Sebelum Beli, Kenali 5 Keunggulan Mobil Listrik Aion V
03 Juni 2025, 18:00 WIB
BYD sebut regulasi pendukung EV yang konsisten dalam jangka waktu panjang bakal lebih menarik investor
Oleh Serafina Ophelia
KatadataOTO – Era elektrifikasi membuat Indonesia jadi pasar potensial untuk banyak manufaktur asing khususnya dari Tiongkok.
Namun menurut BYD (Build Your Dreams) masih ada beberapa hal bisa jadi pertimbangan investor agar menanamkan modal di Indonesia.
“Kita didukung cukup baik oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). Namun kita melihat jika dibandingkan negara lain terkesan lebih favorable (karena) konsistensi dari aturan,” kata Luther T. Panjaitan, Head of Public & Government Relations PT BYD Motor Indonesia di sela Energy Insight Forum di Jakarta, Senin (02/06).
Luther mengungkapkan, saat ini kebijakan dari pemerintah sudah cukup menguntungkan dan adil ke manufaktur.
Misalnya, mobil yang masih berstatus impor sudah bisa ikut dalam program subsidi asal memiliki komitmen investasi dan melakukan produksi, sesuai jumlah penjualan di dalam negeri.
Namun pemberlakuannya perlu konsisten dan dalam jangka waktu panjang, memberikan kepastian bagi investor dan terbukti membuat konsumen semakin tertarik.
“Saya ambil contoh Thailand dan Vietnam. Di mana kalau kita lihat, perkembangan Thailand lebih signifikan, 32 persen (market share) xEV, artinya EV (Electric Vehicle) dan hybrid,” kata Luther.
Persyaratan investasi yang fleksibel dinilai jadi daya tarik bagi investor untuk masuk ke negara tertentu.
Terlepas dari itu, Luther menegaskan perkembangan kebijakan pendukung EV di dalam negeri terus berkembang dan mendukung manufaktur dalam menghadirkan kendaraan ramah lingkungan.
“Di 2021 ada program import duty, TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), sampai 2025 ada pemotongan VAT dan pajak barang mewah. BYD melihat ini adalah inisiasi baik dari pemerintah, karena merupakan fair starting point,” tegas Luther.
Sekadar informasi, saat ini BYD memanfaatkan program insentif impor yang dicanangkan pemerintah.
Lini mobil listrik dari BYD dijual dengan harga kompetitif mulai Rp 300 jutaan sampai Rp 700 jutaan meskipun masih diimpor utuh.
Fasilitas perakitan mereka masih dalam tahap pembangunan di Subang, Jawa Barat dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun. Total investasinya disebut menyentuh Rp 11,7 triliun.
Artikel Terpopuler
Artikel Terkait
03 Juni 2025, 18:00 WIB
03 Juni 2025, 16:50 WIB
03 Juni 2025, 10:18 WIB
03 Juni 2025, 10:00 WIB
03 Juni 2025, 08:00 WIB
Terkini
03 Juni 2025, 18:00 WIB
Terdapat lima kelebihan mobil listrik Aion V, mulai dari tampilan, interior sampai ke fitur yang diusung
03 Juni 2025, 17:00 WIB
BAIC BJ40 Plus rakitan lokal diklaim membutuhkan dana investasi sebesar Rp 20 miliar untuk infrastruktur
03 Juni 2025, 16:50 WIB
Bersamaan peluncuran buletin bulanan, Katadata dan Kadin ESDM adakan diskusi terkait ekosistem EV di RI
03 Juni 2025, 16:05 WIB
Garda Oto merayakan hari jadinya yang ke-30 bersama para pelanggan dan keluarga di Dufan, Ancol, Jakarta Utara
03 Juni 2025, 15:18 WIB
Diler Honda Jemursari memilih untuk berganti jualan merek mobil asal Cina yakni GWM sejak pertengahan 2024
03 Juni 2025, 13:06 WIB
Polytron resmikan diler mobil pertamanya yang dilengkapi beragam fasilitas untuk para pelanggan di Ibu Kota
03 Juni 2025, 10:18 WIB
Tuai pro-kontra, Periklindo nilai pelonggaran aturan TKDN diperlukan untuk menjaga industri tetap berjalan
03 Juni 2025, 10:00 WIB
Adanya kebiasaan mengangkut muatan berlebih atau ODOL disebut jadi satu penghambat adopsi truk EV di RI