Jumlah Impor BYD di RI Sepanjang 2025, Mulai CKD Tahun Depan
21 Oktober 2025, 14:00 WIB
Sejumlah mobil listrik yang diimpor utuh masih memperoleh insentif, namun hanya sampai Desember 2025
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Sejumlah produk mobil listrik impor yang memenuhi persyaratan berhak menerima insentif dari pemerintah. Sehingga bisa dijual dengan harga kompetitif.
Subsidi pajak tersebut sekarang dinikmati oleh beberapa merek yakni BYD, GAC Aion, Geely sampai Citroen.
Insentif memang terbukti jadi daya tarik buat para konsumen. BYD sebagai pendatang baru mampu mencatatkan penjualan memuaskan sepanjang 2025 berkat bantuan itu.
Hanya saja per 2026 BYD sudah harus mulai melakukan perakitan lokal dan mengantongi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.
Sayangnya hingga saat ini BYD disebut belum menemui kesepakatan dengan penyedia komponen otomotif lokal.
Pengamat menilai jika tahun depan para penerima insentif mobil listrik impor tidak memenuhi persyaratan, maka seluruh produk itu dapat dikenakan beban biaya impor dan pajak penuh.
“Sehingga harga on the road-nya melonjak. Di Indonesia, mayoritas volume (penjualan) berada di bawah Rp 500 juta dan sangat price-sensitive,” kata Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank kepada KatadataOTO belum lama ini.
Sebagai contoh, salah satu produk terlaris BYD adalah Multi Purpose Vehicle (MPV) M6, dilego Rp 300 jutaan sampai Rp 400 jutaan.
Mayoritas mobil listrik Cina menggunakan baterai LFP yang diklaim menjadi salah satu kunci di balik harga kompetitif. Sebab banderolnya lebih murah dibandingkan baterai bermaterial lithium-ion.
Hilangnya insentif berpeluang membuat masyarakat enggan membeli karena harga berada di luar jangkauan, tidak sekompetitif saat masih mendapatkan potongan pajak.
“Ini berpotensi memicu substitusi balik ke Hybrid Electric Vehicle (HEV/mobil hybrid) atau Internal Combustion Engine (ICE/mobil bensin),” lanjut dia.
Dia menyorot tanpa adanya transisi, penjualan mobil listrik yang saat ini menunjukkan tren positif berpeluang turun tajam tahun depan apabila merek terkait belum melakukan perakitan lokal.
Sebagai informasi, pada periode Januari-Juli 2025 wholesales (penyaluran dari pabrik ke diler) mobil listrik tembus 42.178 unit.
Jika dibandingkan, angka itu nyaris mendekati jumlah wholesales mobil listrik Januari-Desember 2024 yakni 43.188 unit.
BYD masih menempati posisi pertama. Per Juli 2025, wholesales-nya adalah 16.427 unit mencakup berbagai model mencakup Seal, Dolphin, Atto 3 sampai M6, sementara Denza 6.256 unit.
Tanpa ada insentif, jika dihitung secara kasar harga on the road mobil listrik impor bisa naik ratusan juta.
Misalnya BYD Atto 1 yang ditawarkan Rp 195 jutaan ke atas. Dibebankan biaya bea masuk 50 persen maka ada peluang banderol Atto 1 tembus Rp 367,5 jutaan.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
21 Oktober 2025, 14:00 WIB
21 Oktober 2025, 13:00 WIB
21 Oktober 2025, 09:00 WIB
20 Oktober 2025, 14:00 WIB
20 Oktober 2025, 11:00 WIB
Terkini
21 Oktober 2025, 15:00 WIB
MPMRent meraih empat seritifikasi ISO sebagai upaya mereka memberikan pelayanan dalam dunia rental mobil
21 Oktober 2025, 14:00 WIB
BYD akan melakukan perakitan lokal sesuai dengan jumlah mobil listrik yang diimpor di Januari-Desember 2025
21 Oktober 2025, 13:00 WIB
Ribuan karyawan Mercedes-Benz baru saja dirumahkan demi mereka bisa menghemat anggara operasional pada 2027
21 Oktober 2025, 12:00 WIB
Wuling Air ev memiliki berbagai keunggulan dibandingkan kompetitor sehingga mampu mendapat respon positif
21 Oktober 2025, 11:00 WIB
Aprilia akan memanfaatkan absennya Marc Marquez pada MotoGP Malaysia 2025 untuk mengalahkan skuad Ducati
21 Oktober 2025, 10:00 WIB
Suzuki berharap seasonal index di November serta Desember membuat target penjualan Gaikindo dapat tercapai
21 Oktober 2025, 09:00 WIB
Toyota bZ3X versi setir kanan baru-baru ini diluncurkan di Hong Kong, masih diimpor utuh dari Tiongkok
21 Oktober 2025, 08:00 WIB
Program mobil nasional diusulkan dijadikan sebagai proyek strategis nasional agar bisa berkembang lebih cepat