Changan Siapkan Lima Diler Buat Tahun Ini, Sampai ke Bali
23 Oktober 2025, 14:00 WIB
Pengamat sebut ada faktor selain harga yang jadi tantangan mobil listrik Jepang bersaing dengan merek Cina
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Maraknya mobil listrik Cina di dalam negeri memberikan banyak opsi baru buat konsumen, khususnya yang ingin menggunakan kendaraan ramah lingkungan.
Sebelum mobil listrik keluaran Tiongkok membanjiri pasar otomotif Indonesia, merek Jepang bisa dibilang menjadi pemimpin.
Kehadiran mobil listrik Cina belum bisa dibilang mengganggu dominasi merek Jepang, namun semakin populer di kalangan masyarakat.
Harga murah dan fitur berlimpah berperan penting di balik popularitas mobil Cina.
Meskipun begitu, merek Jepang mulai menyusul dan menyiapkan lini mobil listrik sendiri. Misalnya, Suzuki mengumumkan akan memasarkan Electric Vehicle (EV) perdana mereka di Tanah Air yakni e Vitara.
Lalu Toyota berkomitmen melakukan perakitan lokal bZ4X per akhir 2025. Model yang mengisi segmen Sport Utility Vehicle (SUV) crossover ini awalnya dijual Rp 1 miliar ke atas, tetapi banderolnya berpeluang turun.
Sedangkan Honda menghadirkan e:N1 dengan skema penyewaan. Tampaknya PT Honda Prospect Motor (HPM) belum begitu yakin memasarkan EV.
Pengamat menilai ada satu hal yang perlu diperhatikan oleh manufaktur Jepang jika ingin serius bersaing dengan produsen Tiongkok di era mobil listrik.
“Produsen Jepang, ketika berhadapan Battery Electric Vehicle (BEV) buatan Cina mendapat tantangan berat di bagian baterai,” kata Bebin Djuana, pengamat otomotif ketika dihubungi KatadataOTO, Senin (08/09).
Perlu diketahui, umumnya merek Jepang memilih lithium ion sebagai material baterai. Hanya saja, jenis satu ini terbilang mahal.
Sedangkan manufaktur Cina banyak menggunakan baterai bermaterial LFP atau Lithium Iron Phosphate untuk komponen penampung daya mereka.
Beberapa keunggulan dimiliki baterai LFP, salah satunya tidak mudah panas atau overheat. Kemudian dari segi harga juga lebih rendah dari lithium ion.
Hal ini kemudian mengakibatkan harga mobil listrik Jepang cenderung mahal ketimbang EV Tiongkok.
“Selain harga, jenis baterai yang dipilih produsen Jepang bukanlah dari jenis terbaru. Notabenenya nilai baterai mempengaruhi hampir separuh harga mobil,” kata Bebin.
Terlepas dari faktor-faktor tersebut, Bebin menegaskan produsen Jepang telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
Mengingat kiprahnya di Indonesia jauh lebih lama ketimbang brand Cina. Jaringan diler, ketersediaan suku cadang dan kemudahan servis telah dijamin.
“Semua akan berpulang pada konsumen. Apakah mau membayar lebih untuk mendapatkan merek-merek idolanya,” pungkas dia.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
23 Oktober 2025, 14:00 WIB
23 Oktober 2025, 13:00 WIB
23 Oktober 2025, 11:00 WIB
23 Oktober 2025, 09:00 WIB
22 Oktober 2025, 20:34 WIB
Terkini
23 Oktober 2025, 14:00 WIB
Manufaktur asal Cina, Changan mulai membeberkan rencana produk dan diler untuk pasar Indonesia tahun ini
23 Oktober 2025, 13:00 WIB
BYD siapkan produk di salah satu segmen favorit konsumen Jepang yakni kei car, debut di Japan Mobility Show
23 Oktober 2025, 12:00 WIB
Teknisi diler ungkap langkah yang dilakukan untuk memastikan lini motor teranyar Honda kompatibel BBM etanol
23 Oktober 2025, 11:00 WIB
Changan bakal memanfaatkan fasilitas National Assemblers untuk memproduksi Changan Lumin EV dan Deepal S07
23 Oktober 2025, 10:00 WIB
Pemerintah berhasil menghemat Rp 93,43 triliun dengan melakukan program BBM B40 yang diselenggarakan sejak awal tahun
23 Oktober 2025, 09:00 WIB
Dua mobil listrik Changan yaitu Lumin EV dan Deepal S07 langsung dijual ke konsumen di pameran GJAW 2025
23 Oktober 2025, 08:00 WIB
Korlantas pastikan bakal pasang 500 kamera ETLE di Jawa Barat untuk pantau pelanggaran lalu lintas di semua polres
23 Oktober 2025, 07:00 WIB
Bantu mendongkrak penjualan, ada beragam promo ditawarkan untuk pembelian model teranyar Honda ADV 160