Jeritan Hati Francesco Bagnaia saat Marquez Berjaya di MotoGP
22 Juli 2025, 08:00 WIB
Pembalap LCR Honda, Johann Zarco menilai sistem radio komunikasi MotoGP kurang efektif dibandingkan dengan F1
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Beberapa waktu lalu sejumlah pembalap MotoGP memberikan usulan soal sistem radio yang disematkan pada helm guna memudahkan komunikasi antara rider dengan tim, seperti diterapkan di F1.
Proposal terkait alat komunikasi itu kemudian mulai diuji coba lagi. Tetapi sistemnya berbeda dari in-ear piece para pembalap F1.
Metode digunakan yakni bone conduction, di mana suara disalurkan lewat bantalan kecil yang menempel ke rahang pembalap.
Sedangkan di F1, alat komunikasinya menyerupai earphone berukuran kecil dan menempel langsung ke telinga.
Menurut Brad Binder, pembalap Red Bull KTM, sistem radio komunikasi bone conduction sudah baik dan membuatnya terkesan. Bahkan ia menilai tidak ada perbedaan pada helm setelah disematkan alat tersebut
Namun, joki LCR Honda Johann Zarco menilai gawai bone conduction tak dapat menghasilkan pesan dari tim secara optimal. Apalagi ketika helm mulai berpindah posisi akibat kecepatan tinggi saat balapan.
Dia menjadi salah satu pembalap yang ikut mencoba sistem teranyar itu di Sirkuit Aragon beberapa waktu lalu.
“Ketika Anda melaju (dalam kecepatan) lebih dari 300 km/jam helmnya sedikit naik. Jadi radio (alat bone conduction) tidak bersentuhan dengan tulang dan kadang saya tidak bisa mendengar apapun,” kata Zarco seperti dikutip dari Crash, Minggu (15/05).
Menurut Zarco memang ada beberapa pembalap tetap dapat mendengar suara dari tim dengan jelas. Tetapi lainnya tidak bisa.
Dia menyarankan agar FIM (Federation Internationale de Motocyclisme) dapat mempertimbangkan penggunaan alat serupa F1 buat seluruh pembalap MotoGP.
In-ear piece di F1 diklaim adaptif dan dapat membantu menjaga pendengaran pembalap. Mengingat mereka juga harus mendengar raungan suara mesin motor yang terbilang sangat kencang.
“Saya ingin melindungi pendengaran saya, jadi menurut saya adaptive earplugs seperti di Formula One bisa dipertimbangkan,” lanjut Zarco.
Dia berharap seluruh pihak terkait bisa membantu mengembangkan sistem serupa agar dapat diterapkan ke MotoGP di masa mendatang.
Meskipun memang ada beberapa kekhawatiran yang jadi pertimbangan sehingga in-ear piece tidak dikembangkan lebih jauh buat pembalap MotoGP.
“Katanya, tingkat desibel bisa menjadi semakin rendah jika menggunakan sistem radio ini (in-ear piece di F1. Dengan ataupun tanpa radio, saya pribadi ingin menurunkan level desibel (selama balapan),” ungkap Zarco.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
22 Juli 2025, 08:00 WIB
21 Juli 2025, 18:15 WIB
20 Juli 2025, 19:58 WIB
19 Juli 2025, 18:30 WIB
18 Juli 2025, 20:00 WIB
Terkini
01 Agustus 2025, 00:49 WIB
Bagi pengunjung GIIAS 2025, Anda bisa memanfaatkan diskon Mitsubishi Xpander Cross sampai Rp 50 jutaan
31 Juli 2025, 21:00 WIB
Mobil hybrid sudah menjadi salah satu pilihan kendaraan yang diminati oleh pelanggan karena harga bekasnya stabil
31 Juli 2025, 20:00 WIB
Terdapat berbagai faktor yang membuat wholesales LCGC di Indonesia tak bergairah, salah satunya PHK massal
31 Juli 2025, 19:00 WIB
Mobil listrik murah seharga Rp 190 jutaan mulai hadir di Indonesia, diyakini belum bisa gantikan LCGC
31 Juli 2025, 18:08 WIB
Gaikindo menyorot besaran pajak kendaraan bermotor di Indonesia jadi salah satu alasan harga mobil tinggi
31 Juli 2025, 17:00 WIB
Kolaborasi antara DFSK Seres dan Otoklix bermaksud mempermudah konsumen melakukan servis khususnya untuk EV
31 Juli 2025, 13:34 WIB
Jeep Wrangler 41 Willys melantai di GIIAS 2025 dan dijual dengan jumlah yang sangat terbatas buat kolektor
31 Juli 2025, 13:00 WIB
KatadataOTO mencoba secara singkat SUV Mitsubishi Destinator di sela perhelatan GIIAS 2025, berikut ulasannya