Nakamichi Hadirkan Lini Produk Audio Baru, Harga Masih Rahasia
29 Oktober 2025, 09:00 WIB
Insentif atau subsidi dari pemerintah memainkan peran penting mendongkrak angka penjualan mobil listrik
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Penjualan mobil listrik ternyata masih mengandalkan insentif untuk menggaet konsumen. Tidak hanya di Indonesia, ini juga berlaku di negara-negara lain termasuk Amerika Serikat.
Tanpa adanya subsidi dari pemerintah, lembaga survey J.D. Power memprediksi penjualan mobil listrik di Oktober jeblok 60 persen dibandingkan September.
Penurunan ini terjadi imbas diberhentikannya insentif dari pemerintah Amerika Serikat.
Perlu diketahui sebelumnya insentif mobil listrik dari pemerintah bernilai 7.500 USD atau sekitar Rp 124,5 jutaan dalam kurs rupiah.
Mobil listrik bekas juga kebagian dengan nilai 4.000 USD (Rp 66,4 jutaan).
Penjualan retail mobil listrik di AS per Oktober 2025, menurut J.D. Power dan GlobalData diprediksi 54.673 unit.
Meskipun terlihat cukup tinggi, capaian itu turun 43,1 persen dari penjualan retail mobil listrik AS di Oktober 2024 yakni 96.085 unit.
“Industri otomotif tengah melalui (fase) pertimbangan ulang yang signifikan di segmen kendaraan listrik,” kata Tyson Jominy, J.D. Power Data Analyst dikutip dari Carscoops, Selasa (28/10).
Lebih lanjut dia menjelaskan, absennya insentif mobil listrik akan berdampak sangat besar terhadap penjualan.
Kemudian ada perubahan minat dari konsumen yang mulai terlihat belakangan ini.
“Koreksi di pasar mobil listrik belakangan menggarisbawahi satu pelajaran penting, konsumen lebih suka jika ada banyak opsi powertrain,” kata Jominy.
Seiring pemberhentian insentif dan berkurangnya pembeli, harga mobil listrik secara umum justru disebut kerap mengalami kenaikan.
Namun berbagai merek berusaha untuk memberikan diskon sendiri kepada para konsumen sehingga harga mobil listrik yang ditawarkan semakin atraktif.
Di Indonesia, mobil listrik yang memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen masih mendapatkan insentif pajak dari pemerintah.
Dengan insentif pun, penjualan mobil listrik belum bisa dibilang stabil dan kerap mengalami penurunan.
Apalagi dengan bervariasinya model mobil hybrid ditawarkan di Indonesia. Konsumen disuguhkan berbagai opsi yang fleksibel dan tidak sepenuhnya mengandalkan infrastruktur pengisian daya.
Di sisi lain, insentif buat mobil listrik impor disetop di akhir 2025. Ini juga berlaku untuk merek mobil listrik terlaris di dalam negeri yakni BYD.
Artinya BYD perlu mulai merakit lokal mobilnya di 2026. Jika tidak maka harga produk mereka berpotensi naik dan bank guarantee-nya hangus.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
29 Oktober 2025, 09:00 WIB
29 Oktober 2025, 07:00 WIB
28 Oktober 2025, 08:00 WIB
28 Oktober 2025, 07:00 WIB
27 Oktober 2025, 15:15 WIB
Terkini
29 Oktober 2025, 09:00 WIB
Nakamichi menghadirkan head unit, speaker, amplifier sampai dashcam pintar baru kepada konsumen di Indonesia
29 Oktober 2025, 08:44 WIB
Kelas LCGC punya sensitivitas terhadap harga membuat Toyota sulit bawa teknologi ramah lingkungan yang lebih tinggi seperti hybrid
29 Oktober 2025, 08:00 WIB
Puluhan kendaraan ASN kota Serang kedapatan belum membayar pajak dan telah diberi peringatan oleh Bapenda
29 Oktober 2025, 07:00 WIB
Volkswagen ID Buzz diajak keliling dunia untuk membuktikan ketangguhannya menghadapi beragam medan jalan
29 Oktober 2025, 06:00 WIB
Berikut jadwal maupun lokasi SIM keliling Bandung yang beroperasi hari ini untuk melayani para pengendara
29 Oktober 2025, 06:00 WIB
Pembatasan ganjil genap Jakarta masih menjadi andalan dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Ibu Kota
29 Oktober 2025, 06:00 WIB
Biaya perpanjang SIM bervariasi tergantung jenisnya yakni A atau C, dapat diproses di SIM keliling Jakarta
28 Oktober 2025, 21:37 WIB
Mengulas teknologi yang diusung Daihatsu Rocky Hybrid langsung bersama kepala insinyur di kantor pusat, Jepang