Chile Buka Peluang Impor Mobil Listrik dari Indonesia
09 September 2025, 07:00 WIB
Pengamat sebut ada faktor selain harga yang jadi tantangan mobil listrik Jepang bersaing dengan merek Cina
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Maraknya mobil listrik Cina di dalam negeri memberikan banyak opsi baru buat konsumen, khususnya yang ingin menggunakan kendaraan ramah lingkungan.
Sebelum mobil listrik keluaran Tiongkok membanjiri pasar otomotif Indonesia, merek Jepang bisa dibilang menjadi pemimpin.
Kehadiran mobil listrik Cina belum bisa dibilang mengganggu dominasi merek Jepang, namun semakin populer di kalangan masyarakat.
Harga murah dan fitur berlimpah berperan penting di balik popularitas mobil Cina.
Meskipun begitu, merek Jepang mulai menyusul dan menyiapkan lini mobil listrik sendiri. Misalnya, Suzuki mengumumkan akan memasarkan Electric Vehicle (EV) perdana mereka di Tanah Air yakni e Vitara.
Lalu Toyota berkomitmen melakukan perakitan lokal bZ4X per akhir 2025. Model yang mengisi segmen Sport Utility Vehicle (SUV) crossover ini awalnya dijual Rp 1 miliar ke atas, tetapi banderolnya berpeluang turun.
Sedangkan Honda menghadirkan e:N1 dengan skema penyewaan. Tampaknya PT Honda Prospect Motor (HPM) belum begitu yakin memasarkan EV.
Pengamat menilai ada satu hal yang perlu diperhatikan oleh manufaktur Jepang jika ingin serius bersaing dengan produsen Tiongkok di era mobil listrik.
“Produsen Jepang, ketika berhadapan Battery Electric Vehicle (BEV) buatan Cina mendapat tantangan berat di bagian baterai,” kata Bebin Djuana, pengamat otomotif ketika dihubungi KatadataOTO, Senin (08/09).
Perlu diketahui, umumnya merek Jepang memilih lithium ion sebagai material baterai. Hanya saja, jenis satu ini terbilang mahal.
Sedangkan manufaktur Cina banyak menggunakan baterai bermaterial LFP atau Lithium Iron Phosphate untuk komponen penampung daya mereka.
Beberapa keunggulan dimiliki baterai LFP, salah satunya tidak mudah panas atau overheat. Kemudian dari segi harga juga lebih rendah dari lithium ion.
Hal ini kemudian mengakibatkan harga mobil listrik Jepang cenderung mahal ketimbang EV Tiongkok.
“Selain harga, jenis baterai yang dipilih produsen Jepang bukanlah dari jenis terbaru. Notabenenya nilai baterai mempengaruhi hampir separuh harga mobil,” kata Bebin.
Terlepas dari faktor-faktor tersebut, Bebin menegaskan produsen Jepang telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
Mengingat kiprahnya di Indonesia jauh lebih lama ketimbang brand Cina. Jaringan diler, ketersediaan suku cadang dan kemudahan servis telah dijamin.
“Semua akan berpulang pada konsumen. Apakah mau membayar lebih untuk mendapatkan merek-merek idolanya,” pungkas dia.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
09 September 2025, 07:00 WIB
08 September 2025, 16:00 WIB
08 September 2025, 14:00 WIB
05 September 2025, 09:00 WIB
04 September 2025, 12:00 WIB
Terkini
09 September 2025, 08:00 WIB
Koleksi kendaraan Mochamad Irfan Yusuf, Menteri Haji dan Umroh pertama di Indonesia terbilang cukup sederhana
09 September 2025, 07:00 WIB
Chile mengaku membutuhkan banyak mobil listrik untuk masyarakatnya dan berencana mengimpornya dari Indonesia
09 September 2025, 06:00 WIB
Berikut KatadataOTO merangkum informasi lengkap dan lokasi SIM keliling Jakarta hari ini, Selasa 9 September
09 September 2025, 06:00 WIB
Ada beragam alternatif saat ingin mengurus dokumen berkendara, seperti mendatangi SIM keliling Bandung
09 September 2025, 06:00 WIB
Pemerintah kembali menerapkan ganjil genap Jakarta untuk atasi kemacetan lalu lintas di sejumlah titik
08 September 2025, 22:00 WIB
Purbaya Yudhi Sadewa ditunjuk Presiden Prabowo sebagai Menteri Keuangan baru untuk menggantikan Sri Mulyani
08 September 2025, 21:00 WIB
Pada Agustus 2025 kinerja pasar motor baru kembali merosot, padahal bulan lalu kondisinya sempat menguat
08 September 2025, 20:00 WIB
Suzuki Victoris berpeluang dihadirkan di Indonesia sebagai pengganti Grand Vitara, begini komentar PT SIS