Toyota Kembali Singgung Alasan EV Tak Sepenuhnya Ramah Lingkungan
15 Mei 2025, 14:00 WIB
FCEV masuk ke dalam komitmen NZE pemerintah RI, Toyota yakin masa depan mobil hidrogen di Indonesia cerah
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Komitmen elektrifikasi pemerintah mencakup transisi penggunaan kendaraan konvensional ke alternatif ramah lingkungan. Selain mobil listrik dan hybrid ada juga mobil hidrogen atau FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle).
Hanya saja untuk menuju penggunaan mobil hidrogen secara masif di Indonesia masih harus menempuh proses panjang. Mengingat saat ini infrastrukturnya terbatas.
Kemudian manufaktur otomotif berfokus memperkenalkan mobil hybrid terlebih dulu buat masyarakat karena banderol kompetitif dan diklaim efisien bahan bakar dibandingkan kendaraan konvensional.
“Kita sudah punya peta jalan, dikembangkan Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) bersama stakeholder terkait,” ucap Muhamad Alhaqurahman Isa, Coordinator of Business Services & Supervision Ditjen EBTKE Kementerian ESDM di JIExpo Kemayoran belum lama ini.
Di Indonesia ada beberapa pabrikan yang memiliki lini kendaraan hidrogen. Salah satunya adalah Toyota, telah menghadirkan Mirai ke RI untuk bahan studi.
Meski sudah dijual di beberapa negara global, PT TAM (Toyota Astra Motor) belum menawarkan model itu ke konsumen Tanah Air. Di masa transisi menuju EV (Electric Vehicle) mereka memprioritaskan mobil hybrid.
Namun Toyota tidak memungkiri mobil hidrogen punya masa depan baik di Indonesia. Ada beberapa tantangan perlu dihadapi.
Sama seperti mobil listrik, infrastruktur jadi poin penting yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak. Sehingga konsumen bisa menggunakan kendaraannya dengan tenang.
“Karena teknologi ini membutuhkan stasiun pengisian khusus serta sumber bahan baku pembuatannya harus dikurasi, agar yang dihasilkan adalah benar-benar Green Hydrogen,” ucap Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT TAM saat dihubungi KatadataOTO, Kamis (29/8).
Di tahap awal Kementerian ESDM bakal mengembangkan hidrogen rendah karbon. Lalu bertahap menuju Green Hydrogen menyesuaikan kemampuan teknologi dalam negeri.
Agar bisa dijangkau pengguna mobil hidrogen, harga Green Hydrogen juga disebut harus bisa di angka 0,14 USD per kilogram (Rp 2.155). Padahal saat ini banderolnya adalah 5 USD per kilogram (Rp 77.995).
“Namun kalau secara penerimaan di masyarakat mungkin akan berbeda dengan BEV (Battery Electric Vehicle). Karena jarak tempuh FCEV lebih panjang dan waktu pengisian hidrogennya juga setara isi bensin biasa,” ungkap Anton.
Sehingga pihaknya optimistis mobil hidrogen justru lebih worry free untuk para penggunanya. Durasi pengisian hidrogen terbilang singkat dibandingkan charging baterai mobil listrik.
Maka tugas utamanya di masa mendatang adalah menyiapkan infrastruktur memadai, sosialisasi dan penetapan kebijakan pendukung dari pihak pemerintah.
Artikel Terpopuler
1
2
3
4
5
Artikel Terkait
15 Mei 2025, 14:00 WIB
15 Mei 2025, 09:00 WIB
14 Mei 2025, 20:36 WIB
14 Mei 2025, 14:00 WIB
14 Mei 2025, 13:00 WIB
Terkini
15 Mei 2025, 19:00 WIB
Mobil listrik perdana Honda yaitu e:N1 ditawarkan dengan skema sewa, namun angkanya disebut terlalu mahal
15 Mei 2025, 18:00 WIB
Terdapat berbagai diskon motor matic Honda yang bisa dimanfaatkan oleh para konsumen sepanjang Mei 2025
15 Mei 2025, 17:00 WIB
Neta tegaskan masih beroperasi normal di Indonesia meski sejak awal tahun belum memproduksi satu pun kendaraan
15 Mei 2025, 16:00 WIB
Kehadiran produk baru diharapkan bantu dongkrak penjualan Chery buat mencapai target 2.000 unit per bulan
15 Mei 2025, 15:00 WIB
KTM sedang menghadapi krisis finansial, 1.800 karyawan manufaktur asal Austria tersebut terancam dirumahkan
15 Mei 2025, 14:00 WIB
Harga relatif terjangkau dan ekosistem terjamin jadi alasan Toyota masih akan fokus jual mobil hybrid di RI
15 Mei 2025, 13:00 WIB
Toyota siap investigasi insiden Kijang Innova Zenix terbakar dan melakukan evaluasi agar tidak terulang
15 Mei 2025, 12:00 WIB
Pelumas anyar Motul 300V membuktikan kualitas performa maksimal motor melalui sesi pengujian Dyno Test