan pabrikan memberikan lisensi teknologi produksi mereka ke pihak asing.
Jadi seluruh aset tersebut akan dimiliki oleh manufaktur Cina. Termasuk di Indonesia.
Perlu diketahui salah satu raksasa otomotif Tiongkok yakni BYD juga tengah dalam proses pembangunan pabrik di dalam negeri.
Fasilitas itu memiliki kapasitas produksi 150.000 unit per tahun dan bakal merakit seluruh model yang sudah dipasarkan di Indonesia secara bertahap.
Hal itu merupakan bagian dari pemenuhan persyaratan penerima insentif mobil listrik impor. Per 2026, seluruh merek yang mengikuti program itu harus sudah merakit kendaraannya di Tanah Air.
Di masa mendatang, tampaknya gempuran mobil listrik Cina masih akan terus berlanjut. Apalagi mengetahui pihak Tiongkok melihat besarnya potensi investasi di sini.
Sehingga opsi mobil listrik sampai tahun depan bakal tetap didominasi EV Cina, sedangkan Jepang masih berfokus pada alternatif lain seperti mobil hybrid.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
04 Desember 2025, 19:00 WIB
04 Desember 2025, 17:00 WIB
04 Desember 2025, 16:00 WIB
04 Desember 2025, 14:00 WIB
04 Desember 2025, 13:00 WIB
Terkini
04 Desember 2025, 21:00 WIB
Jaecoo Indonesia akan memasarkan sejumlah model dari seri Omoda yang sebelumnya ditawarkan oleh Chery
04 Desember 2025, 20:00 WIB
Pertamina Lubricants berharap beban para korban bencana alam di Sumatera Utara serta Barat bisa lebih ringan
04 Desember 2025, 19:00 WIB
Kendaraan listrik dinilai potensial di segmen niaga, Kalista sorot perlu ada insentif dari pemerintah
04 Desember 2025, 18:00 WIB
Marc Marquez sudah tidak mau hidup bersama dendam, ia hanya ingin menghormati para rival termasuk Rossi
04 Desember 2025, 17:00 WIB
Nama BYD King dan King L terdaftar di Indonesia, sedan berteknologi PHEV yang dijual dengan harga kompetitif
04 Desember 2025, 16:00 WIB
Keberadaan pabrik BYD dinilai bakal membawa dampak positif, sebab dapat menyerap banyak tenaga kerja di Subang
04 Desember 2025, 15:01 WIB
Pemerintah akhirnya resmi keluarkan aturan pembatasan angkutan barang saat libur Natal dan tahun baru 2026
04 Desember 2025, 14:00 WIB
Wuling New BinguoEV menjadi salah satu mobil listrik yang patut diperhitungkan bagi konsumen di Indonesia